Night in Nami's

1.4K 155 10
                                    

"Coba kamu ulangi, Jim?" Yoongi meletakkan piring yang hampir jatuh ke lantai itu dengan selamat. Untung refleknya bagus, kalau tidak, piring itu benar-benar akan pecah berkeping-keping.

Jimin masih tersenyum simpul melihat Yoongi yang penasaran, inginnya mengerjai suaminya itu, tapi nampaknya sudah cukup untuk hari ini bermain-mainnya. "Aku hamil, Yoongs. Sudah jalan empat minggu." Ia mengulang perkataannya.

Yoongi hanya bergeming di tempat, tetapi matanya sudah berkaca-kaca bahagia. Sampai Jimin gemas dan segera menghampiri suaminya tersebut untuk memeluknya sayang. Menyesap wangi tubuhnya dan menenangkan jiwanya. "Sudahlah, jangan menangis. Bukankah seharusnya kamu bahagia? Eum?" Jimin menangkup wajah Yoongi dan mengecupnya sekilas, lalu ia kembali memeluk suaminya sambil mengusap-usap punggungnya pelan.

"Kamu, tidak bohong kan? Aku, aku akan menjadi ayah?" Yoongi menatap Jimin dengan tatapan memohon yang menggemaskan.

Mau tidak mau, Jimin tersenyum simpul melihat wajah suaminya tersebut. "Kamu memang Papa kerennya Jiyoon kan? Kamu sudah jadi Papa, ingat? Anak sulungmu sudah delapan tahun."

Yoongi akhirnya tersenyum bahagia. Memeluk Jimin erat sambil mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena bersedia mengandung lagi hasil benihnya. Karena Yoongi sempat sangat amat sedih ketika Jimin bilang akan mengonsumsi pil KB dan tidak berencana memiliki anak kedua untuk melengkapi keluarga kecilnya. "Yah, sejujurnya aku kebobolan sih. Tapi aku senang. Hehe." Jimin masih memeluknya erat. "Ngomong-ngomong, kita akan berpelukan sampai kapan, sayang? Kamu makan dulu saja, aku mau mandi kemudian kita tidur. Aku akan menceritakannya semua."

"Tapi aku tidak membawa pakaian sama sekali."

"Aku tahu. Makanya aku sudah prepare barangmu, bahkan aku membawakanmu pisau cukur untuk wajahmu." Jimin mengusap sayang wajah suaminya. Tatapan teduh suaminya kembali, dan Jimin sangat menyukainya. "Baru ku tinggal hampir seminggu, penampilanmu kusut sekali."

Yoongi cemberut lucu. "Itu karena kamu pergi. Dan meninggalkan semuanya. Kumohon jangan ulangi hal seperti itu lagi, Jim. Aku benar-benar ketakutan."

"Merasakan apa yang aku rasakan?" Yoongi mengangguk lemah, wajahnya lucu sekali ketika menyesal. "Beruntung aku hanya pergi sebentar, bayangkan kalau aku pergi bertahun-tahun atau selamanya."

"Jimin! Jangan berbicara seperti itu! Sudah. Cukup. Kamu mandi, sementara itu aku makan. Nanti bergantian." Yoongi mulai melahap makanannya pelan sambil masih tersenyum-senyum sendiri. "Jadi.. ini rasanya.."

"Rasa apa?" Tanya Jimin yang sedang mengeluarkan pakaian serta menyiapkan kebutuhan mandi suaminya.

"Rasanya mengetahui jika istriku hamil. Hehe" Yoongi nyengir polos.

Jimin tersenyum. Wajah suaminya itu lho, benar-benar kekanakan sekali. "Bagaimana memang?"

"Eum, bagaimana yah. Senang, tapi tidak hanya senang, ada perasaan lain seperti.. ahh pokoknya tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata!"

"Iya iya sudah, kamu habiskan dulu makanannya. Memangnya kamu tidak penasaran dengan 'sandiwara' ini? Dan apa kamu tidak penasaran dengan dua orang yang tiba-tiba menghilang?"

Yoongi menggeleng lucu sambil tetap mengunyah dan tersenyum. "Semua rasa penasaranku tertutup dengan rasa bahagiaku." Ucapnya. "Tapi tetap kamu berhutang penjelasan sejelas-jelasnya, Jim." Bibirnya mengerucut.

"Iya, iya. sudah, aku mandi dulu." Ucap Jimin masuk kedalam kamar mandi.

Yoongi jadi penasaran, kata Jimin tadi kalau tidak salah dua orang menghilang? Apa yang dimaksud itu Namjoon dan Hoseok? Benar juga, Yoongi sampai lupa keberadaan dua makhluk menyebalkan itu dalam permainan ini. Ia masih terlalu senang dalam euforia kehamilan Jimin. Ia sampai tidak sadar sudah menambah lauk untuk yang ketiga kalinya, dan hingga Jimin selesai mandi pun Yoongi masih saja berpkir.

I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang