Sharkan = Tsaqib.
Shaka = Tsaqif.
Semoga tidak bingung :v---
Author POV.
Masih tetap sama seperti semalam, hari ini hari ketiga mos yang tak lain tak bukan hari terakhir mos.
Hari ini Mita sangat bahagia karena besok dia tak akan memakai pakaian seperti ini lagi.
Tsaqif membukakan pintu mobil belakang saat Mita hendak masuk, Mita tersenyum puas melihat kakak nya.
Tapi percayalah suasana seperti ini tak akan bertahan lama, besok juga mereka akan perang lagi.
Tsaqib menatap Tsaqif sambil tersenyum. "Pintu gue gak dibukain juga???"
"Buka aja sendiri!" raut wajah Tsaqib seketika berubah datar.
"Kak turunin gue ditempat semalam yaa, bukan hari ini aja tapi seterusnya" ujar Mita begitu Tsaqif masuk kedalam mobil. Tsaqif mengangguk paham, dia tahu betul alasan Mita memintanya menurukannya disitu.
Tsaqif membuka kaca pintu bersebrangan dengan pintu pengemudi menggunakan control khusus mobilnya.
Tsaqif melihat Tsaqib dari kaca yang terbuka "Woii, naik elah. Mau ditinggal haa?!"
"Bukain pintu nya"
"Yaampun, kek bocah. Yaudah, gue tinggal aja"
"Yayayaya, jangan!!" Tsaqib berlari kecil tapi cepat dan membuka pintu mobilnya.
Mita menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua kakak nya ini.
Tsaqib memang cuek disekolah, tetapi jika dirumah duhh apalagi saat aura anak-anaknya keluar, dia akan menjadi manja begini.
***
Semua murid berkumpul masing-masing sesuai kelompoknya. Di paling depan barisan mereka sudah berdiri kakak pembina kelompok mereka.
Cewek itu -Sandra cewek yang dibilang Falyn semalam, lebih tepatnya saat ia berteriak.
Sandra stay dengan make-up nya, berkali kali dia mempoles wajahnya yang membuatnya terlihat seperti mayat hidup.
"Gak boleh luntur... Apalagi didepan cogan" gerutu Sandra sambil merapikan rambutnya.
Kegiatan nya berhenti saat Tsaqif dan Rey lewat untuk memeriksa anggota kelompok mereka. Sandra langsung senyum-senyum sendiri, tetapi Rey dan Tsaqif hanya mengabaikannya.
Langkah Tsaqif berhenti saat melihat Mita ada dikelompoknya. "Wahhh! Ada adek gue, dikelompok gue. Untung gue gajadi pindah ke kelompok si kembaran" teriak Tsaqif. Hampir saja dia mau memeluk Mita, kalau bukan karna Mita yang menatapnya tajam. "Eh, hmm adek kelas gue maksudnya" pandangan satu kelompok yang tadinya ditujukan kepada mereka akhirnya teralihkan.
Tapi tidak dengan pandangan Rey, yang memandang mereka sambil melamun. Beribu tanya memasuki pikiran Rey.
"Mata lo ga juling kan??" Rey langsung sadar dan menatap mereka bergantian.
"Kalian ada hubungan apa??" Rey tak mampu menahan pertanyaan nya yang sedari tadi dipikirkannya. Ketimbang dia penasaran, lebih baik dia memberanikan diri bertanya.
"Ahhh...itu.." Tsaqif mendadak gugup.
"Baiklah semua pembina kembali ke posisinya" ucap Dion dari depan.
"Ah, kita disuruh kembali" kata Tsaqif. Mita pun menghembuskan nafasnya lega. Untung saja Dion tepat waktu jika tidak, mungkin semuanya akan terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYTHA
Teen FictionHidup ini tentang pilihan. Gimana kita nentuin pilihan itu dan gimana pula kita menjalaninya. Dan pada akhirnya aku didatangkan dua pilihan yang sulit. "Memilih salah satu, atau menyakiti keduanya"