Dominik POV~
Sejak kejadian alex menyentuh tanganku dikelas tadi, aku tak berani menampakkan wajah didepan anak-anak kelas . 2 hal yang tidak bisa terhindar. Satu, aku adalah ternyata gay dan dua , dalam urusan gay ini aku tak tau kenapa harus alex yang ku sukai. Sebut saja aku aneh, tapi tidakkah bertambah buruk lagi jika benar aku menyukai alex. Terserahlah itu cinta, suka atau sayang. Menurutku sama-sama merepotkan. Hn..
Nafasku tersendat-sendat, tanganku terus menangkis tendangan dan pukulan dari mario. Aku selalu menang dalam urusan karate. Jadi,jangan heran setelah aku mencengkram kerahnya kuat, Mario terkapar lemah di lantai. Semua emosi ku meluap, wajahku semakin merah, perlahan otakku terus memikirkan masalah alex. Keadaan seperti ini, aku selalu menghancurkan apapun yang kulihat namun aku sedang tidak dikamarku. Kulihat mario yang lemah, tanganku mengepal . Kurasa tak ada salahnya menonjok wajahnya 2 atau 3 kali. Takkan merusak wajah tampannya.
Aku bersiap menonjoknya, tangan kiri naik dengan bugem yang mudah melesat maju. Kutarik kerahnya agar dekat. Mario menunjukkan muka horor dan pasrah. Tampang menyebalkan bagai ada hantu didepannya.
"Hey, Dominik ! K..kau tak berniat membunuhku kan ?" Katanya terbata-bata. Perkataannya terdengar lirih karena memang tenaganya tak ada lagi. Aku dapat memperkirakan waktu kapan matinya jika aku memukul lebih dari 10 kali. Tapi untuk apa ? Apa dengan membunuhnya permasalahan jadi selesai? Tidak sama sekali, malah bertambah runyam. Kulepas cengkramanku padanya, bergerak sedikit jauh untuk menutupi wajahku yang merasa kasian. Mario berdiri kemudian lari keluar ruangan, sementara aku terduduk lemas karena letih habis memukulnya tadi. Seragam karateku terbuka bagian dadanya, tali pinggangku pun longgar. Hanya kulihat saja, tak ada niat untuk diperbaiki. Siswa yang lain masih sibuk berkarate dengan lawannya, sementara aku hanya sibuk dengan pikiran memusingkan ini. Lalu, tanpa sengaja aku melihat alex sedang menghabisi lawannya. Wajah penuh keringat itu tersenyum kemenangan setelah dengan telak menjatuhkan lawannya. Nafasku tertahan, dia tampak lebih tampan dan sexy ketika berkeringat begitu. Dadaku naik turun tak beraturan. Kuakui alex memang tampan, apalagi sikapnya kelewat ramah dengan semua orang. Aku yakin banyak yang mau jadi kekasihnya. Dia tersenyum terus pada setiap apapun yang dilihatnya. Berbicara ramah dan sopan, lalu menghargai orang lain. Benar-benar sempurna.
Alex telah selesai, dan dengan cepat beralih pandang dan pas sekali setelahnya mata kami bertemu. Dia tersenyum. Derrr.. Hatiku berdesir, jantungku berdegup kencang. Otakku semakin tak waras karenanya. Dia berjalan kearahku, dan detak ini semakin tak beres.
"Hy !" Sapanya ketika berjalan kearahku. Dengan cepat aku berdiri , menyambutnya hangat. "Hy .." Aku tersenyum.
"Erm..mau berkarate denganku ?"
Mataku mengerjap beberapa kali. Dia mengajakku berkarate? Serius? Ahh.. Rasanya ini tak mungkin. "Kau yakin mau berkarate denganku?"
Alex mengangguk yakin dengan bibir mengatup, " ya.. Memang kenapa? Kau takut?"
"Tidak.. Ayo lakukan."
Dia tersenyum. Uh.. Lama-lama senyum itu terlihat menjijikkan,tapi tetap saja sexy. Bagus sekali otakku yang bodoh ! Berhenti memikirkan hal itu !!!shit.. . Aku berjalan mundur , membuat aba-aba . Sedangkan dia, malah tak ada gerakan sama sekali. Licik, dia merencanakan sesuatu.
"Ayo maju.." Ujarnya lantang, "Kau dulu yang maju.." tantangku. Dia hanya memiringkan kepala , merasa terhibur.
Shit.. Biasanya aku yang membiarkan lawan memberi pukulan dulu, tapi melihat alex yang tak bergerak sama sekali membuatku tak sabar'. Lebih baik aku saja yang pertama memulai. Jari-jariku mengepal kuat, lalu dengan langkah cepat aku segera memberi beberapa pukulan. Namun rupanya dia dapat menangkis dengan mudah. Aku tercengang. Selama ini , tak ada yang bisa menangkis atau melawan pukulanku .