"Apa? semahal itu?! Dilihat dari manapun pakaian ini seharusnya seharga 50 koin!"
"Tidak bisa nona, kualitas kainnya sangat bagus. Kau tak bisa menemukan barang mahal seperti ini dengan harga yang rendah seperti itu."
"Kau tak bisa membohongiku, pak. Aku tahu kain ini kualitasnya paling standar di negeri asalnya. Seharusnya pakaian ini hanya berharga 50 koin, dan sekarang kau menjualnya 60 koin? Apa kau begitu serakah ingin mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat?"
Sekarang kami, maksudku Valkiya, sedang beradu argumen dengan pedagang di depan kami. Valkiya sangat kukuh menawar harga pakaian yang dijual pedagang itu dan si pedagang tetap ingin mempertahankan harga yang telah ia tetapkan. Perdebatan ini berlangsung sengit dan mengundang perhatian orang sekitar.
Baik, pasti kalian tidak mengerti kenapa kami bisa menghadapi hal seperti ini. Mari kita putar sedikit waktunya.
***
Beberapa jam yang laluJam masih menunjukan pukul 1 siang. Aku dan adikku baru saja selesai menyantap makanan Cafetaria yang sangat enak itu, dan sekarang kami hendak mengelilingi kota untuk membeli perlengkapan hidup kami selama berada di Life Dome.
Berbekal Peta yang diberikan Kak Layla, pelayan di Cafetaria tadi, kami mengelilingi kota layaknya kami mengelilingi hutan di desa biasanya.
"Baik Valkiya, kau membawa uang yang cukup kan untuk keperluan kita berdua?" tanyaku kepada Valkiya memastikan.
"Tentu. Aku membawa uang sebanyak 500 Koin Alta, 300 koin untuk keperluanku dan 200 koin untuk keperluan kakak," jawabnya dengan polos.
"Tunggu, kenapa jatahku lebih sedikit dari jatahmu?!" aku berteriak keheranan.
"Perlukah aku menjelaskan ini kepada kakak? Hahhh, coba sekarang kakak pikirkan. Kalau aku tak mengorbankan diri untuk memancing bangsa Moc dan menagih uang terima kasih dari warga, apakah uang ini akan ada sekarang? Berterimakasihlah karena aku berbaik hati memberikan kakak uang di saat aku sedang krisis," balasnya.
"Tapi aku mengorbankan diriku juga ketika memancing bangsa Moc dan menyelamatkan warga desa!" interupsiku dengan harapan nilai uangku akan bertambah.
"Aku sudah menghitung hal itu, makanya aku memberikan kakak bagian," jawabnya.
"Selain itu anggap saja 20% kelebihan bagianku sebagai bayaran rasa maluku di depan warga desa," tambah Valkiya yang sukses membuatku berhenti mengusik masalah uang tadi.
Aku tidak menyangka kalau Valkiya sadar perkataannya di depan warga desa tadi pagi agak memalukan. Aku baru tahu adikku sudah memikirkan segala cara untuk mendapatkan uang demi kehidupan kami. Dan sekarang dengan bodohnya aku malah mempermasalahkan bagianku. Bodoh! Apa benar aku adalah kakak dari wanita muda yang kuat di depanku ini? Apakah aku bisa melindunginya sedangkan diriku sendiri saja tidak dapat berbohong menyadari betapa lemahnya diriku?
Mataku tiba-tiba terasa sembab. Dan lagi, mataku mengeluarkan air mata ketika melihat Valkiya berjalan ke depan menjauh dari tempatku.
Benar. Bagaimana jika Valkiya meninggalkanku? Bagaimana jika aku kehilangan Valkiya? Bagaimana kalau aku ditinggalkan sendiri oleh keluargaku? Bagaimana jika mereka meninggalkanku seperti bagaimana Valkiya berjalan menjauh dari hadapanku?
Aku melamun. Aku terdiam menyadari betapa tidak bergunanya diriku. Aku mematung cukup lama, hingga lamunanku buyar ketika tubuh dan mata biru Valkiya berbalik menatapku. Tatapannya seolah khawatir melihat air mataku. Rambut putih peraknya yang terurai ditiup angin tampak indah ketika berkelip memantulkan sinar matahari. Kakinya kembali bergerak kearahku dan tangannya berusaha menyeka air mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Valdora & Valkiya : Origin
FantasyAku ingin melindungi adikku. Aku menyayanginya lebih dari siapapun. Aku tak akan membiarkan seorang pun membuatku terpisah darinya. Siscon? Entah. Apa itu kata yang tepat untuk kakak yang ingin melindungi adiknya dari bangsa yang sudah meneror manu...