Patah Hati

183K 13.5K 90
                                    

"Karna patah hati itu bagian dari jatuh cinta"

🔸🔸🔸

Evi melirik ke arah jam tangan yang bertengger di pergelangan tangannya.

Sudah hampir 2 jam Evi menunggu kehadiran Ayahnya, namun sang Ayah belum kunjung menjemput.

Evi menghela nafasnya pasrah. Pandangannya tertuju kepada segerombolan anak basket yang baru saja keluar dari gerbang sekolah.

Pandangan Evi tertuju pada seorang pria, yang tak asing lagi baginya. Pria yang ia dambakan sejak pertama kali melihatnya.

Erick menaiki motornya dan langsung mengendarai motornya.

Evi yang melihat hal itu, tak ingin membuang waktu lama. Ia segera berdiri dan menghadang jalan dengan kedua tangannya.

Hal itu membuat Erick terpaksa mengerem mendadak. Erick membuka helmnya dan melihat Evi dengan tatapan bingung.

"Nebeng boleh ya kak? Gue udah nunggu selama 2 jam. Pliss" pinta Evi.

"Ya udah" jawab Erick singkat. Evi senang bukan main. Ia langsung menaiki motor Erick.

Erick kembali melajukan motornya.
Selama di perjalanan, baik Evi maupun Erick tidak ada yang membuka suara.

Erick berhenti di salah satu Cafe.
Evi mengeryitkan dahinya.
"Ngapain kak?" tanya Evi.

"Minum bentaran, haus gue" ujar Erick santai. Evi tersenyum.
Jantung berdegup sangat kencang ketika duduk dengan Erick.

Selama menunggu pesanan, mereka berdua memilih bungkam dan diam. Tak ada yang membuka percakapan lebih dahulu.

Erick asik memainkan ponselnya, dan Evi yang sibuk mengatur degupan jantungnya.

Evi berusaha setenang mungkin.
"Kakak suka sama siapa?" tanya Evi. Pertanyaan itu meluncur bebas begitu saja dari mulut Evi.

Evi sendiri membungkam bibirnya yang asal nyeplos.

Erick menaikan sebelah alisnya.
"Gue suka temen lo, Audy" jawab Erick singkat lalu kembali asik bermain ponselnya.

Jleb.

Dunia Evi yang tadinya penuh kesenangan, berubah menjadi kepahitan. Rasa sesak mulai muncul di hai Evi.

Evi memaksakan senyumannya.
"Ooh, gitu kak." jawab Evi.

"Gue nembak dia semalem, tapi sampe sekarang, gue belum di kasih jawaban pasti" lanjut Erick.

Kini, hati Evi mulai perih. Matanya juga mulai memanas.
Tangannya meremas ujung roknya, menumpahkan sedikit rasa sakitnya.

"Lo kan sahabatnya nih, gue tanya dong, cowo impian Audy kayak mana?" tanya Erick sambil menatap Evi.

Evi memalingkan wajahnya.
"Gue kurang tau kak, dia orangnya privasi" jawab Evi sambil menahan tangisannya.

Erick menganggukan wajahnya.

"Ah, gue gak butuh ciri ciri itu, gue pasti bisa bahagiain Audy dengan cara gue sendiri, dengan rasa cinta dan kasih sayang gue" jawab Erick.

Evi menggigit bibirnya. Berusaha menahan tangis yang kini sudah hampir saja turun.

"Gue jadi kangen Audy nih" ujar Erick sambil memainkan ponselnya.

Dan, satu tetes air mata berhasil lolos dari pelupuk mata Evi.

Namun dengan cepat Evi menghapus air mata itu. Ia menundukan wajahnya.

"Gue mau pulang kak, apa lo masih lama di Cafe nya?" tanya Evi.

"Hm, enggak deh. Gue juga mau ke rumah Audy, mau nanya jawaban dia. Yuk balik aja" ajak Erick. Evi mengangguk.

Erick berjalan ke kasir, dan Evi berusaha untuk tetap tegar, tetap kuat.

"Lo harus bisa Vi. Lo harus kuat. Lo gak boleh lemah, gak boleh nangis." batin Evi.

"Yuk balik" ajak Erick yang sudah berada di depan Evi.

Evi mengangguk. Erick berjalan mendahului Evi. Sedangkan Evi dengan cepat menghapus tetesan air, yang lagi lagi keluar dari pelupuk matanya

×××

"Dy, ada yang nyariin kamu nih" teriak Tyas dari luar kamar.

Audy mengerjapkan matanya. Mengumpulkan nyawanya, lalu merubah posisinya menjadi duduk di sisi ranjang.

"Ganggu aja ih, orang lagi asik asik mimpi sama Angkasa juga" gerutu Audy.

Dengan malas, Audy membuka pintu dan berjalan gontai ke ruang tamu. Mata Audy membelalak, saat menemukan Erick yang asik memainkan ponselnya.

Audy menghampiri Erick.
"Hai kak" sapa Audy.

Erick langsung bangkit berdiri. "Hai juga. Bisa ke taman deket kompleks gak?" tanya Erick.

Audy mengangguk. "Ya udah, ayo" ajak Audy.

Erick dan Audy berjalan ke taman dekat kompleks.

Mereka duduk di salah satu bangku di taman. Erick menatap dalam Audy

"Dy, gimana sama jawabannya? Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Erick.

Audy tersentak. "Hmm..." Audy mendadak bisu.

"Kenapa Dy?" tanya Erick.

"Maaf kak, gue gak bisa. Gue gak mungkin pacaran sama lo di saat hati gue udah di rebut orang" ujar Audy.

Senyum di wajah Erick pudar seketika. Dia menatap Audy.

"Gapapa kok Dy. Tapi gue, bakalan berjuang buat rebut hati lo kembali" ujar Erick.

"Jangan berjuang untuk yang gak pasti kak. Mending kakak berjuang untuk orang yang pantas untuk di perjuangkan" ujar Audy.

Erick tersenyum. "Dan orang yang pantas gue perjuangkan adalah lo Dy" ujar Erick.

Audy mematung. Bingung untuk menjawab.

"Sekarang gue emang patah hati Dy, tapi gue yakin, hanya lo yang bisa menyambungkan hati ini lagi" batin Erick.

"Tanpa lo sadari, lo udah buat gue patah hati Rick. Lo udah buat harapan gue sirna" batin Evi.

Ya, Evi melihat kejadian itu semua. Evi sengaja minta di turunkan di depan Apotek yang dekat rumah Audy, agar dia bisa tau apa jawaban Audy.

Evi bingung, antara rasa senang, sedih, semuanya bercampur aduk.

"Apapun yang terjadi, gue gak akan melepaskan lo dengan sia sia Rick" gumam Evi.

◾◾◾

Hallo!! Terimakasih yang sudah meluangkan waktu untuk membaca!

Jangan lupa vote dan comment nya ya!

Maafkan di part ini, Angkasa tidak muncul.Tapi di next part bakalan ada kok!

Sekali lagi, terimakasii ❤

Note : yg di mulmed lagu fav gua si 😂

Into You [SEGERA DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang