Bab 6

2.9K 282 7
                                    

Nanti malam pertemuan keluarga sialan itu akan dilaksanakan. Untung saja hari ini dosen sialan itu juga tidak memintaku untuk merangkum macam tempo hari lalu. Kalau iya, bisa mati berdiri aku lama-lama. Hari ini aku ada kuliah siang, selesai kuliah pagi aku dan Selena memutuskan untuk makan di kantin, sekalian membakar waktu menunggu jam kuliah yang masih satu setengah jam lagi.

"Abis kuliah ngemall yuk? Gue baru dapet uang saku nih dari abang tercintahhh." Selena berkata dengan nada yang menggelikan menurutku.

"Tumben dikasih duit sama abang?" Aku mengangkat sebelah alisku, pasalnya kakak laki-laki Selena jarang sekali memberinya tambahan uang. Walaupun keluarga Selena terbilang berkecukupan, sangat malah, tapi orang tua Selena tidak pernah memanjakannya dengan uang. Berbeda dengan kedua orang tua ku yang kebalikannya.

"Katanya abis menang tender, makanya dapet bonus lumayan gede."

Aku hanya mengangguk-angguk paham. Setelahnya, aku malah terdiam. Jadi teringat pertemuan nanti malam. Aku belum menceritakannya pada Selena. Sebaiknya aku ceritakan apa tidak ya?

"Woy! Ngelamun aja lo. Itu siomay udah dateng!" Selena mengagetkanku, dia melotot memberitau ku kalau siomay pesanan kami sudah datang.

"Lo kenapa sih? Rada diem hari ini. Nggak biasanya banget." Selena berkata sambil mengunyah.

"Jorok!" Desisku tidak suka.

"Biarin ah laper!" Selena kembali menyuapkan siomay kedalam mulutnya.

"Serius Lin lo kenapa?"

"Nggak papa. Lagi nggak mood aja."

Sepertinya aku tidak usah bercerita dulu pada Selena.

"Jadi ntar jadi kan ngemall?"

Ah iya, kalau aku menolak ajakan Selena juga akan terbongkar. Dia pasti ngotot memaksaku memberi tau kenapa aku tidak mau hangout.

"Ah sorry deh. Gue rada nggak enak badan. Besok aja gimana?"

"Lo sakit?" Selena reflek memegang keningku.

"Siapa yang sakit?"

Aku reflek membalikkan badanku karena ada yang menyahut Selena, Selena juga mengangkat wajahnya menatap orang itu.

"Bapak?"

Ternyata Pak Jonas sudah menjulang tinggi dibelakang ku. Aku baru pernah lihat dia datang ke kantin.

"Bapak mau makan Pak?" Tanya Selena agak kaku, sama seperti ku dia juga heran melihat Pak Jonas ada di kantin.

"Siapa yang sakit?" Pak Jonas malah mengulang pertanyaannya.

Ini aku saja yang kegeeran apa memang ada nada khawatir ya dari ucapan Pak Jonas? Ingat Lin jangan sampai baper! Itu hanya ilusi dari pendapat Selena yang kurang masuk akal.

"Alin Pak." Selena menjawab dengan polosnya. Jujur ingin sekali aku memaki anak itu sekarang, tapi aku masih waras untuk tidak berteriak-teriak didepan dosen.

"Aleena? Kamu sakit?"

Nah kan, aku baper ini pasti.

"Saya tidak sakit kok pak. Hanya kurang enak badan saja." Aku tersenyum masam menanggapi kebohongan ku sendiri. Aku sehat bugar begini mengaku tidak enak badan. Maafkan daku Tuhan!

"Kurang enak badan itu penyebab utama sakit."

Oh ya aku melupakan fakta bahwa dosen sialan ini juga seorang dokter. Bisa keki setengah mati aku kalau ketahuan pura-pura sakit.

"Bapak mau makan? Atau sekedar lewat saja?" Aku cepat-cepat mengalihkan topik pembicaraan.

Pak Jonas diam saja, enggan menjawab. Sepertinya dia sedang berpikir, entah apa aku juga tidak tau.

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang