9

663 58 1
                                    

Sama seperti hari hari sebelumnya, tidur mandi pergi sekolah. Setiap hari seperti itu dan aku melakukannya selama bertahun tahun hingga waktu bergulir begitu cepat. Tidak kah itu terlihat membosankan?

Rasanya baru kemarin aku merasakan indahnya memegang balon sambil mengemut permen, aku sudah sangat tumbuh dan nyatanya jika  mengingat untuk kesekian kalinya 'aku sudah menikah', aku pernah merasakan bagaimana berjalan di altar, berciuman dihadapan tuhan disaksikan oleh orang tua bahkan orang lain yang tak ku kenal. Walau itu bukan kemauan ku.

Kini aku tengah berada disekolah–lagi– menjalankan rutinitas ku sebagai seorang siswa. Hari ini ada kelas kimia dan Jung saem mengatakan akan diadakan praktik, beliau membagi kelompok berdasarkan pasangan duduk, dan ini akan menjadi lebih berat untuk ku karena tentu saja pasangan ku adalah Mingyu. Sudah ku bilang ini berat untuk ku. Selama praktek berlangsung, mulut ku benar benar lelah karena terlalu banyak menggerutu dan menghela nafas akibat ulah lelaki yang ku anggap teman itu, tentu saja karena kecerobohan nya.

"Gyu, kau salah memasukan! "

"Aku tidak sengaja ra, "

"Mingyu jangan terlalu banyak! "

"Jangan menyentuhnya, atau kau akan memecahkannya. "

"Yak! Aku akan membunuh mu jika kau melakukan itu."

"Kau mau mati ya? "

"Ayolah Ming, kenapa kau ceroboh sekali sih."

"Aku tidak sengaja nona kim."

Sekelebat obrolan yang terlalu omong kosong karena perkataan ku hanya dianggap sebagai angin yang berlalu untuknya, aku kembali mendesah gusar, lelaki itu benar benar.  Dia selalu saja minta maaf dan mengulang kesalahan untuk kesekian kalinya. Jauh didalam diriku yang paling terdalam ingin sekali aku mengatakan 'Gyu, kau hanya perlu diam dan lihat. Aku bisa melakukannya tanpa mu, jangan berulah dan duduk manislah.'
Tapi dia teman ku. Tentu, aku masih punya hati untuk mengatakan hal seperti itu. Dan lagi aku tidak cukup sombong untuk mengatakannya pada sahabat tercinta ku ini.

Sampai praktek selesai, aku masih belum juga bisa meredakan rasa kesal ku. Aku hanya sedikit geram. Bocah itu–maksud ku Mingyu, dia langsung keluar dengan alasan ingin ke toilet. Kenapa tidak langsung mengatakan jika ia tidak ingin membereskan mejanya. Kenapa aku punya teman yang seperti itu. Ya tuhan, benar benar menyebalkan tapi dia tetaplah sahabat ku. Lantas mengapa juga praktek diadakan diruang kelas, aku jadi sedikit kerepotan membereskannya.

"Hara-ssi, bisa tolong kembalikan peralatan ini ke laboratorium? "

Aku tercekat karena aku tak salah dengar, sungguh telinga ku masih sangat normal untuk mendengar panggilan yang sangat tegas itu. Aku kembali mendesah tanpa diketahui siapapun.

"Ne saem, " jawab ku lesu.

Kalau boleh aku jujur, aku sangat malas. Jika saja seorang murid boleh menolak permintaan seorang guru maka sudah ku lakukan sejak dulu. Aku hanya tidak ingin ia memberi minus pada nilai ku yang kelewat sempurna karena aku harus mengalahkan diperingkat satu–Jeon Jungkook.

Ruang laboratorium sedikit jauh dari kelas hingga mengharuskan ku menapaki anak tangga untuk mencapai lantai paling atas. Tidak banyak murid yang berlalu lalang disini. Tentu saja, pikirkan untuk apa mereka menghabiskan waktu disini sedangkan sekolah menyediakan kantin dan taman yang luas, ku rasa tak ada satu pun anak yang memasukkan laboratorium ke daftar tempat favorit mereka.

Dan lagi aku harus merelakan setengah waktu istirahat ku untuk melakukan ini, aku sangat berterima kasih padamu saem. Sungguh aku berharap, seharusnya makan siang sudah tersaji untuk ku diatas meja saat aku kembali.

JEON?! [About Me]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang