Di kamar Geo.
Aku dan Geo duduk berdampingan di tepi ranjang. Kami terdiam dengan sikap kaku seperti kanebo kering. Kami berdua terhanyut dalam alam pikiran kami masing-masing. Tapi satu hal yang mungkin sama adalah perasaan kami yang sedang bahagia, bahagia karena kami dapat mengungkapkan gejolak hati yang selama ini kami pendam sendiri. Sebuah gejolak yang tak bisa disangkal kebenarannya, bahwa kami saling menyintai bahkan telah berubah levelnya jadi saling menyayangi. Walaupun kami tahu, perasaan yang hadir di antara kami ini sesuatu yang absurd dan berkategori abnormal.
''Geo ...'' ujarku lirih, seakan tidak percaya diri.
''Apa ...'' jawab Geo yang matanya, entah ke mana dan tak berani menatapku.
''Kita sudah berada di kamar ... dan cuma berdua ... apa yang kamu pikirkan?''
''Aku tidak tahu ...''
''Apa kamu tidak ingin melakukan sesuatu?''
''Entahlah ...''
''Geo ...'' Aku menarik kepala Geo dan menghadapkan ke arah wajahku, ''apakah kamu menyayangiku?'' tambahku seraya memandang kedua mata Geo yang masih belum berani menatapku.
''Aku menyayangi kamu ...'' ungkap Geo dengan suara gemetar.
''Tatap mataku, Say!''
Geo akhirnya menatap mataku.
''Apa yang kau lihat?"
''Aku tidak mengerti ...''
Aku mendekatkan wajahku ke hadapan Geo, lalu perlahan aku mengecup bibir Geo dengan sangat lembut. ''Ada cinta di mataku, Say ... aku sayang sama kamu!" ujarku.
''Aku juga sayang sama kamu.'' Geo menarik tengkukku dan membalas dengan kecupan hangat di bibirku, lalu dengan sangat ganas dia melumat bibir bagian bawahku.
''Geo ... Apa yang kamu inginkan?''
''Terserah kamu ...''
Aku mendekap tubuh Geo, kukecup kupingnya, kemudian lehernya dan terakhir bibirnya. Lalu, aku membuka baju Geo, hingga dia bertelanjang dada. Aku baringkan tubuh Geo di atas kasur, kucumbui seluruh tubuh Geo dengan menjilati bagian-bagian sensitifnya, seperti seekor kucing yang menjilati anaknya. Geo hanya terdiam dan sesekali mendesah setiap lidahku meliuk-liuk di area hitam di bagian putingnya. Ough .... badan Geo bergidik, ketika ujung lidahku menari-nari di ujung pentilnya yang mengeras. Aaahhh ... Suara Geo mendesah tatkala gigiku menggigit sayang daging dadanya yang gempal.
''Kenapa, Say ...'' bisikku di kuping Geo.
''Enak, Say ... Ough ...'' sahut Geo dengan melengkuh penuh rasa kenikmatan.
''Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan, Say ...''
''Lakukan saja, Say ... ough ... aahhh ...''
Aku membuka celana panjang Geo, kemudian cawatnya, hingga dia benar-benar polos seperti seorang bayi yang baru lahir, tak ada satu pun benang yang menempel di tubuhnya. Badannya terlentang dan pasrah menunggu pelayanan erotis yang akan aku berikan. Aku meremas penis Geo yang masih setengah ngaceng, aku kocok-kocok benda kejantannya, hingga semakin lama semakin keras, besar dan tegang.
''Aku suka penismu ... kepalanya merona, batangnya sedikit berurat dan disunat ketat ... bagus sekali ... menggiurkan, apalagi jembutnya ... cukup lebat, Say ... dan bijinya, Say ... waw, membuatku ngiler ... seperti buah rambutan ...'' Aku meremas-remas biji pelir Geo dengan lembut dan gemas.
''Apa kamu sudah pernah diisep?''
Geo menggeleng.
''Kalau begitu aku akan menghisap penismu ...''
''Ough ...'' Geo menjerit ketika lidahku mulai menjilati kepala penisnya, lalu dengan gesit aku masukan kepala plontos itu ke rongga mulutku.
''Ah ... ahhh ...'' Geo menggelinjang tak karuan saat aku mulai mengulum dan menyedot lubang penisnya yang telah berlendir penuh dengan cairan percum-nya. Tubuh Geo bergerak tak beraturan, saat tanganku memainkan dua bola pingpongnya sambil menjepit batang penisnya dengan gerakan naik turun menggunakan mulut sempitku.
''Enak, Say?'' bisikku.
Geo cuma mengangguk dengan nafas yang berat.
Aku membuka lebar-lebar kedua paha Geo, hingga posisinya ngangkang seperti seekor kodok, lalu aku angkat bokongnya sedikit sehingga lubang anusnya nampak menganga tepat di hadapanku.
''Ough ...'' tangan Geo mencengkram seprai hingga berantakan, ketika lidah basahku menyentuh liang duburnya. Tubuhnya makin bergetar dan menggelinjang saat ujung lidahku mengorek-ngorek lingkaran anusnya yang nampak kemerahan.
''Aahhh ...'' Geo melengkuh dan mengejan, ketika jari-jariku mulai menerobos lubang boolnya. Aku keluar masukan jari jemariku ini di liang bool Geo hingga lubang itu berlahan terbuka dan rongganya melebar bersama dengan keluarnya lendir-lendir anus yang becek dan lengket.
''Ough ...'' Geo cuma mendesah merasakan sensasi rasa sakit bercampur dengan rasa nikmat.
Aku membuka seluruh pakaianku, aku mengocok-ngocok penisku sendiri hingga penisku benar-benar ngaceng. Setelah cukup keras dan kencang aku mengarahkan penisku ini ke lubang kenikmatan Geo. Kugosok-gosokan kepala penisku di mulut bool Geo untuk memancing rongga bool Geo, agar mudah terbuka, lalu setelah lubang itu terbuka dengan membentuk konsonan huruf vokal O, otomatis penisku leluasa memasuki liang anus itu yang masih sempit. Sejurus kemudian, jleebbb ... separuh batang penisku masuk ke rongga bool Geo. ''Aah ... aahhh ...'' Geo merintih tatkala alat kelaminku dengan gagah mengoyak-oyak keperawanannya. Aku menaik-turunkan bokongku seirama dengan maju mundurnya penisku di dalam rongga Bool Geo yang makin becek dan menjepit batangku. Inilah aksi pertamaku mengentoti anus Geo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geo ... Aku saYang
RomanceUntuk 17++ ''Geo ... aku akan menikah,'' ujar Tirta. Geo meringis mendengar pernyataan Tirta. ''Jangan bercanda, Tirta ... Kita tidak mungkin bisa menikah!'' ''Aku tidak menikah dengan kamu, Geo ... tapi dengan seorang wanita.'' ''Apa!'' Geo terbeng...