18+ WARNING ! MPREG STORY!
[Bagian 18++, diprivate. Follow dulu kalo mau baca.]
◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼◼
MY BEAUTIFUL EX-FIANCE
(On going)
"Nath, kumohon. Aku juga butuh jawaban. Aku punya hak untuk tau siapa dirimu dikehidupanku. Aku harus tau...
They said, "If you left him for his happiness, God will give you a beautiful happiness that's you never dream before."
20 Desember 2017
Sebelumnya, maafin gue yang php dan ninggalin cerita ini sampe berbulan-bulan. Gue berhenti karena ada beberapa masalah dan kesibukan di dunia nyata. Jadi maaf ya :"
#peace:D
Btw, karna udah lama bet, jadi kalo lupa sama alurnya bisa baca ulang dulu biar gak bingung 😅
Italic = Flashback
Jadi bacanya baik". Udah ah ngebacotnya, are you ready?
GOO!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Axel berseringai seperti iblis, "Nathan Sillyan Grey."
Aku mematung. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Ragaku seakan membeku seketika. Ancaman Axel seakan menggema di pikiranku. Tidak, aku belum siap, aku tidak ingin Axel berhasil merenggut Al dan El dari kehidupanku.
"Ikut denganku," Titah Axel sembari menarik lenganku. Aku hanya pasrah saat Axel menarik lenganku, kami pergi menjauhi ruangan kantornya. Sementara disisi lain Bella memekik memanggil Axel yang hanya diabaikan olehnya.
Pikiranku seakan buntu. Aku membiarkan airmata membasahi pipiku. Kenapa? Kenapa semua ini terjadi padaku? Tidak bisakah Tuhan mengizinkanku untuk hidup tenang sekali saja? Kenapa disaat aku sudah benar-benar hidup tenang, pria brengsek ini malah datang kembali kedalam kehidupanku dan merusak dinding kokoh yang kubangun untuk tidak menerima sesiapun masuk kedalamnya.
Apa aku pernah berbuat dosa sebelumnya? Hingga Tuhan begitu baiknya mengantarkan kembali pria brengsek ini?
Aku pernah dengar, kalau Tuhan adalah pembuat skenario terbaik. Tapi kenapa? Kenapa harus Axel? Bukankah Tuhan tau, perilaku keji yang ia lakukan padaku? Manusia mana yang tega untuk membunuh bayinya sendiri?
Apakah ini yang disebut Takdir?
Takdir dimana aku tidak bisa menyembunyikan lagi siapa ayah Al dan El. Bukti bahwa Ayah mereka masih hidup. Tapi aku belum siap. Aku tidak ingin Al dan El bertemu dengan orang yang memintaku untuk membunuh mereka.
"Masuk," perintah Axel membuyarkan lamunanku.
Akupun masuk kedalam mobil Axel tanpa membantah. Airmata tak henti membasahi pipiku. Pikiranku benar-benar kacau. Bahkan aku sampai tidak sadar kalau kami sudah sampai diparkiran dan melewati sepasang mata yang menatap bingung kearah kami.