Tiga tahun telah berlalu.
Hubungan cinta antara aku dan Geo kian tumbuh subur bagai jamur yang berkembang di musim hujan. Rasa sayang di antara kami telah merekat kuat di dalam hati kami masing-masing. Kami saling mendukung dalam berbagai hal, kami saling memberi dan menerima baik cinta, kasih sayang maupun seksual, suka dan duka tak luput kita hadapi bersama-sama. Geo tak sebatas pacar lelaki, tapi dia bagiku seperti sahabat sekaligus saudara terbaik. Namun sedekat apa pun hubungan kami, kami tetap merahasiakan hubungan yang sesungguhanya di depan keluarga dan teman-teman kami, biarlah mereka menganggap kami hanya sebatas teman tanpa harus tahu status percintaan di antara aku dan Geo.
Tapi aku sadar hubungan cinta sejenis ini tidak mempunyai masa depan yang pasti, meskipun aku dan Geo saling mencintai dan kepuasan seksual aku dapatkan, aku masih merasa ada yang kurang dalam hidupku, aku membutuhkan sesuatu yang tak bisa aku dapatkan dari seorang Geo.
Dan di tengah carut marutnya hubungan aku dan Geo, muncullah sesosok wanita yang hadir dalam kehidupanku. Dia bernama Sarida, gadis sederhana yang tinggal di sebelah desaku. Aku mengenalnya saat ada hajatan di salah satu saudaraku dan kebetulan dia menghadiri acara itu. Singkat cerita aku berkenalan dengan dia, lalu bertukar nomor telepon dan kita pun menjadi akrab, dari keakraban inilah yang menimbulkan benih-benih cinta di antara kami. Tanpa banyak pertimbangan seiring dengan berjalannya waktu aku dan Sarida-pun akhirnya mengikrarkan diri jadi sepasang kekasih.
***
''Geo... ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu,'' ujarku suatu hari saat aku bertandang ke rumah Geo.
''Apa yang ingin kamu bicarakan, Tirta... nampaknya hal yang sangat penting sekali?''
''Ya... bisa dibilang begitu ...''
''Kalau begitu segeralah kamu bicarakan kepadaku ...''
''Geo... aku mau menikah ...''
''Hehehe ...'' Geo terkekeh mendengar ucapanku, "kamu ini bercanda, Tirta... mana mungkin kita bisa menikah ...'' lanjutnya dengan meringis sambil geleng-geleng kepala.
''Tidak, Geo... aku tidak menikah dengan kamu... tapi dengan seorang wanita ...''
''Kamu Serius?'' Geo mendadak merubah mimiknya.
''Iya, aku serius ... minggu depan aku akan melamarnya ...''
''Kenapa secepat itu?"
''Maafkan aku, Geo ... selama ini aku menyembunyikan hubunganku dengan dia dari kamu ...''
''Ka ... kamu mencintainya, Tirta ...''
''Iya ... aku mencintainya.''
''Apa kamu tidak mencintai aku lagi?''
Aku terdiam sejenak sembari menatap wajah Geo yang nampak memerah.
''Aku tetap mencintaimu, Geo ... tapi ... Aku juga ingin punya masa depan ...''
Geo tiba-tiba menitikan air matanya, pandangannya nanar dengan sorot mata yang berkaca-kaca.
''Jika kamu lebih mencintai wanita itu menikahlah dengannya ... aku ikhlas, kok...'' ungkap Geo dengan suara gemetar dan terbata-bata.
''Geo ... aku harap kamu mengerti ...''
''Iya ... aku mengerti ...''
Aku mendekati Geo dan memegang pundaknya, aku menghapus air mata yang meleleh di pipinya.
''Walaupun aku sudah menikah nanti, rasa sayang dan cintaku terhadapmu tidak akan berubah ... percayalah ...''
Geo cuma terdiam dan sesenggukkan, tubuhnya melemas dengan ekspresi wajah yang terlihat memelas.
''Pada akhirnya laki-laki akan menikah dengan wanita ... aku tahu itu ...'' ujar Geo.
''Iya ... dan kuharap kamu juga kelak mendapatkan wanita yang kamu sayangi dan kamu nikahi.''
''Entahlah ... aku tidak tahu ... harusnya aku bahagia mendengar berita kamu akan menikah, Tirta ... bukan menangis seperti ini.'' Geo menyeka air matanya.
Aku memeluk tubuh Geo dan mengusap-usap rambutnya.
''Aku tetap mencintaimu, Geo ... Aku sayang sama kamu ... tidak sedikit pun berubah,'' ujarku menenangkan Geo.
''Tirta ... harusnya kamu tidak mempedulikan aku ... menikahlah ... dan lupakanlah aku ...'' Geo melepaskan pelukanku dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, lalu dia menyembunyikan kepalanya di balik bantal.
''Geo ... jangan begitu... please... mengertilah...''
''Aku mengerti, Tirta... sangat mengerti...''
''Syukurlah kalau kamu mengerti...''
''Tirta... aku akan mendukung keputusanmu... tapi ada satu hal yang ingin ku pinta darimu...''
''Apa Geo?... katakan!"
''Ijinkan aku... untuk mendampingi pernikahanmu!''
''Iya... Tentu saja... kamu boleh mendampingi aku saat pernikahanku nanti.''
Geo bangkit dari pembaringannya dan memelukku dengan sangat erat seolah dia tidak ingin melepasku. Aku hanya mengusap-usap rambutnya dan menepuk-nepuk punggungnya. Aku biarkan dia menangis di dadaku... bagaimanapun aku bisa merasakan perasaannya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geo ... Aku saYang
RomanceUntuk 17++ ''Geo ... aku akan menikah,'' ujar Tirta. Geo meringis mendengar pernyataan Tirta. ''Jangan bercanda, Tirta ... Kita tidak mungkin bisa menikah!'' ''Aku tidak menikah dengan kamu, Geo ... tapi dengan seorang wanita.'' ''Apa!'' Geo terbeng...