Semua yang kita lakukan di dunia ini adalah takdir, bahkan ketika kamu bertemu dengan ku itu adalah sebuah takdir
~Fammgirl~Thamita POV.
Aku berusaha menghindari Falyn saat ini, karena 5 menit yang lalu dia mengganggu ku dengan meledek ku karena kejadian tadi pagi. Deddy yang menarik tanganku.
Lepas dari Falyn cukup sulit, bahkan untuk menipunya saja sangat sulit. Yah, dia emang jagonya menipu.
Aku melangkahkan kaki ku menuju kursi taman yang kosong. kebanyakan, murid disini lebih memilih duduk di kantin atau kursi lapangan dari pada di taman.
Padahal bagiku taman ini sangat indah dan nyaman.
"Dion pake ga datang segala lagi, Shaka sama Sharkan mana coba? gak kelihatan batang idung nya sama sekali"
Suara itu membuat ku mencari-cari sumbernya.Ternyata itu Rey yang sedang membawa banyak kertas yang bahkan sudah melewati wajahnya. Membuatnya memiringkan kepalanya untuk melihat jalan.
Buggh, Rey tersandung kakinya sendiri akibat dia kesulitan berjalan. Ntah kemauan dari mana, aku malah menghampirinya. Padahal saat itu aku ingin bersantai.
"Lo ga apa-apa?"
'Aduuh bego banget. ngapain juga gue nanya gitu. Ntar disangka SKSD Mit!!'
Aku mendesis dalam hati."Gue bantuin ya"
Ntah dari mana kata itu berasal, tiba-tiba keluar melalui mulutku. Ah sudahlah, membantu orang itu berpahala.
Aku membantunya mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan. Untung daerah sini sepi. Jadi, tak banyak orang berlalu lalang.
Kertas-kertas yang dibawa Rey tadi menjadi setengah, dan setengah nya lagi aku yang membawanya. Aku mengikuti langkahnya yang besar dan cepat dari langkah ku.
Rey tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sial, aku tak sempat ngerem langkahku. Akhirnya aku menabrak punggungnya. Hampir saja jatuh.
"kok lo berhenti tiba-tiba sih?!" protes ku. Bukannya minta maaf, dia malah nyerocos gajelas.
"Gue lupa kertas-kertas ini mau diantar kemana" katanya sambil melihat sekeliling nya mengingat sesuatu.
'Si bego_-'
"Oh iya, ruangan osis" Dia melanjutkan langkahnya. Aku menatap punggungnya datar.
"Shit, dia ninggalin gue."
Aku berlari mengejarnya yang sudah cukup jauh di depan ku.
"Cepat banget sih ni anak jalannya"Rey masuk kedalam ruangan, yang diatas pintu tertuliskan RUANGAN OSIS itu membuat gue yakin kalau ini ruangan osis. Gak mungkin di depan tertulis ruangan osis dalamnya toilet kan??
Aku masuk juga mengikuti Rey. Aku meletakkan kertas-kertas itu diatas meja bersamaan dengan Rey yang sedang meletakkan nya juga.
Gue keluar, mengikuti Rey yang juga ingin keluar.
'Gak ngucapin Terima kasih gitu? Idih'
"Makasih ya" ucapnya sambil berjalan berdampingan dengan ku. Oh maigoat, dia gak bisa baca pikirankan?? Gue harap enggak.
Aku mengangguk pelan.
"Mita!!" teriakan ini baru familiar di telinga gue, siapa lagi kalau bukan Falyn. Aku berhenti berjalan, begitu juga Rey yang melihat ke arah sumber suara.
Falyn, Alya, dan Mila menghampiri gue. Falyn berlari kecil sedangkan Alya dan Mila berjalan santai.
"Kemana aja lo hah?? jangan coba-coba lari dari gue. Jawab cepat pertanyaan gue tadi" Falyn ngerangkul ku. Tidak, lebih tepatnya memiting leherku.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYTHA
Teen FictionHidup ini tentang pilihan. Gimana kita nentuin pilihan itu dan gimana pula kita menjalaninya. Dan pada akhirnya aku didatangkan dua pilihan yang sulit. "Memilih salah satu, atau menyakiti keduanya"