Bab 2

4.3K 381 11
                                    

"Bahagia memang mudah. Cukup tersenyum setiap saat. Tapi bahagia tidak sesederhana itu."

--------------------

Hari ini aku tidak ada kuliah pagi. Jadi aku bisa sedikit lebih santai untuk ke kampus.

"Pagi bi"

Aku menyapa Bi Sarni yang sedang membersihkan ruang keluarga.

Sepi banget.

Pasti kedua orang tuaku yang super sibuk itu sudah berangkat ke kantor.

"Bi, mama udah berangkat?" Aku kemudian beranjak menuju dapur.

"Sudah non. Tadi pagi-pagi nyonya dan tuan sudah pergi."

Aku hanya mengangguk kemudian meneguk susu cair yang aku ambil dari kulkas.

Selalu seperti itu, berangkat pagi sekali pulang larut malam. Jarang sekali aku bisa bertemu kedua orang tua ku dirumah.

Hari ini aku tidak telat sampai di kampus. Memang, aku hanya telat saat mata kuliah yang diampu oleh Bu Mirna, yang sekarang digantikan oleh Pak Jonas. Entahlah, aku sendiri tidak tau kenapa aku hanya telat saat mata kuliah itu. Dalam mata kuliah lain sebenarnya aku juga beberapa kali telat, tapi tidak separah mata kuliah Bu Mirna.

"Tumben banget lo nggak telat?" Tanya Selena sarkatis saat aku menemuinya di kantin.

"Iya lah, lo tau sendiri gue telat di makul makul tertentu doang." Tanpa permisi aku langsung menyedot jus mangga milik Selena, ups sampai habis setengah ternyata.

Ctak..

Aku sontak mengaduh, meringis. Pedas juga pukulan Selena ini. Aku hanya terkekeh sekilas melihat raut tak bersahabat milik Selena. Apalagi masalahnya kalau bukan karena aku menghabiskan setengah jus miliknya.

"Bagi dikit ah."

"Dikit dikit! Setengah gelas gitu dibilang dikit!"

Lagi-lagi aku hanya tertawa singkat menanggapi Selena. Senang rasanya punya sahabat seperti dia, tidak pernah bisa marah lama-lama padaku. Kami bersahabat sudah sejak SMA, pertengkaran kecil macam ini sudah biasa menurutku. Aku bersyukur mempunyai Selena yang selalu ada disaat aku kesepian. Aku sudah menganggapnya saudaraku sendiri.

Selesai kuliah aku berencana untuk ke rumah Selena. Aku betah sekali disana. Suasananya sangat berbeda dengan rumahku. Walaupun rumah Selena tidak sebesar dan semegah rumah ku, tapi kekeluargaan disana lebih megah dan jauh lebih mewah jika dibandingkan dengan rumah ku.

"Mobil lo kemana?"

Selena mengerutkan keningnya heran karena aku membawa Pajero Sport berwarna putih kali ini. Masih ingat kan kalau mobilku mogok? Sekarang mobil yang biasa aku bawa masih di bengkel, jadi aku pakai mobil ini sekarang.

"Masih di bengkel. Yuk." Aku langsung memasuki pintu kemudi.

Tak sampai setengah jam kami sudah sampai. Si kecil Amanda berlari menghampiri kami.

"Halo princess!" Aku langsung mendekap Amanda kedalam pelukanku.

Rasanya rindu sekali dengan keponakan Selena ini. Padahal baru satu minggu aku tidak berkunjung ke sini.

"Manda kangen deh sama kakak!"

Aku mencubit gemas pipi tembam Amanda. Kami memang cukup akrab. Aku suka anak kecil, apalagi perempuan. Mereka sangat menggemaskan!

Hari ini aku diajak makan malam di rumah Selena. Sebenarnya aku sudah menolak karena tidak enak terlalu merepotkan mereka. Tapi ibu Selena memaksa, ya sudah tidak baik juga menolak rezeki.

Suasana seperti ini yang selalu aku rindukan. Andai dirumah pasti tidak akan ada acara makan malam bersama seperti ini. Mama dan papa makan malam bersamaku hanya saat ingin membicarakan sesuatu yang penting, selebihnya kami tidak pernah makan bersama.

***

Telat! Lagi lagi aku terlambat ngampus! Oho!! Jangan lupakan kalau hari ini ada mata kuliah Pak Jonas! Matilah aku, baru dua kali dia mengajar dan dua kali juga aku telat.

Tok tok tok

Kali ini aku tidak akan konyol dengan mengendap-endap masuk ke kelas. Jadi aku putuskan untuk mengetuk pintu.

"Masuk"

Dewi fortuna sepertinya sedang jauh dari ku. Pak Jonas menatap ku sangat tajam.

"10 menit 23 detik. Kali ini kenapa kamu telat?"

Sial, dia sampai menghitung sisa detiknya? Harus jawab apa aku sekarang, tidak mungkin aku katakan kalau tadi Bi Sarni salah menyetrika bajuku jadi aku harus menunggunya lagi.

"Kesiangan Pak."

Alasan klise dari anak SD sampai mahasiswa, kesiangan.

"Sekali lagi kamu telat di jam saya, akan saya beri kamu tugas tambahan! Sudah sana duduk."

Fyuhhh

Aku menghirup nafas lega. Walaupun aku tidak janji akan tidak telat lagi, paling tidak aku sudah sering berusaha.

"Gila lo!" Sekilas aku melihat Selena yang memakiku tanpa suara. Tapi jelas sekali dari gerak bibirnya dia mengatai ku gila. Biarlah, memang aku sudah gila!

Sungguh mata ku tidak bisa diajak kompromi. Kenapa mengantuk sekali?? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sedang diterangkan oleh Pak Jonas. Aku bahkan sesekali menguap. Lima menit lagi kurasa pipi ku yang mulus akan bertemu dengan meja yang mulus juga. Ngantuk.

"Aleena."

"Aleena Bramasya!"

"Hah? Ya Pak?"

Aku terkejut bukan main karena Pak Jonas sudah berada di hadapan ku. Sial, ketiduran.

"Cepat cuci muka sana!"

Tanpa membantah apapun aku langsung keluar ke toilet. Semuanya melihatku dengan tatapan geli. Ya, aku juga sering tertidur saat mata kuliah Bu Mirna dulu. Jadi mereka sudah paham dengan kebiasaan aneh ku.

"What are you doing?"

Aku membalikkan badan ku. Ternyata Daniel.

"Eh, abis dari toilet tadi." Kataku sambil tersenyum.

Daniel adalah mahasiswa populer di kampusku. Dia tampan, blasteran Indo-Jerman. Bisa dibayangkan lah bagaimana tingkat ketampanannya. Dia juga pintar di kampus.

"Ada kuliah pagi?" Kini Daniel berjalan sejajar denganku.

"Iya. Jamnya Pak Jonas. Lo ada kelasnya dia?"

"Oh yang penggantinya Bu Mirna itu ya? Ada sih, tapi belom pernah masuk kelas gue."

"Denger-denger ganteng ya orangnya? Wah bisa nyaingin gue nih."

Aku terkekeh mendengar Daniel yang bercandanya tepat. Memang sih Pak Jonas itu ganteng, dan benar juga bisa menyaingi Daniel sebagai mahasiswa populer.

"Iya sih ganteng, tapi judes gitu. Males gue, mendingan juga lo. Cerewet kayak ibu ibu komplek! Hahaaa."

Aku langsung berlari memasuki kelas sebelum mendapat pukulan dari Daniel. Setidaknya bertemu dengan Daniel sedikit mengurangi rasa kantuk.

"Kenapa lo senyum senyum gitu? Kesambet setan toilet ya?" Selena berbisik padaku.

"Enak aja!" Aku terkekeh pelan mendengar pertanyaan Selena barusan. Apa segitu keliatannya kalau aku habis tertawa?

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang