Ada apa dengan Angkasa?

187K 13.7K 185
                                    

Semua orang punya ekspresi tersendiri menunjukan bagaimana kerapuhan dan kesedihannya.

🔸🔸🔸

Bel pulang sekolah berbunyi. Secepat mungkin Audy berlari mendahului Evi.

Tujuannya hanya satu, yaitu kabur dari Erick. Ia harus belajar menghindar.

Langkahnya terhenti ketika melihat Angkasa, gebetannya yang sedang berjalan dengan earphone yang terpasang di telinganya.

Audy tersenyum singkat. Dari pada memikirkan Erick, lebih baik ia PDKT sama orang yang benar benar ia cintai.

Audy berjalan di samping Angkasa dengan senyumannya.

"Hai kak Angkasa" sapa Audy. Angkasa hanya diam. Audy memutar bola matanya malas.

Audy pun menarik pergelangan tangan Angkasa. Laki laki itu tersentak, seketika kembali datar.

Angkasa melepaskan earphone nya lalu menatap datar Audy.
"Kenapa?" tanya Angkasa dingin.

Nyali Audy menciut seketika. Namun ia berusaha tetap setenang mungkin.

"Boleh pulang bareng gak kak?" tanya Audy penuh harap.

Angkasa terdiam sesaat.

"Gak" jawab Angkasa singkat.

"Yah kak, boleh dong, lagian kan rumah kita sebrang-sebrangan, sekali ini aja ya?" pinta Audy lagi.

"Gak" ujar Angkasa.

"Boleh ya kak?"

"Gak!"

"Yah kak--"

"Audy!" panggil Erick. Seketika Audy lemas kembali.
Angkasa masih di sana, melihat Erick dan Audy.

"Dy, lo kenapa keluar cepet amat? Gue nungguin lo di luar kelas, tapi lo nya gak ada" ujar Erick.

Audy hanya bisa menunjukan cengirannya. "Maaf kak" ujar Audy.

"Ya udah, balik yuk" ajak Erick.
Audy diam. Ia melirik sekilas ke arah Angkasa.

"Iy--"

"Audy bareng gue" ujar Angkasa cepat. Audy dengan cepat menatap Angkasa. Senyum kecil terukir di bibirnya.

Erick mengeryitkan dahinya.
"Lah? Kok gitu?"

"Audy mau ke toko buku, ada perlu sama kak Angkasa" alibi Audy.

"Sama gue aja bisa kali Dy" ujar Erick. Audy menggeleng.

"Udah janji duluan sama kak Angkasa" elak Audy. Erick menghembuskan nafasnya kesal.

"Ya udah, hati hati ya" ujar Erick. Audy mengangguk.

Erick segera melangkahkan kakinya menjauh. Audy segera menoleh ke arah Angkasa yang masih datar wajahnya.

"Makasih banyak ya Kak" ujar Audy.

"Hm"

Audy tersenyum singkat. "Ya udah, pulang yuk kak" ajak Audy

"Gue ada urusan" ujar Angkasa datar.

"Lo balik sendiri aja" lanjut Angkasa.

"Lo mah gak asik kak! Gue ikut deh kemanapun lo pergi!" ujar Audy.

Angkasa hanya diam, lalu melanjutkan langkahnya. Audy mematung di tempat.

"Es aja bisa cair, gue juga yakin kalau lo bisa menghangat" batin Audy.

Audy berlari kecil menyusul langkah Angkasa, tanpa memperdulikan tatapan kaum hawa yang sirik.

Audy berlari hingga ia dapat mensejajarkan langkahnya dengan langkah Angkasa.

"Kak, jangan cuek cuek amat napa, lo tuh manusia, harus ada ekspresinya dikit" ujar Audy.

Angkasa hanya diam. Audy pantang menyerah. Selagi ia bisa mendapatkan hati Angkasa, kenapa ia tidak terus mencoba?

Audy memang sempat pesimis akan Angkasa. Audy memang sempat tak yakin untuk memperjuangkan Angkasa.

Namun setelah di fikirkan beberapa saat, tak ada salahnya untuk mencoba. Bagaimana bisa Audy tau Angkasa tidak menyukainya jika ia saja belum mencoba.

Audy terus berjalan di samping Angkasa dengan mulut yang tak berhenti bicara.

Setelah sampai di parkiran, Audy langsung naik ke mobil Angkasa, tanpa memperdulikan Angkasa yang menatapnya sinis.

Angkasa masuk ke dalam mobil.
"Lo ngapain ikut hah?" tanya Angkasa dingin.

"Gue bosen di rumah. Mama lagi sibuk urusin arisan, papa kerja, gue gak punya temen di rumah. Jadi gue ikut lo aja ya kak?" pinta Audy.

Angkasa menghembuskan nafasnya kesal. "Serah lo" jawabnya dingin.

Audy tersenyum senang. Mobil Angkasa melaju, meninggalkan halaman sekolah.

×××

"Kita ngapain ke sini kak?" tanya Audy yang heran melihat Angkasa memarkiran mobilnya di tempat pemakaman umum.

Angkasa hanya diam. Ia turun dari mobilnya tanpa memperdulikan Audy. Audy pun segera turun dan mengikuti langkah Angkasa.

Angkasa berhenti di salah satu makam. Audy membaca nisan yang ada.

"Clarisa?" gumam Audy. Seketika Audy mematung. Dia mengingat kejadian, dimana Angkasa membentaknya karna ia menyebut nama Clarisa.

"Gue kangen sama lo Sa. Lo adalah orang spesial di hati gue. Sampai detik ini, belum ada yang bisa gantiin lo" ujar Angkasa.

Audy terdiam. Ia hanya bisa mendengarkan semua kata yang di ucapkan Angkasa.

"Gue rindu lo Sa. I miss you so bad" ujar Angkasa.

Setelah mengucapkan kata itu, Angkasa berdiri dan menatap datar Audy.

"Pulang" ujar Angkasa dingin. Audy mengangguk.

Angkasa dapat dengan jelas menunjukan kesedihannya dengan Clarisa. Sedangkan di dunia nyata, Angkasa hanya menunjukan sifat dingin dan wajah datarnya tanpa ada ekspresi sedikit pun.

"Ada apa sama Angkasa?" batin Audy.

◾◾◾

Into You [SEGERA DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang