2

1.5K 108 9
                                    

Tokyo

"Sasuke-kun kenapa kau mengabaikan telfon ku!". Teriak gadis ponytail yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu. Orang yang di panggilnya itu hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Sasu-kun kenapa kau diam saja? Jangan cuekin aku dong". Gadis itu mempoutkan pipinya, ia kesal karena lelaki yang ia panggil tidak menanggapinya sama sekali.

"Hn aku masih banyak kerjaan ino". Jawab Sasuke acuh.

Ino hanya bisa menghela nafas melihat tunangannya yang sangat sibuk dengan dokumen dokumen yang menurutnya sangat merepotakn itu. Ia sangat merindukan Sasuke karena sudah lama mereka tidak pergi kencan.

Ino menghampiri Sasuke lalu ia mendudukan dirinya dipangkuan pria tersebut. Sontak Sasuke kaget dengan kelakuan tunangannya tersebut. Kemudian ia hanya bisa tersenyum sambil mengusap rambut blonde wanita yang ia cintai.

"Maaf aku sangat sibuk, aku janji besok aku akan meluangkan waktu untuk kita pergi berdua ino". Ucap Sasuke lalu ia memeluk Ino dengan penuh kasih sayang. Ia bisa menghirup wangi sampoo yang menguar dari rambutnya.

"Benarkah??" Tanya Ino dengan antusias.

"Hn".

"Asikkk, makasih Sasu-kun. Aishiteru". Ino sangat senang karena besok ia dan Sasuke akan pergi kencan setelah sekian lama. Saking senangnya ia sampai memeluk tunangannya itu dan mencium pipinya.

Di perlakukan seperti itu membuat kedua pipi Sasuke memerah. Ia senang melihat tunangannya itu bahagia."Ada apa kau kemari ino?". Tanya Sasuke.

"Aku membawakan bekal untukmu Sasu-kun. Ayo kita makan". Ino mengambil kotak makanan yang ia persiapkan dari rumah. Kemudian ia membukanya dan mengambil sumpit.

"Hn". Ino menyuapi Sasuke layaknya seorang istri melayani suaminya. Betapa serasinya mereka berdua, jika saja ada yang melihat moment ini pastilah mereka semua akan iri melihat keromantisan pasangan tersebut.

"Oh ya Sasu aku dengar akan ada karyawan yang ditransfer dari kantor cabang di Osaka ke kantor pusat, benarkah itu?" Tanya Ino sambil merapikan kotak bekal yang ia bawa.

"Kau tau dari mana?". Sasuke melirik Ino heran.

"Aku mendengar dari karyawanmu tadi. Sepertinya mereka sedang membicarakannya". Jawab Ino santai.

"Hn".

Sasuke melanjutkan pekerjaannya kembali. Ino memutuskan untuk pulang kerumah karena ia tidak mau bosan menunggu sang kekasih sedang bekerja.
.
.
.
.
.

Jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Sasuke masih saja berkutat dengan pekerjaannya. Penampilannya sudah tidak rapih seperti tadi siang. Lengan kemeja di gulung sampai siku, jas sudah ia lepas dan kancing kemeja yang terbuka atasnya.

Sudah beberapa bulan ini Sasuke tidak bisa tidur dengan tenang. Ia selalu memimpikan hal yang sama berulang-ulang. Dimipinya ia meliat seorang gadis bersurai merah muda sedang menangis di hadapannya. Ia tidak tau siapa gadis itu akan tetapi entah mengapa melihat gadis itu menangis membuat hatinya sakit.

Sasuke memejamkan matanya sejenak. Ia amat sangat lelah, fikirannya selalu dipenuhi oleh gadis itu. Mengapa gadis itu selalu muncul dimimpinya. Apakah ia pernah mengenal gadis itu?.

Memikirkan hal tersebut membuat kepala Sasuke semakin berdenyut. Ia memutuskan untuk pulang kerumah, ia butuh mandi agar pikirannya segar dan tidur dengan nyenyak. Mungkin.
.
.
.
.
.
.
.

Osaka

"Gaa-kun kapan kau akan ditransfer ke Tokyo?". Tanya Sakura sambil membetulkan letak selimutnya.

"Seminggu lagi Saki".

"Kalau begitu aku akan memberikan surat pengunduran diri besok".

Gaara tersenyum mendengar ucapan Sakura. Ia kira sang istri menolak untuk pindah ke Tokyo. Tapi ternyata Sakura malah mendukungnya. Ia jadi semakin mencintai sang istri.

Gaara memandang Sakura yang sedang melihatnya juga. Lalu ia memeluk erat tubuh Sakura dengan penuh kasih sayang."Arigatou Saki".

"Hmm". Sakura membalas pelukan sang suami. Lalu mereka pun tertidur dengan nyenyak.
.
.
.
.
.
.
"Keru-kun seminggu lagi kita akan pindah ke Tokyo loh". Ucap Sakura sambil memasukan bekal ke tas Kakeru.

"Hn".Gumam Kakeru.

"Apa Keru-kun tidak sedih meninggalkan teman-teman Karu-kun?".

"Aku tidak memiliki teman kaasan, mereka sangat merepotkan".

Mendengar jawaban sang anak, Sakura hanya bisa menghela nafas. Sifat anaknya ini sama persis seperti sang ayah, padahal ia sangat ingin sifat Kakeru sama sepertinya. Tetapi takdir berkata lain.

Sakura mengusap pipi sang anak sambil menasehati anaknya. "Keru-kun suatu saat nanti kau pasti akan merasakan kesepian dan membutuhkan teman".

"Hn kaasan." Kakeru berjalan ke arah pintu lalu ia segera mengenakan sepatu merahnya dengan tenang.

Sakura segera menghampiri anaknya. Hari ini mereka tidak berangkat dengan Gaara karena sang suami tengah sibuk mengurus kepindahan kantornya. Tak lupa pula ia mensurvei tempat tinggalnya nanti di Tokyo.

"Keru-kun nanti kaasan yang jemput ya, hari ini sepertinya tousan lembur."

"Hn kaasan."
.
.
.
.
.
.
.

Tokyo

Di dalam sebuah mansion yang sangat mewah terdapat sepasang suami istri serta sang anak bungsu sedang menikmati acara sarapan mereka dengan tenang. Sang kepala keluarga tengah menikmati secangkir kopi hitam ditemai dengan koran edisi terbaru. Sang ibu sedang asik menyantap sarapannya sedangkan sang bungsu sedang sibuk dengan smartphone kesayangannya.

"Sasu-kun." Sasuke mendongakkan kepalany ke arah sang ibu yang memanggil namanya dengan lembut.

"Hn."

"Kapan kau akan menikahi Ino-chan? Bukankah sudah cukup lama kau bertunangan dengannya?." Tanya Mikoto.

Sasuke terdiam sejenak mendengar ucapan Mikoto yang menurutnya cukup sensitif. Ia juga bingung mengapa sampai sekarang ia tidak melamar sang pujaan hati. Padahal sudah 2 tahun Ino berstatus sebagai tunangannya.

Seketika sekelibat ingatan tentang gadis berambut merah muda muncul dalam fikirannya. Wajah wanita itu begitu samar tapi entah kenapa ia sangat merindukan wanita tersebut. Mungkin ini adalah alasan mengapa ia tidak menikahi Ino sampai sekarang.

"Aku akan menikahinya setelah aku siap kaasan." Kilah Sasuke.

"Mau sampai kapan kau siap Sasu? Umurmu sudah begitu matang untuk menjadi kepala keluarga." Mikoto begitu kesal dengan anak bungsunya ini. Sampai kapan ia harus menunggu sang anak meminang tunangannya. Ia sudah tak sabar untuk menggendong cucu hasil dari pernikahan anaknya tersebut.

Sasuke memakan sarapannya dengan cepat, lalu ia meminum kopinya yang tinggal setengah itu sampai habis kemudian ia segera bergegas meninggalkan ruang makan agar sang ibu tidak menanyakan hal tersebut lagi.

"Kaasan aku berangkat." Sasuke mencium pipi Mikoto lalu ia pergi meniggalkan ruang makan dengan tenang.

Melihat kelakuan sang anak, Mikoto hanya bisa menghela nafas pasrah."Anak itu mengapa susah sekali diaturnya, aku lelah menyuruhnya untuk nikah."

"Sudahlah Mikoto, biarkan saja anak itu." Ucap Fugaku tegas. Mendengar jawaban sang suami Mikoto hanya melirik kesal kearah Fugaku lalu ia meninggalkan ruang makan sambil menghentakkan kakinya kesal.

Fugaku hanya bisa pasrah dengan kelakuan istrinya. Padahal umur Mikoto sudah tidak muda lagi akan tetapi sifatnya sama seperti anak umur 10 tahun jika sedang merajuk.
.
.
.
.
.
Tbc

Maaf ya kalo ceritanya ga jelas dan banyak typo yang bertebaran. Jangan lupa komen dan vote ya. Komen kalian bikin aku semangat bikin cerita ^^ .

Can We? Where stories live. Discover now