Rozdział pierwszy

993 27 2
                                    

Anak laki-laki itu terbaring lemah dirumah sakit dengan bekas luka sayatan di tangan kirinya yang belum kering. Selang oksigen masuk menusuk hidungnya. Badannya kaku seperti orang mati. Tidak ada gerakan sama sekali dan ini sudah 2 minggu lamanya dia koma.

“Bagaimana keadaan anak saya dok ? “ ucap seorang wanita paruh baya kepada pria ber kacamata, Dokter Haris. Di wajahnya ada buliran air mata yang membendung dan siap keluar.

“Maaf buk.. kami sudah berusaha semampu kami. Selanjutnya  tergantung kepada tuhan..”

Wanita itu seketika menangis . Disentuhnya wajah anaknya dengan penuh kasih sayang .

“Dominik….…”isaknya.

“Yang sabar bu… “

Dokter itu menepuk bahu ibu dominik agar tabah lalu meninggalkan mereka berdua di ruang itu.Ibu Dominik masih mengelus bahu anaknya dengan penuh kasih sayang. Ia menyayangi anak itu  tapi tidak punya waktu dengannya. Ia sadar dia maupun suaminya bukan orang tua yang baik untuk Dominik, sampai-sampai anaknya mencoba bunuh diri. Waktu mereka dihabiskan untuk bekerja-bekerja dan bekerja.  Hingga Dominik kurang kasih sayang.

Dia mengelus pelan rambut Dominik yang tergerai. Wajahnya pucat pasi seperti mayat. Masih teringat dipikirannya kejadian ketika menemukan Dominik terkapar dengan darah yang bercucuran ditangannya.

Flashback…

Dominik membuka laptopnya dan menghidupkan video perekam. Diambilnya sebatang rokok berat yang sangat memabukkan lalu dihidupkannya. Dia tersenyum gila ketika perekam itu dimulai. Sejak tadi dia tidak menggunakan apa-apa,kecuali boxer. Dia sengaja melepas  pakaiannya. Lalu berjalan kearah kamar mandi. Dan perekam video itu tetap menyala. Beberapa menit telah berlalu , Dominik keluar dari kamar mandi dan kembali ke depan laptopnya.Dihisapnya rokok itu perlahan-lahan.

“Aku mati sekarang.. “ ucapnya disertai tawa kemudian menghebuskan asap rokok dari mulutnya.

“Dan kau tau.. ! Aku mati Karena kalian !!!!... Kalian bukan orang tua bagiku.. Kalian hanyalah sampah… Ahahaha… “ Tawanya semakin menjadi-jadi dan terdengar mengerikan.

 Tangannya menggapai sesuatu dari bawah . Ia memegang sebuah pisau tajam lalu ditunjukkannya ke depan kamera.

“kalian tau apa ini ? “ “ini malaikatku… dia akan menolongku untuk melepas semua kegilaan ini dan pergi ke neraka.” Dia menyeringai sadis lalu diperlihatkannya tangan kirinya ke kamera dan mengirisnya perlahan-lahan dengan pisau itu. Darah mengucur. Rasa sakit mulai muncul dari wajah dominik. Hanya dengan sayatan kecil ia sudah hampir memotong nadinya. Di hempaskannya pisau itu lalu mencoba menahan rasa sakit. Dia tertawa ketika melihat tangannya tersayat lalu sedetik kemudian mengeluarkan air mata.

“KALIAN !... semuanya tak ada yang menyayangiku.. semuanya… “ air mata membasahi pipinya. “Kalian tidak peduli padaku.. tidak satupun.. Kalian semua membuatku gila.. !!!! “ teriaknya pada perekam itu dengan tangisan lalu Pingsan menanti ajalnya dengan darah keluar deras dari tangannya. Dia hampir tak selamat jika tidak ditemukan oleh ibunya dan segera  dibawa ke rumah sakit. Mungkin jika dia terlambat dibawa kesana ,sekarang dia sudah tiada.

End flashback…

Ibu Dominik tersadar dari lamunannya ketika seorang suster masuk menyapa.

"Siang ibu.." Dia membawa sebuah daftar list pemeriksaan medis Dominik.

"Maaf ibu.. Anak ibu butuh istirahat.. Waktu berkunjungnya sudah habis..jadi ibu tolong tinggalkan.. Dan besok kembali " ucapnya ramah.

Ibunya enggan untuk pergi . Dia masih ingin menemani anaknya dan menunggunya hingga siuman. Tapi benar kata suster dia harus meninggalkan anak itu demi kesembuhannya. Ibu Dominik mengecup kening Dominik lembut. Lalu pergi meninggalkannya.

Broken AngelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang