Semut pun pernah jatuh cinta pada rembulan
Karena gelapnya diterangi indah cahaya
Dipandanginya lekat-lekat
Dipujanya sampai larut malam
Saat sedang larut dalam cintanya
Bulan pun tenggelam di ufuknyaAku sadar pergimu seperti itu
Di masa aku sedang lengah dalam fantasi karanganmu
Saat aku sedang senang dalam lembah rasa ciptaanmu
Kau menghilangAku menerka-nerka maksud pergimu
Ku terka maksud jauh dan dinginmu
Aku belum juga paham
Seharusnya kau bicara
Tapi nasibku memang ditinggal tanpa penjelasanSukses buatmu yang berhasil buatku kehilangan...
Ah, entah apa dalam diriku yang tak ku tahu
Kau pergi, rasanya ada yang kurangKadang aku masih suka berekspektasi
Yang semakin membuatku berharap besar
Kuyakinkan hati bahwa kau hanya butuh sendiri,
Bahwa kau hanya ingin memberi kejutan
Padahal jauh dari realitaSekarang aku ingin belajar mengikhlaskan
Pergi saja, cari bahagiamu, selami duniamu
Aku sama sekali tak membenci permainanmu dulu
Yang pergi akan tetap pergi kan?
Semut tak punya daya mencegah bulan yang semakin tenggelam
Dan aku akan mengenangmuAku pun pernah jatuh cinta pada sosok Ksatria
Karena lemahku diisi kuatnya
Kupandangi lekat-lekat
Kupuja sampai lupa kekurangannya
Saat sedang larut dalam cintaku
Ksatria pun pergi dengan kudanyaBerastagi, 11 juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-A Letter
PoesíaJika tanah yang kita pijak masih berdekatan, apakah getarku sampai ke kamarmu? Menyampaikan sebanyak buih lautan perasaan yang hanya bisa kutuliskan. Jika hujan yang turun masih sama-sama kita rasa, apakah aroma dan dinginnya pernah membuatmu ingat...