In the Morning.

1.8K 159 37
                                    

Jimin menggeliatkan badannya. Pagi ini dia punya janji dengan Jiyoon untuk pergi menghabiskan waktu dengan putri semata wayangnya tersebut. Maka dari itu, Jimin bangun agak lebih pagi untuk memasak bekal makan siang mereka berdua.

Ia mencoba untuk melemaskan otot-ototnya yang kaku. Matanya mencoba untuk di buka walaupun terasa berat.

Pemandangan pertama saat matanya terbuka sempurna adalah, seorang laki-laki berambut kelam bertelanjang dada sedang tengkurap di sebelahnya, kulitnya yang pucat masih menyisakan guratan-guratan lecet dan bekas luka gigitan pada lengannya. Napas lelaki itu teratur, wajah tidurnya sangat mirip ketika Jiyoon masih bayi. Bibirnya sedikit maju malah terlihat sangat imut. Jimin tersenyum melihat pemandangan di hadapannya, dia sangat rindu masa-masa dimana menghabiskan waktu untuk cuddling time dengan Yoongi di pagi hari, yah walaupun berujung Yoongi meminta jatah morning sex, tapi Jimin akan dengan senang hati melakukannya karena cinta. Namun sekarang, ia hanya bisa menghela napas acuh, ia bersumpah pada dirinya sendiri untuk tidak kembali kepelukan seorang Min Yoongi. Jimin masih terlalu sakit hati, walaupun kadang hati dan perlakuannya terhadap Yoongi suka bertentangan.

Ketika pertama kalinya Yoongi datang kembali sebagai orang yang berbeda, Jimin merasa ada sesuatu yang menggelitik hatinya. Rasa campur aduk yang sampai sekarang Jimin juga tidak mengerti. Jimin hanya bingung, di satu sisi dia senang suaminya kembali namun di sisi lain dia juga marah karena suaminya datang setelah sekian lama dia berjuang sendirian.

Jimin bukanlah tipe orang pendendam, bahkan hati Jimin terlampau lembut. Namun selembut-lembutnya hati manusia, akan ada saat dimana lembut itu berubah menjadi keras dan kasar. Seperti Jimin sekarang. Menghadapi Yoongi apalagi menatap wajahnya membuat Jimin merasa seperti es batu yang keras, tapi ketika sepasang bola mata itu bertemu dengan iris kelam seorang Park Jimin, es batu itu dengan cepat meleleh dan mencair.

Karena setiap Jimin melihat lebih dalam iris Yoongi, pikirannya selalu tertuju pada Jiyoon. Mata anak itu menuruni mata papanya, dan Jimin takut jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada Min Yoongi.

"Sudah puas?" Suara serak itu membuyarkan lamunan Jimin.

"Apanya?"

"Menatapku. Apalagi." Yoongi membuka matanya sambil meregangkan badan.

"Oh, tidak. Ah maksudku ya aku cuma terkejut saja. Biasanya aku tidur sendiri atau dengan Jiyoon, sekarang ada kamu."

Yoongi menopang kepalanya dengan legan tangan yang di sikukan. "Mulai sekarang aku tinggal disini. Sama kamu, jadi jangan terkejut kalau setiap pagi lihat wajah tampanku."

"Ya terserah, kalau memang mau tinggal disini, kamu tidur di kamar Jiyoon, jangan disini. Nanti kubersihkan. Biar Jiyoon saja yang tidur disini."

Yoongi diam. Tak bersuara dan hanya memandang wajah polos bangun tidur Jimin. Ia menjulurkan tangan kirinya untuk mengusap pipi Jimin yang tirus, namun lagi-lagi di tolak oleh Jimin. "Jangan pegang-pegang aku. Aku tidak suka di pegang-pegang."

"Dulu kamu suka sekali menempel padaku untuk di usap kepalanya."

"Itu dulu. Sekarang tidak. Keadaan sudah berubah."

Yoongi mengalah, hanya bisa menghela napas. Ia sadar Jimin belum bisa menerimanya kembali. Ia hanya bisa berdoa untuk Jimin segera melapangkan hatinya untuk Min Yoongi seorang.







I don't careTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang