Hampir.

192K 14K 224
                                    

"Aku hanya tidak ingin, aku memilih kamu, di saat hatiku sudah di rebut orang lain"

-Audy-

🔸🔸🔸

"Will you be mine, Travella Claudy Dirgantara?"

Jantung Audy lansung berhenti berdetak seketika. Dia tak tahu harus melakukan apa di saat kondisinya seperti ini.

"Boleh kasih waktu gak?" ucap Audy sambil menyestabilkan degupan jantungnya.

Erick tersenyum. "Boleh lah Dy. Tapi jangan lama-lama. Oke?" ujar Erick.

Audy tersenyum.
Akhirnya mereka melanjutkan acara makan malam mereka.
Setelah selesai, mereka langsung pergi meninggalkan Cafe itu.

Di dalam mobil, terjadi kecanggungan. Baik Erick maupun Audy hanya dapat diam.

Saat sudah sampai di depan rumah Audy, Erick menggenggam erat tangan Audy.

Gadis itu menegang seketika.

"Aku tulus sayang sama kamu Dy. Mungkin kamu belum ada rasa untuk aku, tapi aku hanya ingin menunjukkan bagaimana cinta aku kepadamu" ujar Erick.

Audy kembali diam. Berbicara sepatah kata saja tidak bisa. Hatinya memang berdegup kencang, tapi sedikit berbeda jika di samping Angkasa.

"Iya kak, aku masuk dulu ya" ujar Audy. Erick melepaskan genggaman tangan mereka lalu membiarkan Audy pergi.

Erick tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya.

Di sisi lain, Audy merebahkan tubuhnya di ranjangnya. Ia bahkan tak menyangka Erick akan dengan cepat mengungkapkan perasaannya.

Hatinya kacau. Apa lagi Evi, sahabatnya menyukai Erick. Audy mana mungkin berkata kepada Evi tentang hal ini.

Audy benar benar lelah. Dia mengambil foto Deka yang ada di bawah bantalnya.

"Seandainya aja ada lo di sini bang, mungkin lo bisa lindungin gue. Jadi gue gak butuh pacar, iya kan bang?" tanya Audy bermonolog sambil terus mengusap foto Deka.

"Gue kangen parah sama lo bang! Seandainya aja waktu bisa di puter, gue gak akan nih ya ngajak lo berantem, gue ga akan bikin lo susah"

"Gue bakalan buat lo senyum, gembira, dan buat lo merasa menjadi laki laki terbahagia di dunia, hingga lo merasa susah ninggalin gue"

Audy menghela nafasnya. Dia kalut. Dia memutuskan untuk memejamkan matanya sambil memeluk foto Deka.

×××

Angkasa tidak bisa tidur. Dia gelisah melihat Audy belum pulang sudah jam 09.30

Angkasa tertegun mendengar suara deru mobil. Dengan cepat ia keluar dan melihat dari balkon. Angkasa mengepalkan tangannya melihat pemandangan itu.

Dia melihat Erick menggenggam tangan Audy.

"Mereka udah jadian?" gumam Angkasa. Tatapannya sendu.

Perkataan Dian langsung muncul di fikirannya. Angkasa mematung. Sampai Audy masuk ke kamarnya, Angkasa masih berdiri di balkon kamarnya.

Menatap sendu dengan pandangan kosong. Hatinya kacau.

Kedua kalinya, ia merasakan yang namanya patah hati.

×××

Pagi ini, rumah Audy kembali di kunjungi oleh Erick. Audy tersenyum sesaat.

"Padahal gue bisa ke sekolah sendiri tau kak, lo ngapain coba mesti repot ke sini?" ujar Audy sambil mengambil helm dari Erick.

"Gue hanya ingin. Lagiankan, gue  iklas Dy, jadi tenang aja" ujar Erick. Audy mengangguk lalu menaiki motor Erick.

Dengan cepat Erick menjalankan motornya dan meninggalkan halaman rumah Audy.

Akhirnya, Audy sampai di sekolah. Tatapan mata semua kaum hawa mengarah padanya. Ada yang menatap kebencian, ketidak sukaan, tetapi ada yang berkata kalau mereka cocok.

Erick merangkul Audy di sepanjang koridor. Audy ingin sekali menghindar, namun sayang sekali Erick justru memper-erat rangkulannya.

Hingga tiba di depan kelasnya, Audy langsung menjauhkan dirinya dari Erick.

"Makasih udah nganterin sampe kelas, tapi lain kali, gak usah di rangkul kak" ujar Audy dengan nada datarnya. Erick terkekeh.

Dia mengacak pelan rambut Audy.
"Lo lucu kalo lagi pura pura marah gini" ujar Erick.

Audy mengeryitkan dahinya. "Ni orang gak nyadar apa gue udah kesel gini?" batin Audy.

Audy memutar bola matanya malas lalu memilih masuk ke dalam kelasnya, tanpa memperdulikan kehadiran Erick.

Audy menghempaskan tubuhnya di bangku begitu saja. Evi terlihat asik membaca novelnya tanpa memperdulikan Audy.

Audy menghela nafasnya. "Gue gak bakalan rebut orang yang lo suka Vi. Lagian gue gak mungkin nyakitin hati sahabat gue sendiri kan?" ujar Audy.

Evi hanya diam sambil terus membaca novelnya. Audy menepuk pelan pundak Evi.

"Jangan marah ya Vi, Audy janji Audy gak bakalan suka sama Erick" ujar Audy.

Evi memutar tubuhnya menghadap Audy. Matanya menatap intens Audy.

"Kalo kak Erick suka nya sama lo, gue bisa apa Dy?" tanya Evi sinis.

Audy bungkam. Tidak bisa menjawab sepatah katapun. Matanya kini ia palingkan ke arah yang lain.

Ingatannya memutar kala ia di tembak oleh Erick di Cafe semalam.

"Gue--"

Evi tersenyum simpul. "Gue ngalah buat lo" ujar Evi.

Audy langsung mengangkat wajahnya, menatap Evi.
"Maksudnya?" tanya Audy.

"Kalau Erick bisa bahagia karna lo, kenapa enggak gue iklasin aja?" ujar Evi. Audy menggeleng cepat.

"Lo sahabat gue Vi, gue gak sejahat itu dengan ambil kebahagian lo. Lagian gue juga udah naksir orang lain. Gue bakalan berjuang buat dapetin hati kak Angkasa." ujar Audy.

Evi tersenyum. "Dan Erick juga berjuang dapetin lo Dy" ujar Evi.

"Gue bakalan bantu lo sama Erick. Gue gak akan nikung lo" ujar Audy penuh keyakinan. Evi tersenyum manis.

"Lo sahabat terbaik gue Dy" ujar Evi sambil memeluk Audy. Audy membalas pelukan Evi.

"Lo juga sahabat terbaik gue Vi. Gue bangga punya sahabat kayak lo" ujar Audy.

Evi mengangguk.

Bel berbunyi. Semua murid segera masuk ke kelas dan pelajaranpun di mulai.

Sama dengan Audy dan Evi yang mulai menyiapkan alat tulisnya.

"Gue hampir banget berantem gara gara cowo, untung belum kejadian" batin Audy.

"Gue gak bakalan biarin persahabatan gue putus gara gara cowo" batin Evi.

◾◾◾

Into You [SEGERA DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang