Kening itu berkerut, pupil hitam itu mengerjab tatkala cahaya masuk kedalam retina matanya. Sekedar membiasakan. Tangan yang sedari tadi tergeletak begitu saja di atas ranjang kini ia gunakan untuk mengusap matanya.
Sedang tidak ingin berlama-lama di ranjang kesayangannya, Delia bangkit menuju kamar mandi yang terletak di dapur. Mencuci wajahnya, kumur-kumur, dan menggosok giginya sebersih mungkin, kegiatan monoton yang setiap hari ia lakukan begitu bangun.
Delia menjemur handuk yang ia pakai untuk mengeringkan wajahnya. Sejenak ia menoleh ke arah jendela luar. Kenapa lingkungannya terasa ramai? Bukankah ini hari minggu? Ah... mungkin minggu ini jadwal gotong royong.
Pemikiran itu membuat Delia melenggang dengan santai memasuki kamarnya. Baru hendak ia menutup pintu hingga ponselnya bergetar.
SAT-ia Calling...
"Hal-"
"Lia! Lu udah tau berita kan?!" Delia dengan cepat menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Agar bisa berfungsi dengan baik tentunya.
"Berita apaan?"
"Berita lu sama Pak Joshua!"
"Hah? Emang gue sama Shua kenapa?"
"Lu mau nikah sama Presiden, Masya allah! Wartawan udah pada tau, rumah lu dikerubungin!"
"APA?!" Satia pasti melakukan hal yang sama dengan yang Delia lakukan di awal telepon tadi.
"K-kok... bisa tau?"
"Calon lu sendiri yang konfirmasi. Abis lu lamaran kan dia pulang tuh ke Jakarta, siangnya dia langsung konfirmasi kalo Indonesia bakal punya Ibu Negara!" Jelas Satia membuat Delia terpekur.
"Kok... gue ga tau?"
"Nah, itu begonya elu! Gue yakin lu masuk kerja sore, ga sempet pegang hape, sekalinya pegang udah low-bat, giliran pulang jam 5 pagi, abis itu molor ampe sore.."
"Monoton banget idup gue ampe lu apal..."
"Delia!" panggilan sang Ibu membuatnya mau tak mau memutus hubungannya dengan Satia.
"Ia ada ap- eh! Mau kemana ini!" pekik Delia saat tangannya di tarik tiba-tiba oleh sang Ibu.
"Ibu, mau keman..." ucapan Delia terhenti, tepat saat ia melihat kondisi di halaman rumahnya. Banyak wartawan berdiri terhalang pagar yang mengelilingi rumahnya, juga banyak orang bersetelan jas hitam yang Delia yakin adalah anggota Paspampres.
Dan fokusnya yang terakhir membuatnya makin shock. Joshua, duduk di sebuah bangku dengan gitar coklat di tangannya. Sedang apa dia disana? Apa ia ingin melaksanakan pagelaran? Tapi... kenapa harus di depan rumahnya?!
"Ekhem... permisi semuanya." Intrupsi Joshua membuat keadaan jadi hening seketika.
"Saya disini akan menyanyikan satu buah lagu yang sangat Istimewa. Saya persembahkan hanya untuk...."
"Ayah mertua saya." Delia melebarkan matanya.
Ayahnya?
Untuk ayahnya?
Apa dia sehat?!
"Joshua harap dengan ini... Om Yudha bisa mendengarkan isi hati Joshua yang sebenarnya."
Joshua memetik satu senar gitarnya, menimbulkan sebuah bunyi khas dari alat musik itu. Hingga akhirnya ia mulai menyanyikan lagu 'Istimewa' itu.
Sir, I'm a bit nervous 'Bout being here today
Still not real sure what I'm going to say
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Presiden - Joshua Hong
FanficTampan, Mapan, Berpendidikan, Beriman, Berkedudukan. Apa yang kurang dari Joshua Hong? Ya itu.... Indonesia ga punya Ibu Negara. Mampus.