Surat dari langit...

33 4 3
                                    

  Berakhirnya pengelolaan posisi tempat duduk ketika senin pagi itu, ditandai oleh bunyi gemerincing lonceng kecil yang digoyangkan dengan bergairahkan penuh oleh Pak Syukran yang sedari tadi sudah berancang-ancang ingin membunyikan bel. Dan bel di Smp Muhammadiyah ini memang tergolong sederhana dan tradisional. Entah apakah ingin mempertahankan tradisi turun-temurunnya atau memang tidak memiliki dompet yang kekar berisi untuk menghadirkan bel yang layak dan berkualitas, yang penting masih bisa berdering, bukan?.

  Pelajaran pun dimulai. Kali ini adalah bagian Ilmu Bumi, yang diampu langsung oleh kepala sekolah yang konon beliau sendiri pernah observasi sebagai pengaplikasian teori yang beliau pelajari di sekolah. Beliau memang terkenal kenal akrab dengan bumi ini. Bahkan dulu, beliau suka sekali menghafal nama-nama latin dari berbagai jenis makhluk biologis. Tak sampai situ. Karena terlalu ambisiusnya Pak Adi ini, berbagai macam tempat dan kegiatan pernah beliau lalui. Seperti misalnya terjun langsung masuk ke dalam balong milik pamannya karena ingin meneliti jenis dan kadar air yang kira-kira pas untuk dijadikan tempat hidup ikan, dan ikan apa saja yang dapat hidup di jenis air tersebut. Kemudian, pernah juga suatu kali Pak Adi pergi ke bibir sungai, mencari objek yang sekiranya bisa dijadikan sebagai bahan penelitian, dan beliau menemukan seekor ular yang terlihat tambun tubuhnya karena habis meraup seekor katak yang agak besar. Ularnya panjang, dengan ekspresi wajahnya yang agak menyeramkan dengan mata berwarna coklat gelap dan tubuh yang berwarna coklat dihiasi dengan tutul berwarna hitam bulat, sedang terkulai lemas kekenyangan di sana. Pak Adi yang melihat fenomena tersebut tidak menyia-nyiakan momen itu. Ia langsung ambil kayu yang berbentuk huruf Y agak tebal dan besar, juga membuka karung putih besar yang ia bawa yang nantinya akan dijadikan sebagai penyimpanan hasil penangkapannya.

"Sssst... Tenaang, tenaaang" Ia berkata kepada dirinya sendiri. Sugesti.

"Iyaaa... sedikiit lagiiii, teruuss teruuus" Semakin geregetan. Jalannya pun mengendap-endap.

"Akan kutangkap kau ular cantikkk.. " Pak Adi mulai membidik ular dengan kayunya.

   Dan... Ular pun tertahan dengan tepat. Dengan sedikit memberontak, akhirnya ular itu bisa ditaklukan dengan jantan oleh Pak Adi. Kemudian dimasukkan ke dalam karung sembari menerima resiko kalau-kalau ia digigit. Setelah itu, ia membanting-bantingkan karung beserta ular yang ada di dalamnya, supaya ular itu tidak menyeruak keluar dari karung. Ular lemas, atau bahkan mungkin telah mati.

  Sesampainya di rumah, Pak Adi melakukan pembedahan terhadap ular tadi, layaknya seperti seorang dokter bedah yang sudah membuana dan masyhur. Dengan percaya diri ia mulai membedahnya. Dan singkat cerita, kau tahu, apa yang didapatkan Pak Adi kala itu adalah sebuah benda yang aneh dan mistis. Sebuah Batu Cincin yang antik dan apik. Amat indah semburat merah yang terpancar darinya. Ia sudah tidak memperdulikan objek penelitiannya. Ia buang ular itu, dan menyimpan Batu Cincin yang ia temukan dalam perut ular ketika pembedahan tadi. Ia bersihkan sampai mengkilat. Ia perlip.

  Sampai sekarang, ketika beliau telah menjadi kepala sekolah dan pengampu pelajaran Ilmu Bumi di Smp Muhammadiyah ini, cincin yang dahulu ia pernah temukan secara spontan masih dipakainya.

"ini membuatku merasa hebat dan percaya diri, percayakah kau? Hahaha..." ketika beliau pernah ditanya tentang cincin tersebut.

  Namun setelah ia tahu, bahwa menganggap suatu benda memiliki kekuatan ghaib tertentu dan atau bahkan mempercayainya adalah suatu perbuatan yang dilarang dalam Islam, karena itu adalah merupakan perbuatan menyekutukan Allah. Maka Pak Adi pun mengganti jargonnya. Hanya sebatas menganggap bahwa memang cincin itu adalah indah. Sudah, sampai sana. Tidak lebih. Ia menjadi lebih religius dan memiliki aura spiritualitas yang baik, ketika ia pernah mendapatkan permasalahan yang membuat hidupnya goyah. Ia diminta cerai oleh istrinya. Memang, Pak Adi sempat terpukul batinnya, karena alasan istrinya minta cerai sudah sangat absolut ; karena Pak Adi sudah "menyelingkuhi" Allah. Masya Allah. Seorang istri yang shalihah, memang seharusnya mendapatkan apa yang selaras dengan sifatnya.
Yang baik akan mendapatkan yang baik, dan yang buruk juga akan mendapatkan apa yang sepantasnya didapatkan olehnya.

  Pak Adi sadar, yang kemudian hari menyetujui permohonan dari istrinya. Ia cerai. Dan setelah perceraiannya itu, hidup Pak Adi menjadi lebih harum beraroma Islam. Ia memulai perjalanan spiritualnya. -tapi, tidak dibahas di sini, ada tempat khusus, kawan-.

  Pagi itu, di kala Ipul sudah nundutan di kelas, Pak Adi mengajar dengan enerjik. Weni, Hasya, Aas, Zakiya benar-benar terpaku perhatiannya kepada Pak Adi. Mereka terperanjat dan takjub atas penjelasan Pak Adi tentang Alam Semesta. Astronomi. Pula Pak Adi memiliki sifat paternalis yang benar-benar kental dalam dirinya. Terlihat dari caranya mengajar yang terlihat komunikatif dan edukatif. Tidak mengecewakan posisinya sebagai kepala sekolah Smp Muhammadiyah.

  Ia menceritakan, bahwa dunia ini dengan miliyaran benda yang mengapung berterbangan di luar angkasa, mampu untuk tidak saling bertabrakan antar satu sama lain, tidak lain adalah hasil dari suatu penciptaan yang sistematis dan superior. Amat sangat mustahil pergerakan semacam itu adalah hasil dari kebetulan tanpa perencanaan dan pengaturan.

"Hei bocah, kau kira seperti apa bumi ini tanpa atmosfer? Hhe.. Habis kau. Kau tidak akan ada di dunia ini seperti sekarang. Maka bersyukurlah dan pelajari lebih jauh. Jadilah astronom yang beriman. Ingat, kalian juga adalah orang Islam." sembari memegang spidol, mengacung-ngacungkan ke hadapan para murid.

  Pelajaran tentang astronomi membuat Ismail penasaran akannya. Ia tertarik. Anak yang melankolis ini mengabsorb seluruh perkataan Pak Adi yang menyentuh saraf-saraf di otaknya. Ia ingin menjadi scientist yang beriman kepada Allah. Sedangkan yang lainnya menganggap materi ini tidak menguntungkan, alias hanya merepotkan saja. Mulut Ipul kembali terbuka lebar, menyerap apa saja yang berada di sekitarnya.

  "Jadi bocah, seperti yang sudah kalian pelajari di pengajian-pengajian bahwa alam semesta ini adalah ciptaan dan kepunyaan Allah, Sang Maha Creator yang absolut. Pesan dari langit ini tidak boleh kalian lempar tanpa arti begitu saja. Karena, mempelajari sains hanya akan membuatmu jauh dari Tuhan. Tapi jika kamu, hai bocah mendalami sains, kamu akan menemukan betapa agungnya Sang Pencipta itu." Ia mengutip kata-kata dari Francis Bacon.

  Weni, Aas, Hasya, Zakiya kembali terperanjat, tersontak, karena Pak Adi tidak sadar bahwa "kandang"nya terbuka.

                      ---°---

  Setelah selesai Pak Adi mengajar di kelas, ia berjalan menuju kantor guru yang berada di samping kanan kelas. Sesampainya di sana, Pak Syukran berkata kepada Pak Adi.

  "Pak, tadi ada seorang perempuan yang datang ke sini dengan menitipkan sebuah surat beramplop ini kepada Bapak. Perempuan tadi berjilbab lebar dengan tahi lalat bersemayam di pipi kirinya. Saya kurang tahu siapa dia karena dia langsung pergi tanpa basa-basi."

Pak Adi pun mengambil surat tersebut. Setelah sekolah selesai, Pak Adi pulang ke rumahnya dengan diantar ojek. Sesampainya di rumah, Pak Adi duduk di emper rumah. Betapa termangu dan berbinar-binar Pak Adi kala itu, setelah membuka ternyata surat itu adalah permohonan maaf dari istrinya dulu yang sempat meninggalkannya. Butiran-butiran air mata Pak Adi jatuh membasahi kertas itu. Dengan diiringi dinginnya malam dengan instrumen kaok-kaok burung gagak. Angin berselancar bersemilir meniup-niup rumah Pak Adi dan pohon pepayanya. Belantik pun ikut kalut karena terharu melihat Pak Adi yang sedang termangu. Bulan pun tersipu malu, yang meminta awan untuk menutupinya.

Orang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang