박지연
Perias memberi blush on di pipi kanan kiriku dengan kuas besar setelah selesai meratakan bedak pada wajahku. Kemudian dia menambahkan eyeshadow keunguan pada kelopak mataku. Aku sedang dalam proses syuting iklan sebuah minuman isotonik dalam kaleng. Dalam perekaman gambar nanti aku diceritakan sedang melakukan aktivitasku sebagai artis yang sibuk dan benar-benar kelelahan. Dan untuk mengatasinya, di setiap waktu istirahat syuting aku meminum minuman kaleng itu untuk mengisi ulang energiku. Hmm, terdengar klise bukan? Namun begitulah iklan. Sebenarnya aku suka pada ide iklan yang inspiratif dan orisinal, tapi skenario ringan pun aku tak masalah. Ini tetap akan menjadi iklan yang segar dan mudah dimengerti semua orang.
Aku bersyukur aku masih bisa menjalankan sebagian besar aktivitasku di Daegu. Kurasa aku beruntung, jarang sekali artis yang bisa tetap bekerja di tempat asal mereka tanpa menetap di Seoul sepertiku. Walaupun aku tahu selama aku di Daegu, sesekali aku harus bolak balik dari Daegu ke Seoul dan sebaliknya untuk melaksanakan beberapa jadwal atau acara-acara penting. Repot memang, tapi bukan masalah besar bagiku. Selama mungkin aku ingin berada di sini untuk menemani nenek yang semakin sering pulang pergi rumah sakit. Kalau masih bisa diusahakan, aku akan melakukannya.
"Selesai," ucap perias itu.
Aku tersadar dari lamunanku dan menoleh padanya, "Terima kasih, Unnie."
Perias berkacamata itu tersenyum ramah. "Ya, sama-sama."
Aku membalas senyumannya. Aku terbiasa memanggil orang-orang yang bekerja di sekitarku dengan panggilan seperti itu. Kru, staff, juga managerku. Ini kebiasaan, aku merasa lebih nyaman memanggil dengan sebutan 'kak' daripada yang lain. Dan aku senang mereka selalu tersenyum ketika aku memanggil mereka begitu.
Kuperhatikan wajahku di cermin segiempat. Unnie tadi memoles wajahku dengan sangat baik. Sekarang aku terlihat lebih dewasa. Sebelumnya aku hanya memakai cc cream, lipbalm cherry blossom pink dan riasan mata sederhana. Untuk sehari-hari aku tidak suka mengenakan make up yang terlalu tebal dan heboh. Kupilih yang natural dengan lipstick atau lipbalm warna-warna natural atau pastel.
Sutradara memberi waktu setengah jam agar diriku dipersiapkan dari pakaian sampai aksesoris kecil sekalipun. Melihat jam di ponsel, masih tersisa sekitar lima belas menit sampai syuting benar-benar dimulai.
Aku menarik jaket tebal yang ada di meja panjang di depanku. Di dalam ruangan yang setengah terbuka ini aku merasa kedinginan. Entah perasaanku saja atau memang angin hari ini sedingin angin pegunungan es. (Bukan berarti aku pernah ke pegunungan es juga..).
♬ 매일 똑같은 시간만 계속돼
변한건 없는데
그게 다 인데 왜 이리 낯설까
[maeil ttokgateun siganman gyesokdwae
byeonhangeon eobtneunde
geuge da inde wae iri natseolkka~ ♬Ponselku tiba-tiba berbunyi, itu adalah nada dering telepon. Aku mengambil ponselku dari meja dan langsung mengangkatnya tanpa melihat siapa yang menelepon. Manajer berada di sini, siapa lagi yang akan meneleponku selain satu-satunya teman baikku. "Yoboseyo, Hwayoung?"
Tak menunggu lama, terdengar suara ceria sekaligus anggun dari sana. "Jiyeon-ah! Akhirnya kau mengangkat teleponku. Ini kedua kalinya aku menelepon, kalau kau belum tahu. Tapi tak masalah, aku yakin kau pasti sibuk."
"Kedua kalinya? Maaf, aku tidak memperhatikan," kataku melihat layar ponselku sebentar yang jelas hanya menampakkan hitungan waktu telepon.
"Gwaenchanha.. Karena kita sama-sama sedang sibuk aku akan mengatakannya dengan cepat," kata Hwayoung mengambil napas sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. "Terakhir kali kita ke mall adalah shopping yang gagal. Aku menagih perkataanmu saat itu, kau bilang lain kali kita akan berjalan-jalan lagi. Asumsiku terhadap perkataanmu adalah jalan-jalan dalam waktu dekat. Jadi kalau bisa, mari berbelanja nanti sore, eh, tunggu.. tidak-tidak, waktunya tidak cukup.. Bagaimana kalau nanti kita spa di salon untuk relaksasi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Show You 2
أدب الهواةTerkubur dalam-dalam oleh kebencian, rasa itu telah hilang sepenuhnya. Semua terhapus oleh besarnya luka yang kau beri. Aku tidak ingin mengenalmu. Aku sangat membencimu. . . . . . Aku ti...