Tangis. Sakit rasanya hingga menangis. Tak ada yang memperdulikannya. Dia mati tapi semua orang tertawa . Tak ada yang menyayanginya.Apapun dilakukan, mereka hanya menatapnya hina. Kebanyakan teman mendekati hanya untuk memanfaatkan . Tidak ada yang tulus. Mereka semua menjijikkan.
Ingatan-ingatan berputar diotaknya seperti kaset rusak. Bunuh diri , tangis ,tawa, pesta malam, dan bunuh diri lagi. Tidak ada kasih sayang.
Mata dominik mengerjap. Sedikit demi sedikit terbuka hingga terlihat pancaran putih. Samar-samar muncul sosok didepannya. Seorang anak laki-laki.
“Dominik ..kau sudah sadar ?” suara orang didepannya.
Sekarang wajah itu terlihat jelas. “Alex ?”ucapnya lemah.
“Iya .. ini aku.. kau bisa mendengarku kan ?”
Dominik tak menjawab. Masih terlalu lemah baginya untuk berbicara sekarang. Dipegangnya kepalanya yang terasa sakit.
“Kau kenapa ?”tanya Alex khawatir. __
“Tunggu disini.. akan kupanggilkan dokter..”
Alex pergi mencari Dokter. Ketika dilorong kebetulan sekali dia bertemu dengan dokter yang biasanya memeriksa Dominik.
“Dok.. Dominik sudah sadar....”
Dokter itu mengangguk. “Baik..akan saya periksa..”
----------------------------------------------------
Dominik P.O.V
Aku tak ingat apa yang terjadi. Apa aku sudah disurga ? Tapi kenapa surga bentuknya seperti rumah sakit ? Hem..sepertinya ini memang rumah sakit. Badanku mati rasa, aku lemah.
Aku kembali ke dunia yang fake ini. Sejenak aku harus mengutuk diriku sendiri, kenapa harus aku kembali. Kenapa tuhan begitu tega membuatku menjalani hidup yang penuh derita. Argggghhh..
Cholera !!!!! Aku benar-benar menderita..
Kakiku tidak dapat digerakkan , bahkan tidak bisa merasakan apapun. Apa aku lumpuh ? Bagus... Aku menjadi orang yang paling diberkati.
"Bagaimana keadaan anda, tuan Dominik Santorski ?" Seseorang masuk melewati pintu kearahku, aku yakin itu pasti Dokter disini. Dibelakangnya Alex mengikuti.
"Aku baik-baik saja.."
Dokter tersenyum. "Pemulihanmu sangat cepat.. Kurasa kau boleh pulang 3 hari lagi.."
Aku mengangguk. "Apa aku lumpuh ?"
"Tidak.. Itu karena reaksi obat kami.. Sebentar lagi kau kembali seperti biasanya.. Jadi jangan risau.."
Entah kenapa , ucapan dokter itu malah menjadi petaka untukku.. Aku tidak mengharapkan lagi kehidupan normal. Menyedihkan.
" Biar saya periksa dulu ya ? " Ucapnya ramah lalu memeriksaku dengan stetoskop yang tergantung dilehernya.
"Keadaanmu baik.. Kau beruntung.."
Seketika itu Alex yang tadinya terlihat khawatir tampak gembira. Kenapa ?
Kulihat dokter itu menulis hasil pemeriksaan medisku di sebuah kertas. Tangannya bergerak cepat lalu menutupnya.
"Kutinggal dulu , okey? Kurasa temanmu bisa menjagamu? "
Dokter itu melirik Alex , seketika itu Alex mengangguk.
Dokter itu melangkah keluar , meninggalkan aku dengan Alex berdua.
"Hy, nik.. Bagaimana perasaanmu.. ?" Dia mendekat kearahku.
Aku mencoba duduk,meski lemah tapi aku memaksanya .