Bab 4

3.7K 298 6
                                    

"Rasa itu ada, cinta. Hanya keberaniannya yang tidak ada. Tidak berani mengakui rasa itu, rasa cinta."

------------------

Brak!

Aku menggebrak meja kantin yang tengah diduduki oleh Selena dan beberapa mahasiswi lainnya.

"Sel kita cabut dulu deh ya." Kata Mita.

"Loh ini kan belum selese diskusinya. Gimana sih." Selena sepertinya tidak terima karena memang sebelumnya mereka tengah mendiskusikan entah apa aku tidak tau.

Mita dan dua temannya yang lain melirikku tidak enak, sepertinya mereka menyadari aura tidak baik dalam diriku. Biar saja lah aku tidak peduli juga.

Selena hanya menghela nafasnya pasrah karena mereka bertiga beranjak pergi.

"Lo kenapa sih?! Dateng-dateng langsung aja bikin orang ngacir begitu." Ketus Selena padaku.

"Lo harus tau El! Dosen magang itu bikin gue ketiban sial!"

"Dosen magang??" Selena mengernyitkan keningnya nyaris tertawa terbahak-bahak.

Sialan dia menertawaiku!

"Nggak usah nahan ketawa gitu Elle! Gue lagi nggak mood bercanda sumpah!"

Selena memang akrab aku panggil Elle, panggilan keluarganya memang seperti itu. Jadi berhubung kami kenal sudah cukup lama aku diminta untuk memanggilnya Elle juga, katanya aku sudah dianggapnya keluarga. Sama sepertiku, Elle juga memanggilku Alin. Alin adalah nama panggilanku, mereka yang dekat denganku pasti memanggilku Alin. Aleena terlalu formal menurutku. (Aleena = read Alina)

"Kenapa sih? Lo kayaknya dendam banget sama Pak Jonas. Hati-hati loh dia kan ganteng."

"Yeee apa hubungannya sama dia ganteng. Ini serius gue kesel banget sama dia."

Apa-apaan Selena memperingatiku karena dosen itu ganteng? Aku paham betul kalau dia ganteng, tapi apa pengaruhnya? Mahasiswa kampusku banyak yang ganteng juga kok, Daniel contohnya.

"Berawal dari ganteng lama-lama bisa mupeng loh."

"Apaan sih El, gue kesini bukannya mau dengerin pujian lo kalo Pak Jonas itu ganteng ya." Aku agak melotot pada Selena, agak kesal memang.

"Yaudah cerita gih. Apa sih yang dilakukan Pak Jonas sampe Alin yang super santai ini kebakaran jenggot?"

Aku memutar bola mataku malas, mulai deh Selena. "Pak Jonas jadiin gue asistennya! Tanpa penolakan."

Sekarang gantian Selena yang melotot padaku, untung dia tidak sedang minum. Aku khawatir akan jadi objek semburannya nanti.

"Apa?!! Jadi asistennya?? Kacau dunia!!"

"Gimana gue nggak kebakaran jenggot kan?! Emang deh gue nggak ngerti sama otaknya dia yang terlalu cerdas."

Selena terdiam, sedang berfikir mungkin. "Dia naksir kali sama lo!"

Apa?!! Naksir? Dosen sialan itu naksir? Oho dunia runtuh sebentar lagi.

Aku tertawa pelan sebelum menjawab Selena yang sudah tersenyum misterius. "Lo tuh kalo ngayal jangan gue yang dijadiin objek fantasi elo. Enak aja ya lo kata begitu."

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang