Whats wrong, Delia? (Joshua's side)

6.4K 767 6
                                    


Aku tersenyum saat lihat timeline Instagram. Banyak orang yang meng-upload kegiatanku dua hari yang lalu bersama Delia.

Ada foto saat Delia membantu petani menanam padi. Awalnya aku ngelarang, tapi Istriku ga ngerti kata jangan. Bukannya ngejauh malah nyemplung ke sawah. Ga sampai disitu, dia dengan gilanya melepaskan sepatuku dan menarikku buat ikut menanam padi. Tapi ini diluar ekspetasi, kegiatan itu menyenangkan.

Ada lagi foto saat Delia mencubit pipiku dengan tangannya yang penuh lumpur. Tentu saja aku balas, tapi sangking semangatnya sampai ga sengaja aku ngelepas jarum pengait kerudungnya. Ada juga foto saat Delia mengikuti lomba tangkap bebek bersama ibu-ibu rumah tangga lainnya. Saat Delia diumumi sebagai penghasil tangkapan terbanyak, dia senang bukan main. Sangking senangnya dia langsung lari ke arahku yang sedari tadi sibuk menyemangatinya dan meluk tubuhku erat. Ga peduli tentang betapa kotornya Delia, aku membalas pelukannya tak kalah erat. Wanitaku memang luar biasa.

Aku melirik ke arah sampingku. Dimana Delia tertidur dengan gelisah. Aku bisa merasakan keanehan pada Delia hari ini. Entah kenapa, tempramen Delia sangat buruk sejak pagi tadi.

Ia selalu mengomel tentang apapun yang aku lakukan. Aku mendengarkan musik di marahi, aku membaca buku di marahi, aku bertanya ada apa juga di marahi, bahkan saat aku diam ga ngapa-ngapain juga di marahi. Aku ga ngerti, kenapa wanita sebegini memusingkan?

"Eunghh..." Delia mendesah. Biasanya aku selalu tegang kalo mendengarnya, tapi kali ini aku kaget. Delia tiba-tiba bangun dengan wajah yang sepertinya menahan sakit. Belum sempat aku nanya, dia sudah masuk ke kamar mandi duluan.

Ya sudahlah... kalo ada apa-apa pasti manggil.

"Mas... mas Shua?"

Tuh, kan.

"Iya sayang, kenapa?"

"Tolong ambilin pembalut, dong di lemari."

"Lemari mana?"

"Yang item."

"Dimananya?"

"Cari aja lah, banyak tanya benget sih!"

Mulai lagi, kan. Buru-buru aku nyari benda keramat itu.

"Ada ga? Kok lama?"

"Ada sayang, tapi bungkusnya doang."

"Masa sih? Perasaan tadi tinggal satu... mas ga bener nyarinya ya!"

Ya, aku lagi yang salah.

"Nggak kok, aku udah nyari yang bener."

"Cari lagi!"

"Iyaaa..."

Aku nyari itu sampai kesudut lemari, tapi ga ketemu. Pasrah, akhirnya aku bawa aja bungkusnya ke kamar mandi.

"Nih, liat sendiri. Kosong."

"Ahh..." Wah, si cantik ngedesah lagi, tapi mukanya melas banget.

"Gimana dong?" tanyaku yang buat dia natap aku dengan kening berkerut.

"Ya gimana lagi, beli lah."

"Yaudah, beli.."

"Aku yang beli gitu? Ga masalah darah haid aku ngecer kemana-mana?" Suaranya sakarstik banget.

"Terus?"

"Ya kamu lah yang beli! Kamu tuh mikir ga?! Ga inisiatif banget jadi laki!"

***

Pak Presiden - Joshua HongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang