MY BEAUTIFUL EX-FIANCE

10.6K 755 87
                                    

Nath.

7 TAHUN KEMUDIAN . . .

Aku berlari masuk kedalam sekolah kedua putraku. Keringat bercucuran keluar dari pelipisku. Aku benar-benar khawatir sekarang. Aku dapat kabar dari pihak sekolah bahwa kedua putraku berkelahi dengan teman sekelasnya. Demi tuhan, mereka masih enam tahun. Aku bahkan tak pernah berkata kasar pada mereka, tapi sekarang? Mereka berkelahi dengan teman sekelasnya. Ya Tuhan, aku benar-benar​ khawatir. Kupercepat langkah kakiku menuju ruangan kepala sekolah. Sesampainya di sana kudapati anak-anakku yang masih tak terima atas ucapan yang dilontarkan oleh Danial.

"Pokoknya Althan gak salah!" ucap putraku--Althan--tak terima. Dia mempoutkan bibirnya, kedua alisnya berpaut satu sama lain, ekspresi marahnya itu benar-benar membuatku gemas saat ini.

"Althan gak salah! Dia yang mulai duluan. Dia yang gangguin, Elthan." Elthan itu saudara kembar Althan. Kurasa kalian sudah tau kalau aku mengandung anak kembar. Dan ya, mereka itu Althan dan Elthan Grey. Kulirik Elthan yang menangis di belakang Althan. Elthan itu berbeda dengan Althan. Elthan memiliki hati yang lembut, ceria, dan murah tersenyum, sedangkan Althan justru kebalikannya, dia itu pemberani, dingin, dan jarang tersenyum.

Akupun berjalan menghampiri mereka​, "Hei ada apa ini." ucapku setibanya aku dihadapan mereka. Elthan yang menangis langsung menoleh dan berlari menghampiriku.

"MOPAA" rengeknya sembari memelukku. Kulepaskan pelukannya, lalu ku hapus air mata yang membasahi pipinya itu.

"Daddy curang! Kenapa harus panggil Mopa segala, sih." itu suara Althan. Dia memang selalu begitu. Ini sudah yang keempat kalinya dia berkelahi dengan teman sekelasnya. Aku sudah mencoba untuk bertanya padanya, tapi hasilnya nihil. Althan sama sekali tak pernah mau menjawab alasan dia selalu berkelahi dengan teman-temannya.

"Bukan salah Daddy dong," balas Danial. Orang yang dimaksud Daddy adalah Danial, tentu saja. "Mopa kan ibu kamu, sudah seharusnya Mopa tau hal ini."

Kutolehkan wajahku tanpa melepas pelukan El, "Althan.."

Dia menundukkan wajahnya, "Maaf.. Mopa.." sesalnya, lantas diapun mengangkat wajahnya menatapku. "T-tapi.. mereka duluan yang memulainya--- "

Aku memiringkan wajahku tanda aku tak akan menerima alasan Al kali ini. "Maaf.." sesalnya sembari menundukkan wajahnya.

Kutarik napas panjang, sungguh aku tak akan pernah menyakiti malaikatku yang berandalan ini, yah walau dia masih kecil, tapi sifat keras kepalanya itu benar-benar lahir dari Axe-- Ah maksudku pria itu. Tentu aku tak akan pernah memarahinya. Kutarik tubuh kecilnya itu ke dekapanku. Lalu kuelus punggung mungilnya itu.

"Tak apa, sayang." ucapku seraya mengelus punggungnya, lantas ku lepaskan dekapanku dan ku cubit gemas pipi putihnya itu. "Althan gak salah, oke?" sambungku menyemangati dirinya. Senyum merekah di wajahnya, tak lupa juga El yang sudah berhenti menangis.

"Kalian lapar?" tanyaku yang dibalas dengan anggukan semangat mereka berdua.

Akupun bangkit dari posisi jongkokku, "Baiklah.. Ayo kita pergi makan." Kugenggam satu tangan kedua anakku masing-masing. Kulangkahkan kakiku keluar dan meninggalkan Danial di dalam agar Danial yang mengurus semuanya.

Tak butuh waktu lama, akhirnya aku dan kedua putraku tiba di taman belakang dekat tempatku bekerja. Saat ini kami duduk di bawah rumah pohon yang cukup besar. Kurogoh tasku dan ku ambil bekal yang sengaja kubuat untuk anak-anakku.

"Makanlah.." tuturku sembari menyodorkan sesuap nasi dan sosis ke mulut mereka berdua.

"Waah eny-naak.." seru Althan sembari mengunyah makanan yang kusuapkan. Satu lagi sifat Althan yang berbeda dengan Elthan. Althan itu selalu jujur tentang pendapatnya, ia tak peduli jika pendapat yang dikeluarkannya itu membuat orang sakit hati atau tidak. Sedangkan Elthan, dia selalu malu-malu mengungkapkan pendapatnya. Setidaknya anakku tak perlu menjadi seseorang yang bermuka dua kelak.

My Beautiful FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang