Bab 7

3.2K 271 19
                                    

Aku satu mobil dengan mama dan papa saat menuju restoran tempat diadakannya pertemuan kedua keluarga. Awalnya aku ingin membawa mobil sendiri, tentu papa menolak mentah-mentah takut aku kabur.

"Selamat datang, apa sudah pesan tempat?" Pelayan itu dengan ramahnya bertanya pada papa saat kami memasuki restoran.

"Ya, atas nama Tuan Nickolas."

Nickolas? Jadi itu nama keluarga yang akan dijodohkan dengan ku? Aku belum pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Baik, mari Bapak, Ibu, Nona. Silahkan." Pelayan tersebut menunjukkan meja yang sudah dipesan itu. Aku hanya mengikuti mama yang sudah menggandeng lenganku erat-erat.

Ternyata mereka belum datang. Ya, meja yang sudah dipesan itu masih kosong. Itu artinya kami yang sampai lebih dulu. Aku agak kesal, memangnya mereka janji jam berapa kenapa juga papa dan mama tadi buru-buru takut telat? Nyatanya mereka juga belum datang.

Baru aku meletakkan bokong ku dengan nyaman, ada yang menyerukan nama papa begitu terdengar akrab. Kurasa mereka orangnya.

"Dastan!"

"Ah, James!"

Papa berpelukan dengan seorang pria sebayanya. Aku yakin itu orang tua dari lelaki yang akan dijodohkan denganku. Disampingnya sudah ada wanita yang aku duga istrinya tengah mencium pipi kanan dan kiri mama ku. Disamping wanita itu ada seorang pria, hem mungkin tiga atau empat tahun diatasku? Aku juga tidak dapat menebaknya.

"Ini Aleena?"

"Iya Lily, sayang kenalkan ini Tante Lily. Calon mertuamu." Mamaku berbisik saat mengatakan wanita itu adalah calon mertuaku.

Kesal dengan ucapan mama tapi aku tetap sopan dengan menyalami dan memperkenalkan diriku pada pasangan suami-istri Nickolas. Dengan lelaki yang aku duga anak mereka, aku hanya meliriknya sekilas.

"Bas!" Tante Lily menyikut anak lelakinya itu.

Kemudia pria itu tersenyum canggung hendak menyalamiku.

"Bastian."

"Aleena."

Oh jadi namanya Bastian? Wajahnya seperti mirip dengan seseorang. Entahlah mungkin wajahnya memang pasaran kan?

"Ayo James, duduk dulu." Papaku menginterupsi agar kami duduk dengan tenang di kursi masing-masing.

"Bukannya kalian masih punya satu putra lagi?" Papaku kembali membuka suaranya.

"Ya, Bastian ini putra bungsu kami. Si sulung tadi pamit ke toilet sebentar." Tante Lily menjelaskan sambil menepuk bahu Bastian.

Kalau Bastian ini anak kedua, jadi yang akan dijodohkan denganku itu siapa? Dia atau kakaknya itu? Aku takut kalau ternyata kakaknya Bastian yang akan dijodohkan denganku, melihat dari penampilan Bastian, kakaknya pasti jauh lebih tua dariku kan? Bukannya aku tidak mau menjalin hubungan dengan yang terpaut jauh usianya, hanya saja kalau terlalu tua dan wajahnya juga terlihat tua akan aneh kan? Bastian juga tidak buruk kok, sangat tampan malah untuk dikategorikan pria lajang yang bersedia dijodohkan.

"Jadi bagaimana Aleena? Mau kan dengan anak tante?"

Eh?

Tante Lily terang-terangan menanyakan kemauanku untuk dijodohkan dengan anaknya? Waw, jadi aku harus jawab apa? Aku saja belum yakin kalau yang akan dijodohkan dengan ku adalah Bastian.

Mama meremas paha ku karena aku yang enggan menjawab. Mama sepertinya memberi kode agar aku mengeluarkan sedikit jawaban untuk Tante Lily yang tengah menatapku penuh harap.

Miss Telat!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang