3. Bear's mother will leave their children.

37 2 2
                                    

Dihadapan kami sekarang tampak desa yang seakan telah mati. Desa ini sama sekali tidak tampak baru ditinggalkan beberapa jam yang lalu. Rumah banyak yang hancur, kebun-kebun rusak dan suasananya begitu lengang. Tidak tampak ada manusia ataupun bangsa Moc yang terlihat. Aku dan Felix segera memacu kuda kami ke arah rumah tempat tinggalku, diikuti Pasukan B yang tidak ingin Kaptennya berada dalam bahaya.

"Val, jangan gegabah, bisa saja ada bangsa Moc yang bersembunyi di dalam rumah," ucap Felix memperingatiku.

"Aku mengerti," jawabku singkat. Sebenarnya tadinya aku ingin langsung masuk ke dalam rumah, tapi setelah mendengar kata-kata Felix aku tahu ini bukan waktu yang pantas untuk gegabah.

"Valkiya, kamu tetap disini bersama pasukan yang lainnya. Akan merepotkan bila ternyata ada bangsa Moc di dalam," perintahku kepada adikku.

"Baik," balasnya singkat yang membuatku dan Felix menganggukan kepala tanda bersiap masuk ke dalam rumah.

Aku dan Felix berhati-hati menyelinap masuk ke dalam rumah, atau begitulah namanya walau tempat ini sudah tidak seaman bagaimana rumah seharusnya. Tempat ini makin tidak layak disebut rumah setelah kami naik ke lantai dua. Situasinya acak-acakan. Banyak barang pecah berserakan, tembok kayu hancur dan isi lemari tampak habis dimuntahkan secara paksa. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di lantai 2 yang biasanya menjadi pusat keributanku dan Valkiya di dalam rumah.

"Felix, mungkin mereka ada di ruang pertanian di bawah tanah," ucapku kepada Felix lalu melangkahkan kakiku menuruni anak tangga kembali ke lantai satu.

Aku dan Felix kemudian bergerak ke arah ruang bawah tanah, tempat dimana ayah dan ibu biasanya menghabiskan waktunya di waktu malam. Entah itu sebagai tempat meneliti tanaman atau menghitung hasil panen, pokoknya hal yang dilakukan di dalam sana adalah hal yang membosankan tentang pertanian, jadi aku sama sekali tidak pernah ada niat masuk kesana walaupun tahu dimana tempat kuncinya berada.

Tapi seandainya aku masuk ke ruangan ini sebelum bangsa Moc menyerang desa, aku pasti sudah menghabiskan seluruh waktuku disana.

Pasalnya, ruangan ini tidak seperti bagaimana ruangan pertanian seharusnya. Maksudku apa fungsi peta dunia yang terletak di meja, buku-buku sejarah peradaban dunia dan adanya buku jurnal penelitian peradaban tersembunyi yang ditulis oleh ayah dan ibuku sendiri?

"Val, apa kau tahu apa yang dilakukan orang tuamu disini?" tanya Felix setelah melihat ruangan yang berbeda dari yang seharusnya.

Aku hanya menggeleng, ini benar-benar di luar apa yang aku kira selama ini. Ruangan pertanian ini lebih mirip museum arkeologi kuno. Oi oi, ini sama sekali bukan ruangan pertanian. Tidak ada satupun cangkul yang terlihat di tempat ini. Aku berusaha meresapi tempat apa sebenarnya ruangan ini.

"Val, jangan lupa tujuan kita kesini, seperti yang kau lihat orang tuamu tidak ada disini." Felix mengingatkanku. Perkataannya sukses membuat detak jantungku yang tadinya melambat kembali menjadi secepat langkah kuda.

"Atau mungkin di ruangan ini ada catatan yang ditinggalkan orang tuamu. Tidak ada salahnya kita memeriksa," ucap Felix.

Kami pun mencari-cari petunjuk ke semua sudut ruangan itu, sampai akhirnya aku menemukan catatan yang dibuat oleh ayahku.

"Untuk Valdora dan Valkiya.

Ayah tahu cepat atau lambat kalian akan menemukan surat ini, dan kemungkinan saat itu ayah dan ibu sudah tidak ada di rumah ini. Oleh karena itu ayah ingin kalian memakai dan menjaga kalung yang berada di dalam kotak hitam ini. Temukan orang bernama Glomario de Gram, dan tunjukan kalung ini kepadanya, dia akan membantumu untuk langkah selanjutnya.

Maafkan kami kalau kami harus meninggalkan kalian. Walaupun nanti kalian akan diberi tahu hal yang mengejutkan oleh Gram, percayalah kami menyayangi kalian berdua."

Ayahmu,
T. Eluxians R. "

Ayah tahu hal ini akan terjadi, tapi ia tak mengatakan kemana ia harus pergi. Apakah ia benar-benar pergi atau tertangkap oleh bangsa Moc juga tidak ada jaminannya. Tapi yang manapun jawabannya tetap saja kami harus terpisah. Terpisah dalam waktu yang tak tahu sampai kapan lamanya.

Tanpa sadar aku meneteskan air mata. Walaupun itu sedikit tetapi tetap saja itu air mata.

"Val, kau tak apa-apa?" pertanyaan Felix menyadarkanku dari kesedihanku.

"Aku tidak apa. Kita tak perlu mencari mereka lagi di rumah ini. Kemungkinan mereka sudah meninggalkan rumah ini," jawabku datar kepada Felix sembari menghapus air mataku.

"Darimana kau tau?"

"Aku menemukan surat yang sepertinya sudah lama dipersiapkan ayahku. Tapi aku sendiri tidak yakin apakah mereka berhasil melarikan diri atau tidak. Tapi yang jelas tidak ada gunanya lagi mencarinya disini," jawabku yang masih dengan nada datar sembari menyerahkan surat itu kepada Felix.

Ketika Felix sudah mengambil surat itu, aku segera mengambil kotak hitam yang berada di laci bersama surat tadi dan menaruhnya di dalam tasku.

"Glomario de Gram? Bukannya itu kepala Akademi Guiltrania?" kata Felix yang membuatku otomatis melihat kearahnya.

"Kau tahu orang itu?" tanyaku merubah nada bicaraku yang tadinya datar menjadi ingin tahu.

"Tentu saja, beliau adalah kepala Akademi di Guiltrania. Tapi kenapa ayahmu bisa mengenal orang seberpengaruh ini?"

Felix menjawab sambil kebingungan. Pasalnya ayahku adalah seorang "petani" yang berada di desa pinggiran, tentu aneh bila ayahku sampai mengenal orang besar seperti Kepala Akademi Guiltrania. Mungkin ini ada hubungannya dengan fungsi sebenarnya ruangan ini.

"Bisa kau membantuku menemui orang itu?" tanyaku lagi pada Felix.

"Aku tidak berani memastikan, tapi sepertinya bisa mengingat aku lulusan yang berhasil melewati Roxenjaw tahun ini," jawabnya yang entah mengapa terasa sedikit menyombongkan diri.

"Baik, aku minta bantuanmu, Kapten Felix!" kataku sok-sok menghormati temanku ini.

"Sudah kubilang jangan memanggilku begitu!" pekiknya kesal.

"Kalau begitu Tuan Felix?" tanyaku menggodanya

"Panggil aku Felix, Val!" jawabnya makin kesal yang membuatku tertawa dan melupakan kesedihanku.

Kami pun segera keluar dari ruang bawah tanah itu, tepat setelah aku mengambil jurnal dan sebuah buku kuno yang tampaknya menarik untuk dibaca. Tapi setelah kami sampai di ruang tengah, kami baru sadar kalau kami sudah terlalu lama berada di dalam sana. Sampai-sampai salah satu anggota pasukan Figtacor masuk membawa kabar yang tidak menyenangkan.

The Tale of Valdora & Valkiya : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang