"Ya terus gue gimana?! Positif atau nggak?!"
"IYA!"
"IYA!"
Teriak Winwin dan Satia bersamaan. Delia hanya diam, menatap hasil pemeriksaan kandungan didepannya dengan tatapan bingung.
"Gue bingung... gue kudu seneng apa sedih, ya?" gumam Delia bersamaan dengan setetes air matanya yang keluar.
"Kalo gue sih seneng."
"Gue juga seneng, bentar lagi Sicheng punya temen main. Cuma sedih aja sama si Delia yang begonya minta ampun. Delia tertawa tipis.
"Iya, gue bego banget ya... ada yang hidup disini aja gue ga tau..." ucap Delia seraya mengusap perutnya yang memang sudah membesar.
"Dia curhat sama gue katanya akibat ga boker-boker..."
"Lha, gue kira kena busung lapar..."
"Eh, bentar, usia kandungannya berapa bulan?"
"Sekitar.... hampir 6 bulan."
"Berarti dua bulan terakhir dia sama Joshua, dia udah ngisi!" ucap Satia membuat Winwin melebarkan matanya.
"Berarti perceraian mereka nggak sah!"
***
Tok... tok...
"Masuk...."
Pintu kayu berwarna hitam itu terbuka, menampakkan sosok pria dengan tubuh proposional itu. Mingyu.
"Eh, ada apa, Gyu?" Mingyu hanya tersenyum dan duduk tepat didepan Joshua yang tengah berkutat di meja kerjanya.
"Ada kiriman dari RSUD Muhammad Hosein..." ucapan santai Mingyu tentu mampu membuat pergerakan Joshua terhenti. Mingyu meletakkan sebuah map berwarna coklat ke atas meja Joshua. Pria itu menatap pria di depannya, solah meminta penjelasan.
"Mana gue tau... segel aja belum dibuka, bang..." Tanpa banyak bicara, Joshua langsung membuka isi dari map itu.
Jantung Joshua mencelos saat melihat sebuah test-pack dengan dua garis merah dibagian hasilnya, lalu ia beralih ke surat yang menjajakan deretan tulisan rapih.
Joshua menaruh kepalan tangan didepan mulutnya, mengantisipasi sebuah jeritan yang keluar. Senyum lebar terpatri diwajah serius itu bahkan matanya jadi berair.
Mingyu ikut mengambil test-pack itu dan menganga lebar.
"Woah! Ini punya mbak Delia?! Gila! Kok bisa?! Selamet ya, Bang!" Joshua benar-benar ingin menjerit sekarang.
"Bilang sama anak-anak. Aku titip kerjaan dulu..." ucap Joshua seraya beranjak dari sana, menepuk bahu Mingyu dan keluar dari ruangan itu. Mingyu memutar bola matanya malas.
"Shit lah, Bang..."
***
"Minyak... udah. Sekarang.... bihun?" Delia menarik keranjang belanjanya ke stan yang berisi berbagai macam bentuk mi.
Ibunya benar-benar kejam. Bagaimana bisa sang ibu menyuruh Delia ke minimarket di depan gang malam-malam dengan berjalan kaki? Delia protes tapi sang ibu malah menjawab.
"Latihan pernapasan biar gampang nanti ngelahirin. Jangan manja, buruan!"
Hahhh....
Besok orang tuanya mengundang keluarga besar untuk makan dirumah. Katanya sekalian mengadakan syukuran untuk kehamilan Delia.
Tentang Joshua, Delia lah yang mengirimkan hasil cek itu. Biarlah pria itu yang membaca hasilnya, toh ia sudah tahu kalau ia tengah mengandung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Presiden - Joshua Hong
FanfictionTampan, Mapan, Berpendidikan, Beriman, Berkedudukan. Apa yang kurang dari Joshua Hong? Ya itu.... Indonesia ga punya Ibu Negara. Mampus.