Mentari Pagi

172 14 8
                                    

  Ia menerawangi langit baik-baik, nampak banyak kemilau nun indah yang ia lihat. Awan-awan yang bergerak anggun dan menawan, disambut hangat oleh senyuman indah berseri-seri dari sang matahari. Tersipu malu awan itu. Lambat laun selalu berubah-ubah bentuknya. Kadang ia melihat awan itu berbentuk macam kacang merah yang sudah mau masak, sampai nampak seperti wajah seseorang. Yah, dengan sedikit berusaha berimajinasi.

  Dari bawah pohon, Ia merasakan cahaya yang menusuk, menyelisik diantara dedaun pohon yang rindang itu. Silau. Tak kenal adat cahaya itu.

  Kafilah-kafilah angin menampar-nampar tumbuhan yang berada di sekitarnya, membuat mereka seakan-akan menari bersama hembusan angin tersebut. Pohon apel, bunga-bunga, rerumputan, tukang sol sepatu, petani yang kehausan dan berlindung dari ganasnya sengatan mentari kala pagi itu di bawah naungan pohon, tak ketinggalan ikut merasakan sentuhan semilir angin yang menyejukkan itu. Ah, nikmat sekali.

  Nampak dari kejauhan, gunung yang berdiri kokoh, tegak, kukuh. Gagah sekali. Ingin rasanya ia bertegur sapa dengannya. Ternyata, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya, dengan halus ia berkata "Hei, Assalamualaikum. Kenapa bengong?" . Ohh, rupanya Yusuf. Pemuda yang berambut berantakan itu, mirip Itsuka Shido dalam anime Date A Live. Nampak ada bercak hitam di kantung matanya, seperti orang sakit atau kurang tidur. Mau bagaimanapun, seperti itulah Yusuf. Pemuda berperawakan tidak besar cenderung pendek ini adalah pemuda yang kalau saja ia mau dan berusaha, maka perempuan akan dengan mudah terpincut akan karismanya yang mempesona. Dia hafal Juz Amma Al Quran. Pemuda yang gemar mata pelajaran matematika ini, amatlah menyenangkan. Tak perlu macam-macam gaya. Sudah oke.

  "Eh, Wa'alaikumussalam. Enggak Suf, lagi Tafakkur aja kok. Lagi enak suasananya. Kalau mau, ikut aja di sini. Eh iya, udah jam berapa sekarang teh?" Agak sedikit tersontak jawabannya.

  "Emm, kayaknya sih jam 9-an deh Man, udah dhuha. Sholat di sini, kayaknya bakal nyaman nih." Gumam Yusuf.

  "Betul juga, wudhu yuk!"

  "Aih, siap komandan" Jawab Yusuf sambil melabuhkan tangan ke ujung dahinya. Benar-benar seperti seorang Prajurit yang berpangkat tinggi yang dengan bangga akan titah dari atasannya. Mantap.

Orang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang