The truth.

1.6K 157 24
                                    




Tepat pukul dua setelah makan siang Namjoon dan Hoseok tiba di ruangan Yoongi. Keduanya sedikit tergopoh karena tiba-tiba Yoongi menyuruh mereka membelikan tiga gelas kopi hitam dan 3 buah cinnamon pretzel di kedai biasa tempat mereka berkumpul.

Yoongi masih memandang laptopnya serius, kacamata berbingkai hitamnya masih apik bertengger di hidung bangirnya. Lelaki tersebut menatap kedua adiknya tersebut enggan, sambil mengaitkan kesepuluh jarinya.

"Hyung! lain kali kalau mau menitip sesuatu setidaknya bilang setengah jam sebelumnya, jangan lima menit sebelumnya." Hoseok terengah mengakatan keluh kesahnya.

Yoongi hanya tersenyum menyeringai tidak peduli dengan ucapan Hoseok barusan, padahal wajahnya sudah memerah akibat lari-larian demi tepat waktu datang ke ruangan Yoongi bersama Namjoon.

"Duduk kalian berdua." Ucapnya setelah melihat Hoseok dan Namjoon meletakkan pesanannya di konter pojok ruangan.

Namjoon dan Hoseok menurut dan langsung duduk di sofa hitam di depan mereka.

"Hyung, jika kau ingin menginginkan penjelasan.." Ucapan Namjoon terpotong ketika ia melihat Yoongi bangkit dari singgasana dan berjalan mendekat ke arah mereka berdua.

"Apa kalian tahu jika Jimin hamil?" Tanya Yoongi to the point.

Keduanya saling berpandangan tidak mengerti. "Tidak." Jawab keduanya kompak. "Apakah Jimin hamil? Kalau begitu aku akan memiliki keponakan baru lagi, yes!" Ucapn Hoseok bahagia sambil menggoyang-goyangkan bahu Namjoon. "Jimin hamil, Namjoonah!"

Yoongi menghela napas panjang melihat kelakuan Hoseok yang berbanding terbalik dengan Namjoon yang hanya tersenyum sambil memperlihatkan lesung pipinya. Dan terlihat seperti pasrah badannya di goyang-goyang oleh Hoseok secara tidak berkeprimanusiaan.

"Jimin hamil, Hyung?" tanya Namjoon tenang.

"Hmm." Jawab Yoongi datar.

Namjoon tersenyum. "Selamat, Hyung. Aku turut berbahagia."

"Namjoonah."

"Ya, Hyung."

"Apa Taehyung juga ikut terlibat?"

Hoseok mendelik menatap Namjoon. "Taehyung? Kau melibatkan Taehyung juga? kenapa aku tidak tahu?"

Namjoon menghela napas kasar. "Iya, Taehyung juga ikut andil. Itu karena ku lihat mereka berdua sangat dekat. Bahkan Hoseok pernah mengatakan padaku jika disini mereka berdua sampai di gosipkan berkencan." Namjoon menyesap kopi hitamnya. "Aku juga bilang pada Kookie. Jadi suapaya mereka bisa bekerja sama dengan baik."

Hoseok melongo hebat. "DAEBAK!" Serunya sambil bertepuk tangan. "Tidak sekalian kau ajak orang tuamu ikut andil, Namjoonah?" lanjutnya asal.

Kepala Hoseok mendapat pukulan sayang dari Yoongi karena asal berucap. "Aku tidak peduli Jungkook ikut andil atau tidak. Aku hanya ingin memastikan banyak hal. I'm not angry with both of you, guys.. seriously. I just need explanation." Ucap Yoongi mencairkan suasana.

"Baiklah, Hyung. Kau ingin aku dan Hoseok menceritakan dari mana?"

"Katakan sejak kapan kau tahu kalu aku suaminya Jimin?"

Namjoon menyenderkan punggungnya ke sofa. "Sebenarnya tidak ada yang memberitahuku jika kau dengan Jimin memiliki hubungan seintim itu. Aku hanya menganalisa dari semua lembaran-lembaran kertas latar belakangmu dan Jimin, dan juga Taehyung." Ia memberi jeda. "dan ketika bertiga tidak sengaja bertemu di kedai, aku melihat Jimin sangat tidak nyaman dengan pertemuan itu. Padahal kalau memang diantara kalian tidak ada apa-apa, harusnya sikap kalian biasa saja. Jimin seorang aktris yang buruk." Namjoon sedikit tertawa kecil mengingat betapa gugupnya Jimin ketika itu.

I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang