Adi telah sampai di rumahnya, ribuan tetes keringat membasahi tubuhnya yang kelelahan. Adi memarkirkan sepedanya dan sesekali menyeka keringat yang membasahi tubuhnya. Adi masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum, bu."
"Wa alaikum salam. Adi kamu sudah pulang ?"
"Iya, bu."
"Nak, taruh dulu tas mu dan makan siang dulu."
"Bu, hari ini aku makan siang pakai lauk apa ? perutku sudah kelaparan," ucap Adi kepada ibunya yang sedang membawa makanan untuk Adi.
"Ibu hanya punya tempe dan ikan nak, nasipun tinggal sedikit. Kita ini kurang mampu jadi makanpun seadanya. Untung saja anak ibu nggak pernah mengeluhkan keadaan ekonomi keluarga kita. Ibu bangga padamu nak," ucap ibunya dengan air mata yang mulai menetes. "Ibu..," ucap Adi dengan agak sedih karena ia tak tega melihat malaikat yang ia sayangi menangis.
"Ayo makan," ucap ibunya. Adi pun makan tetapi selera makannya sudah berkurang.
"Bu, apa ibu nggak lapar ?" ibunya menggeleng. Adi tahu kalau sebenarnya ibunya itu sangat lapar.
"Ibu makan dulu ya, demi Adi," ucap Adi sambil menyiapkan makanan untuk ibunya tercinta. Adi yang sudah selesai makan langsung menyuapi ibunya. Secara perlahan, air mata ibunya tumpah."Adi, kamu adalah putra kesayangan ibu. Ibu berdoa agar kau selalu bahagia nak," ucap ibunya dengan rasa haru. Jarang ada anak yang begitu berbakti kepada orang tuanya. Adi kembali menyuapi ibunya, "Adi, kamu mandi dulu ya nak. Ibu bisa makan sendiri," perintah ibunya. Adi mengangguk dan segera mandi.
🍁🍁🍁
"Ya Allah, ampunilah dosa dosaku dan jauhkankah aku dari perbuatan dosa. Ya Allah yang Maha Pengasih Maha Penyayang, berikanlah umur yang panjang kepada kedua orang tuaku terutama ibuku aku sangat menyayangi ibu dan ayahku Ya Allah. Ampunilah dosa dosa mereka dan berilah mereka kesehatan dan lancarkanlah rezeki ayahku di kota ini dan semoga usaha ayahku tidak bangkrut lagi seperti sebelumnya. Amin ya robbal alamin," ucap Adi dalam doanya disaat melaksanakan shalat.
Adi melipat sajadahnya dan membuka Al-Quran untuk melanjutkan hafalannya.
Secara diam-diam ibunya menatapnya dari balik pintu kamarnya, ia terharu karena memiliki seorang putra seperti Adi.
Lalu ibunya pergi dari tempat dimana ia berpijak saat ini ke belakang rumah agar tidak menganggu konsentrasi anaknya.
🍁🍁🍁
"Shadaqallahul adzim," ucap Adi saat mengakhiri hafalan Al Qurannya.
Adi meletakkan Al Qurannya dan pergi ke belakang rumah. Di belakang rumah, Adi melihat ibunya yang sedang menyapu di halaman belakang rumah. Adi menghampiri ibunya, "Bu, berikan sapunya kepada Adi. Biar Adi saja yang mengerjakannya dan ibu bisa istirahat, " ucap Adi. Ibunya memberikan sapu lidi itu kepada Adi dan pergi untuk beristirahat.
Adi mulai menyapu halaman, halaman rumah yang semula kotor kini menjadi lebih bersih. Keringat mulai membasahi tubuh Adi.
Setelah menyapu halaman belakang, ia pergi ke halaman depan dan mulai membersihkan halaman depan rumahnya yang masih kurang bersih.
Pada saat itu juga, Anna melintas di depan rumah Adi. Anna melihat kesibukan Adi yang berbeda dari anak laki-laki yang lain. Biasanya anak laki-laki seusia Adi lebih memilih bermain bersama teman-temannya.
Anna yang penasaran langsung menghampiri Adi.
"Assalamualaikum, Akhi," ucap Anna.
"Wa alaikum salam, eh Anna. Kamu ngapain disini ?" tanya Adi.
"Biasa, mau belanja beberqpa barang titipan umi. Hmm... ngomong-ngomong kamu disini masih baru ya ?" ucap Anna.
"Iya, " jawab Adi. Anna mengangguk.
"Aku nggak nyangka loh kalau kita itu tetanggaan. Rumahku itu yang ada pagar hitam tinggi itu, kamu bisa lihat kan ?" ucap Anna.
"Wah, rumah kamu bagus banget. Rumahku gak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan rumahmu."
"Rumahmu juga bagus kok, malah aku lebih suka rumahmu daripada rumahku sendiri. Aku itu tipe orang yang gak suka kemewahan, aku lebih suka kesederhanaan. Nanti kalau aku udah besar dan punya uang cukup untuk bikin rumah, aku pasti bikin rumah yang minimalis seperti rumahmu ini. "
Mereka semua terdiam namun keheningan itu hanya sesaat. Keheningan itu terpecahkan saat Anna bertanya kepada Adi, "Ibu kamu mana ?"
"Ada di dalam, sedang istirahat."
Tak kusangka kalau Adi adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya terutama kepada ibunya, batin Anna.
"Anna ? Anna ?" ucap Adi dihadapan gadis yang sedang melamun tak jelas itu. Dengan terpaksa Adi menarik kerudung Anna agar gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Adi !? Kamu ngapain tarik kerudungku ?"
"Kamu dari tadi melamun terus. Dengan terpaksa aku harus menarik kerudungmu agar gak ada setan yang masuk ke tubuhmu."
"Tapi jangan gitu juga."
"Iya, cowok kan harus selalu mengalah."
Ekspresi Anna berubah. Ia merasa kesal dengan perkataan yang diucapkan Adi. Perkataan yang ringan dan sederhana namun sangat menusuk hatinya.
Anna meninggalkan Adi tanpa memberi salam. "Anna Anna ! Dasar wanita, suka ngambek," ucap Adi sambil tertawa kecil.
Anna pergi meninggalkan Adi dengan perasaan kesal. Adi tidak terlalu mempedulikan kekesalan Anna, ia pun melanjutkan bersih-bersih halaman rumahnya.
Hampir seluruh halaman bersih, tinggal bagian pojok saja yang belum ia bersihkan.
Adi menyeka keringatnya yang sedari tadi membasahi dirinya. Lalu kembali melanjutkan pekerjaan mulianya.
Bunyi khas sapu lidi terdengar begitu jelas saat ia menyapu halaman depan rumahnya.
Akhirnya selesai juga pekerjaan mulianya ini. Langit mulai memerah, sang surya akan kembali ke persembunyiannya. Waktu maghrib akan segera tiba.
Adi meletakkan sapu lidi itu di depan rumah dan pergi mandi.🍁🍁🍁
Anna kembali melewati rumah Adi. Sepi dan amat bersih.
"Langka dan jarang sekali aku melihat anak laki-laki seperti Adi. Tapi aku kan lagi marah ke dia," ucap Anna sambil menatapi rumah Adi.
"Oh, barang belanjaan titipan Umi ! Aku sampai lupa," Anna menepuk jidatnya dan segera kembali ke rumah.
Adi membuka pintu rumahnya, tepat saat Anna sudah pergi dari rumahnya. Adi terlihat tampan dengan mengenakan baju koko dan peci kesukaannya.
Adi segera menuju ke masjid. Shalawat tarqim terdengar jelas dari masjid yang letaknya tidak jauh dari rumah Adi.
Adi telah tiba di masjid, bertepatan saat adzan maghrib dikumandangkan. Hati Adi selalu merasa sejuk dan tenang saat ada adzan berkumandang.
Adi membenahi pecinya dan masuk ke dalam masjid.
🍁🍁🍁
Langit malam terlihat cerah, sang rembulan bersinar terang, sang bintang pun tidak mau kalah indah. Ratusan, ribuan, jutaan, milyaran bintang menghiasi langit malam hari ini.
Anna menatap langit dengan perasaan kagum. Angin sepoi-sepoi berhembus perlahan, menerpa wajah gadis yang tengah duduk manis di jendela rumahnya.Bintang berkelap-kelip, suara jangkrik dari sawah di dekat rumahnya meramaikan suasana malam. Indah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah In Love
SpiritualAnna Muslimah. Gadis cantik yang merupakan hafidzah dan dikenal dengan perilakunya yang sopan dan santun. Dia tumbuh di lingkungan keluarga yang mampu. Adrian Hafidz Mauza. Laki-laki yang juga merupakan seorang hafidz dan tumbuh di lingkungan kelua...