Bab 5

2.9K 289 9
                                    

"Saling mengenal adalah awal yang baik dari sebuah hubungan. Tapi bagaimana akan berjalan dengan baik kalau perkenalan itu sendiri dipaksakan? Bukannya takdir tidak bisa direncanakan?"

--------------------------------------------------


Bersyukur hari ini aku tidak terlambat, entah setan mana yang merasukki ku sampai aku bangun pagi dan langsung mandi. Biasanya kalau bangun pagi pun aku malas-malasan dulu.

Saat aku sedang fokus mendengarkan Bu Sandra menjelaskan, ponselku bergetar singkat. Sepertinya ada pesan masuk. Diam-diam kubuka pesan itu.

Dosen Magang : hari ini saya ada pasien yang tidak bisa ditinggalkan, jadi tolong kamu gantikan saya ya.

Duarrrrrr!!! Kalau tidak ingat sedang dikelas mungkin aku sudah berteriak kesal pada ponselku.

Me : saya nggak bisa pak! Ada janji dengan mama saya, nggak bisa diundur

Alasan macam apa itu? Aku saja jarang bertemu mama, tak apa lah daripada tidak ada alasan yang meyakinkan.

Dosen Magang : kamu sedang tidak bohong kan?

Me : ngapain saya bohong? Beneran pak, saya kan mau jadi anak yang berbakti sama orang tua, jd nggak baik lah kalo seenaknya membatalkan janji dengan mama saya

Aku membalasnya agak panjang memang, sengaja agar meyakinkan.

Dosen Magang : oke kalo begitu kamu sampaikan tugas dari saya saja ya? Nanti saya kirim via email

Woho! Gampang juga dibohongin ini orang. Dokter kok gampang dikadalin begini ya?

Selesai kuliah aku langsung menuju kelas yang ditunjukkan Pak Jonas. Aku memanggil salah satu mahasiswi yang aku juga tidak tau namanya, aku hanya menshare tugas itu kemudian segera pergi. Aku yakin mereka kesenangan karena tidak ada dosen yang mengajar.

"Lin nongkrong yuk!" Selena mengagetkanku saja.

"Ish kaget! Kemana?" Aku yang sudah hampir membuka pintu mobil mengurungkan niatku.

"Kemana aja deh. Suntuk gue."

"Yaudah yuk."

Kami pun memutuskan untuk pergi ke starbuck.

"Gimana kemaren jalan sama Daniel?"

Selena menaik turunkan alisnya menggodaku, oh iya aku belum cerita kalau kemarin aku gagal pergi gara-gara Pak Jonas sialan.

"Gue belom cerita ya? Kan gagal gara-gara dosen magang itu!" Selena membelalakkan matanya kaget, ya siapa juga yang tidak kaget karena ulah menyebalkan dosen itu?

"Gimana bisa? Tuh tanda-tanda kan kalo Pak Jonas emang ada feel ke elo!"

Aku menyedot minumanku dengan santai, enggan menanggapi pendapat Selena kali ini.

"Tuh dibilangin gitu!" Selena gemas sendiri karena aku tidak merespon ucapannya.

"Terus gue mesti kesenengan karena pendapat lo yang nggak mendasar itu? Cukup ya waktu itu lo bully gue karena gue salah ngomong."

"Nggak mendasar apanya?! Jelas-jelas dia gagalin acara kencan lo sama Daniel!" Selena cepat menyela ucapanku.

"Jalan bareng doang El, bukan kencan!" Kataku mengoreksi perkataan Selena. Aku memang enggan menyebutnya kencan, takut salah paham sendiri nantinya.

Selena memutar bola matanya malas, "Whatever lah sama istilah yang lo mau itu apa. Intinya Pak Jonas ngerusak acara lo sama Daniel kan? Ngapain dia gangguin lo kalo dia nggak cemburu sama Daniel." Lagi-lagi Selena kekeuh dengan pendapatnya.

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang