Part 3 : Pacaran

10.1K 232 6
                                    

"Tirta ...'' Suara Geo pelan membangunkan aku, tangannya mengusap-usap punggunggku, hingga aku terperanjat dan membuka mataku. Aku melihat Geo duduk bersila di atas bantal, senyumannya mengembang menyambut wajah lusuhku.

''Kamu kok, belum pulang?'' kata Geo.

''Bagaimana aku mau pulang, kalau kamu belum sembuh ...'' balasku.

''Aku sudah sembuh, kok ... aku sudah merasa baikan ...'' ujar Geo.

''Serius?''

''Iya ...''

''Aku belum yakin ...'' Aku memegang leher Geo untuk memeriksa suhu tubuhnya, memang benar sudah terasa adem.

''Bener, 'kan ... aku sudah tidak demam lag i...'' Geo meyakinkan aku, ''ini sudah malam ... sebaiknya kamu pulang, Tirta ... besok kamu kerja, 'kan?'' lanjutnya.

''Baiklah ... Jika kamu sudah merasa baikan, aku akan pulang'' Aku bangkit dari tempat dudukku, lalu memandang sejenak ke arah Geo yang masih menatapku dengan tatapan yang penuh dengan spekulasi.

''Terima kasih ya, Tirta ... kamu sudah menjengukku.''

Aku mengangguk, "aku pulang, ya ...'' kataku.

''Iya ... hati-hati!''

''Oke!''

Aku meninggalkan kamar Geo, lalu menemui ibu Geo untuk berpamitan, setelah itu aku pun melenggang ke tempat di mana motorku terparkir. Sejurus kemudian, aku menunggangi motor ini dan membawa tubuhku pulang ke kost-an.

***

Seminggu kemudian.

Geo sudah sembuh total, dia menelpon dan mengajakku untuk ketemuan, karena dia merasa kangen dengan aku. Dan kebetulan aku lagi libur, sehingga aku bisa datang menemuinya. Bersama motorku, aku bergerak cepat ke arah rumah Geo. Rasa rinduku ini yang membuatku bersemangat untuk menemui cowok ganteng itu.

Tiba di rumah Geo, aku disambut dengan wajah sumringah Geo yang telah berdiri menunggu kedatanganku. Dengan langkah lincah Geo menghampiriku dan langsung naik di belakang jok motorku.

 Dengan langkah lincah Geo menghampiriku dan langsung naik di belakang jok motorku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

''Kamu sudah siap?'' tanyaku.

''Aku sudah siap dari tadi ... tapi, kita mau ke mana, Tirta?''

''Aku mau ngajak kamu jalan-jalan ... kebetulan aku juga sudah lapar ... nanti kita mampir ke KFC, gimana? kamu mau 'kan, Geo?''

''Oke ... aku mau.''

''Kalau begitu berpeganglah ... aku akan melajukan motornya!''

''Baik!'' Geo melingkarkan tangannya ke pinggangku, sementara aku mulai menarik gas motornya, hingga motor pun meluncur dengan enteng menyusuri jalanan beraspal yang rata.

''Geo ...'' ujarku di tengah laju motor yang bergerak di jalanan yang tak begitu ramai.

''Iya ...'' sahut Geo

''Aku ingin mengatakan sesuatu sama kamu ...''

''Oh, ya ...''

''Iya ... tapi nanti sajalah ...''

''Bikin penasaran aja!''

''Hrhehe ...'' Aku dan Geo jadi tertawa.

Geo memeluk tubuhku dari belakang dengan sangat erat, kemudian kepalanya di sandarkan di punggungku, aku hanya tersenyum sambil mengusap-usap tangannya dengan mesra. Aku terus berkonsentrasi mengendarai motorku, lalu berbelok ke tempat yang sepi dan aku berhenti.

''Lho ... Kok, berhenti ... katanya mau cari makan?'' ujar Geo heran.

''Kalau tiap hari begini, sepertinya aku tidak perlu makan, karena dekat dengan kamu saja aku sudah kenyang ...'' timpalku seraya mengelus-elus tangan Geo lagi.

''Gombal, ahhh ...'' Geo merengut sambil melepaskan pegangan tanganku. Aku jadi nyengir.

''Beneran, Geo ...'' timpalku.

''Terus ... tadi kamu bilang ... kamu mau mengatakan sesuatu padaku ... coba katakan di sini saja!''

'''Kamu sudah tidak sabar, ya ...''

Geo tersenyum sambil mengangguk. Aku meraih tangan Geo lagi dan menatap bola mata Geo dalam-dalam.

''Oke ... aku mau bilang ... aku suka sama kamu ...''

Geo agak tersentak mendengar pengakuanku, dia nampak bengong seperti tidak percaya.

''Jujur ... Aku merasa nyaman sekali dekat dengan kamu, Geo ... hatiku serasa tenang, bila berada di sisimu ... aku sayang sama kamu ...''

Geo tak bergeming, dia tetap ternganga dengan ekspresi bingung, entahlah ... apakah dia menyukai dengan pengakuanku ini, atau merasa tak yakin dengan ketulusan rasa yang aku utarakan.

''Kamu mau tidak, jadi BF-ku?" lanjutku sambil mengangkat tangan Geo dan menciumnya perlahan.

''Aku ... A-aku ...'' Suara Geo mendadak gemetar, "aku tidak percaya ini ... aku seperti mimpi ... Ada seorang laki-laki yang menembakku ... aku tidak tahu, aku harus menjawab apa?" imbuhnya.

''Jawablah sesuai dengan hati nuranimu, Geo ... apakah kamu menyukaiku juga?''

Sejenak Geo terdiam, lalu ... ''iya ... aku menyukai kamu ... dan aku mau jadi BF kamu, Tirta ...''

Aku langsung memeluk tubuh Geo dengan erat dan mengekspresikan wajah dengan mimik bahagia, karena lelaki tampan ini telah mau menjadi pacar lelakiku.

Geo ... Aku saYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang