Bab 8

2.6K 232 7
                                    

Sudah dua hari ini Bastian rajin mengantar jemput ku ke kampus, hal ini tentu menambah pekerjaanku untuk main petak umpet dengan Selena. Ya, aku belum menceritakan tentang perjodohanku dengan Bastian. Entahlah nanti kupirkirkan lagi waktu yang tepat untuk memberitahunya pada Selena.

Pak Jonas juga rada aneh beberapa hari terakhir, dia jadi lebih galak padaku! Aku bingung apa salahku kenapa dia semakin gencar menyiksaku dengan bertumpuk-tumpuk buku yang harus aku rangkum. Untung Bastian memperlakukan ku dengan manis, setidaknya itu mengurangi bad mood ku saat di kampus.

"Hey, kenapa mukanya gitu amat?" Bastian langsung menanyakan wajahku yang ku tekuk macam pakaian belum disetrika.

"Makan dulu ah laper!" Aku mengabaikan pertanyaan bastian dan memintanya untuk mencari tempat makan terdekat. Ya, Bastian baru saja menjemputku di kampus.

"Stop stop stop! Makan itu aja." Aku menunjuk penjual ketoprak yang sedang mangkal tidak jauh dari kampus.

"Serius?" Bastian sepertinya tidak yakin aku ajak makan dipinggir jalan. Apa dia tidak pernah makan di penjual kaki lima?

"Iya? Kamu kenapa? Nggak biasa makan dipinggir jalan ya?"

Ya, Bastian juga memintaku untuk menggunakan Aku-Kamu saat berbicara dengannya. Katanya biar aku lebih cepat sayang. Alasan yang aneh bukan?

Bastian tersenyum sebelum menjawab pertanyaanku, aku kadang heran dengan tingkah Bastian yang sulit ditebak.

"Yuk, justru aku yang nggak nyangka kamu mau makan dipinggir jalan gini." Kata Bastian sembari melepas seatbeltnya.

Aku hanya mengedikkan bahuku kemudian turut turun dari mobil Bastian. Rupanya dia sudah memesan terlebih dulu.

"Udah pesen?" Tanyaku sambil duduk di kursi plastik yang disediakan penjual ketoprak.

"Udah, kamu minum apa? Tadi aku pesen es teh?"

Lah ngapain nawarin kalo udah pesen?

"Iya es teh aja."

Aku mengeluarkan gadgetku untuk sekedar membuka sosial media. Bastian melihatku dengan aneh saat aku menggerakkan handphone ku merekam sekitar.

"Kamu ngapain?"

Ish, nggak gaul banget ni orang!

"Bikin instastory."

"Biar apa?"

Aku memutar bola mataku malas, tentu saja untuk kesenanganku saja. Tidak semua yang aku lakukan harus bermanfaat kan? Ada kalanya kita harus melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk hiburan semata.

"Biar hits!" Jawabku ketus.

Syukurlah abang tukang ketoprak segera memberikan pesanan kami, kalau tidak aku tidak menjamin Bastian akan bertanya ini-itu yang akan susah aku jawab secara logis.

Bastian memang selalu bersikap manis padaku, dia sering melakukan hal-hal kecil yang bisa membuat pipiku memanas. Seperti menyelipkan helaian rambutku yang turun saat aku ikat, mengelap sudut bibirku kalau aku makan belepotan, atau bahkan menepuk puncak kepalaku setiap kami akan berpisah.

Perlakuan Bastian sungguh manis, tapi entah mengapa aku merasa ada yang kurang darinya. Entah apa aku juga tidak tau, seperti tidak mendapat faktor x yang entah apa itu.

Entah angin dari mana, mama sekarang lebih sering dirumah. Setiap kali aku diantar Bastian atau Bastian berkunjung dirumah pasti mama akan tersenyum sumringah. Aku senang kalau mama punya waktu lebih banyak dirumah, tapi aku kurang senang kalau mama tersenyum seperti itu hanya karena aku dekat dengan Bastian.

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang