"Kami gak bakal nge-bully kalian. Kami cuma mau tanya-tanya sedikit. Apa boleh ?" ucap Nancy. Anna dan Moza mengangguk.
"Aku mau tanya-tanya soal Adi." Mendengar nama Adi, wajah Anna menjadi tegang.
"Aku dengar kamu dan Adi adalah teman dekat, benarkah itu ?" Anna mengangguk.
"Apakah Adi seorang penghafal Al Quran ?" Anna mengangguk.
"Apakah kamu menyukai Adi ?" Mata Anna membesar, denyut jantung Anna berdetak semakin cepat.
"Pertanyaan macam apa itu ?"
"Anna, aku cuma bertanya. Kamu tinggal menjawab ya atau tidak."
"Aku tidak ada perasaan apapun kepada Adi," jawab Anna.
"Hmm... Anna, apakah kamu bisa membuatku dekat dengan Adi ?"
Sekali lagi, Anna telah dilontari pertanyaan yang menurutnya tak masuk akal. Anna bingung harus menjawab apa. Moza juga terheran-heran dengan pertanyaan yang diajukan oleh Nancy.
"Nancy, apa kamu menyukai Adi ?"
"Iya. Memangnya kenapa ?"
"Tidak apa-apa. Tapi aku tidak bisa melakukan itu. Jika kamu memang menyukai Adi, kamu bisa, kan, berkata terus terang padanya ?"
"Huuh... Anna !!" ucap Nancy dengan kesal. Nancy mengajak kedua temannya pergi karena merasa dikecewakn oleh jawaban Anna.
Nancy cs sudah pergi. Kini hanya ada Anna dan Moza. Anna mengajak Moza untuk kembali ke kelas. Moza mengangguk dan mereka pergi ke kelas bersama - sama tanpa ada beban di pikiran mereka.
🍁🍁🍁
Tiga hari telah berlalu. Adi telah kembali ke sekolah setelah lama sakit. Anna dan Moza duduk di bangku mereka sambil mendengarkan penjelasan bu Diah.
"Anak-anak, sekarang kalian sudah paham tentang hukum newton ?" tanya bu Diah. Semua siswa mengangguk mantap.
"Baiklah anak-anak. Ini sudah dua minggu sejak kalian masuk di kelas ini. Sesuai kesepakatan kita saat hari pertama, setiap dua minggu ibu akan rolling tempat duduk kalian. Ibu ingin kalian duduk berpasangan. Jumlah laki-laki dan perempuan dikelas ini seimbang jadi ibu akan memasangkan kalian," ucap bu Diah "Dina dengan Rosan, di bangku ini." Bu Diah mulai me-rolling tempat duduk para siswa.
"Anna dengan Adi di bangku ini." Anna nampak terkejut, dia duduk sebangku dengan Adi.
Dengan langkah bimbang, Anna menggendong tasnya dan pergi ke bangku yang telah di tentukan oleh bu Diah.
"Yang perempuan duduk di sebelah kiri dan yang laki-laki duduk di sebelah kanan," perintah bu Diah.
Anna langsung duduk di kursi sebelah kiri dan memasukkan beberapa buku ke dalam laci.
Kini, Anna dan Moza duduk berjauhan. Anna di bagian tengah sedangkan Moza ada di bagian pojok belakang.
"A...Anna," ucap Adi lirih, penuh keraguan, bimbang.
"Ada apa ?" tanya Anna.
"Aku berharap kamu nyaman duduk bersamaku."
"Insya allah, akhi."
"Thanks, ukh."
Bu Diah menulis sesuatu dipapan. PR. Pr yang diberikan hanya 4 soal namun sangat sulit dipecahkan, itu menurut Anna.
Mereka sudah selesai mencatat pr tepat setelah bel istirahat berbunyi. Anna mengeluarkan mushafnya dan membacanya. Adi menatap Anna lekat-lekat. Hatinya bergetar mendengar lantunan ayat suci Al Quran yan keluar dari mulut Anna.
Adi merasa lapar, ia langsung pergi ke kantin dan meninggalkan Anna sendirian di kelas.
"Shadaqallahul adzim," ucap Anna tatkala menyudahi bacaan Al Qurannya. Adi sudah kembali dari kantin.
Adi duduk di bangkunya. Ia membuka tas nya.
"Innalillah ! Buku paket matematikaku tertinggal di rumah. Haduh, bagaimana ini," ujar Adi. "Anna, kamu bawa buku paket matematika ?"
"Iya, aku membawanya. Kamu jangan berpikir kalau aku akan pelit. Mendengar ucapanmu tadi aku langsung berinisiatif untuk berbagi buku paket denganmu. Lagipula, berbagi adalah hal yang baik, kan ?"
"Tapi kita, kan---"
"Bukan muhrim. Ya, aku tahu itu. Tetapi selama kita tidak bersentuhan atau memiliki nafsu yang tidak baik, maka hal ini diperbolehkan."
"Kamu terlalu alim untuk remaja seusiamu, ukh."
"Dan kamu terlalu berbakti kepada orang tuamu, sampai-sampai aku meneteskan air mata dikala aku mengingat baktimu kepada ibumu waktu itu, saat kau menyapu halaman."
"Hmm... Ya,ya,ya, aku ingat. Tapi aku merasa biasa saja dan senang melakukan itu semua."
"Itu karena kamu sangat berbakti kepada orang tuamu, akh. Kau hebat untuk remaja seusiamu, akh."
"Woi !!" ucap Moza sambil menepuk meja.
"Jangan kacangin aku, dong, kawan-kawanku yang alim."
"Haduh, nyamuk datang," gumam Adi.
"What !! Akhi, aku dengar apa yang baru saja kau ucapkan."
"Kok tumben kamu nyebut aku akhi ?"
"Oh, ya, sudah, kalau kamu nggak mau aku panggil akhi maka kamu akan aku panggil aki."
"Eitss... jangan dong."
Anna tertawa. Moza dan Adi menatapnya. Wajah Anna kembali serius.
🍁🍁🍁
Langit merubah warnanya menjadi keemasan. Suasana yang amat indah. Salah satu kebesaran Allah Swt. Anna menatap langit, ia sangat kagum dengan keindahan langit.
Awan-awan yang berjejer rapi bagaikan kawanan burung yang akan bermigrasi ke suatu tempat.
"Adi sedang apa, ya ?" gumam Anna.
Ia langsung mengenakan abaya nya. Kebetulan rumah sedang sepi, hanya ada bi Marni yang berjaga di rumah. Perempuan berusia sekitar 50 tahun itu nampak sedang memasak di dapur untuk makan malam. Anna menghampiri bi Marni.
"Bi, Anna pergi dulu, ya. Ke rumahnya si Adi, tetangga baru."
"Iya, tapi hati-hati, ya, non."
Anna langsung pergi keluar dan berjalan menuju rumah Adi. Deretan bunga berwarna-warni di jalanan kompleks mempercantik suasana di perumahan.
Anna telah sampai di rumah Adi. Rumah minimalis berwarna putih tulang dengan halaman yang luas. Anna tidak melihat Adi. Kemana dia pergi ?
Tak berselang lama, pintu rumah terbuka. Adi muncul dari dalam dan membawa ibunya yang... Pingsan !
"Ya Allah ada apa dengan ibunya Adi ?" gumam Anna.
"ADI ! Ibumu kenapa ?"
"Entahlah, Anna. Tiba-tiba saja ibu pingsan dan tubuhnya panas. Kami harus membawanya ke rumah sakit."
"Adi, aku akan mengantarmu dan ibumu ke rumah sakit. Di rumah masih ada mobil yang tidak dipakai. Kita bisa menggunakan mobil itu untuk membawa ibumu ke rumah sakit."
"Apa orang tuamu tidak keberatan ?"
"Tentu saja tidak. Kau tunggu disini, aku akan segera mengeluarkan mobil dan menyuruh sopirku untuk mengendarainya."
Anna berlari sekuat tenaga. Adi menopang tubuh ibunya yang lemas sambil menunggu Anna. Paman Muslih, pamannya Adi yang kebetulan ada di rumah menyodorkan segelas air untuk Adi. Namun Adi menolak.
"Umi, Abi, ibunya Adi sakit, kita harus membawanya ke rumah sakit," teriak Anna. Abinya menghampiri Anna.
"Sopir sedang tidak ada, abi saja yang mengantarnya. Kau tetap disini, tunggu ya, nak, abi akan mengeluarkan mobil." Abinya langsung mengambil kunci mobil dan mengeluarkan mobil.
Umi datang dan mendekap Anna agar ia merasa tenang.
Author come back. Keep vomment yakk....😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Muslimah In Love
SpiritualAnna Muslimah. Gadis cantik yang merupakan hafidzah dan dikenal dengan perilakunya yang sopan dan santun. Dia tumbuh di lingkungan keluarga yang mampu. Adrian Hafidz Mauza. Laki-laki yang juga merupakan seorang hafidz dan tumbuh di lingkungan kelua...