Untuk tiap jatuh hati dan jatuh
Kau titipkan namanya pada sejarah rindu
Untuk kali pertamamu jatuh hati
Untuk kali pertamamu patah hatiAngin di tempat ini menatapmu heran
Mereka mengolokmu karena sekarang kau kehilangan
Mereka mengolokmu karena sekarang kau hanya bisa diamDetik terus berdetak dan perasaanmu masih melekat
Daun yang terbang mengelus pemandangan di depan
Dingin, udara menampar tulang-tulang
Hatimu menolak untuk menyuruhnya pergi tapi dirinya bahkan sudah lari sejak dulu
Ditutupi es batu, ia berpaling ke jauh sana
Dingin, sikapnya menampar fantasimuPagi seperti hari kemarin, tak ada yang baru
Semangatmu telah dipatahkan oleh satu keadaan
Dan kau lewati embun pagi dengan rasa yang ia lupa sendiriSedang siang seperti tak ada mentari
Kelabu karena awan abu itu
Dirimu semakin tak berarti karena satu kenyataan
Dan kau lewati mentari dengan rengut yang tak kunjung pergiSenja dan malammu pun begitu
Kau biarkan melintas tanpa arti
Yang terbenam dan terbit kau tak peduli
Berganti, bergantilah saja
Terang dan gelap
Hangat dan dingin
Karena hatimu tetap ini, tetap disini
Masih tenggelam oleh rasa lama
Tak ingin terbit untuk yang baruDia pun tertawa
Ya, engkaulah si bodoh itu
Cinta terlalu dengan hati
Tapi tak perlu kau cemaskan
Kau menikmati iniUntuk setiap yang jatuh hati
Cintalah sedalam-sedalamnya
Maka disana akan selalu ada satu resiko
Engkau akan jatuh sejatuh-jatuhnyaUntuk setiap yang patah hati
Jatuhlah sejatuh-jatuhnya
Maka disana akan ada satu sejarah
Engkau adalah sang pemberaniUntuk setiap jatuh dan patah hati
Bermainlah terus disana
Karena ia akan berputar mengelilingi rasa di hati yang belum matang
Belum mantap tapi memaksa dipamerkanTenggelamlah terus disana selagi engkau masih berani menikmati
Bahagialah sampai engkau merasa di puncak tertinggi yang pernah kau pijak
Hirup dulu udara disana, hentakkan kakimu, rentangkan tanganmu
Lalu bersiap-siaplah terjun ke jurang yang sebenarnya kau gali sendiri
Bersiap-siaplah kuatkan hatimu
seolah-olah akan mati karenanyaDan mereka seperti roda
Memainkan hati dengan rona merah muda
Gelapkan logika, terus seperti itu selama engkau kebal dan masih mauSampai ada suatu permainan yang engkau coba lalu membuatmu terheran
Mengapa engkau yang di puncak belum jatuh juga?
Engkau pun terdiam dan terus terpana pada jiwa yang membuatmu terpaku bertanya
Matamu tak berkedip, pikiranmu menerka
Tapi kenyataan menjawabnya lebih dulu
Dialah bidadari itu
Belahan jiwamu sesungguhnya
Berhentilah berkelanaMemandang salah satu janji Tuhan
Berastagi, 30 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-A Letter
PoesíaJika tanah yang kita pijak masih berdekatan, apakah getarku sampai ke kamarmu? Menyampaikan sebanyak buih lautan perasaan yang hanya bisa kutuliskan. Jika hujan yang turun masih sama-sama kita rasa, apakah aroma dan dinginnya pernah membuatmu ingat...