7. When you meet a man with a humble reaction, it's your father's friend.

38 3 3
                                    

Tepat jam 9 pagi. Aku dan Valkiya dijemput Felix menggunakan kereta kuda. Memang seperti inilah sifat Felix, selalu tepat waktu. Aku dan Valkiya yang baru saja keluar dari Life Dome langsung menaiki kereta kuda itu.

"Apa kalian tidur nyenyak?" tanya Felix basa-basi seiring dengan kereta yang mulai bergerak.

"Aku sama sekali tidak bisa tidur. Bukan karena Valkiya mengigau seperti biasanya, tapi-"

"Tunggu dulu! Apa yang kakak maksud mengigau seperti biasanya?!" tanya Valkiya sedikit berteriak memotong kalimatku.

"Tentang mengigau? Oh, setiap malam kau mengigau hal-hal aneh. Seperti ingin kue cokelat, menyentuh bulu kelinci, berbelanja saat diskon dan lain-lain," jawabku polos.

"Apa aku perrnah me-mengigau te- tentang orang yang a- aku su- suka?" tanya Valkiya dengan terbata-bata.

Heee, ternyata adikku punya orang yang Ia sukai ya? Hatiku jadi terasa hancur mendengarnya, hmmm.

"Sayangnya tidak, walaupun aku ingin tahu orang seperti apa yang disukai adik imutku ini," jawabku tanpa menyaring perkataanku.

"I- imut?" tatapnya kearahku dengan wajah sedikit memerah.

Sial! Aku menabur gula di di parfait-ku! Apa yang harus aku katakan sekarang?!

"Cukup pembicaraan adik-kakak yang menggebu-gebu ini. Bukannya kalian terlalu santai sebelum mengetahui makna surat yang ditinggalkan ayah kalian?" potong Felix yang seketika merubah suasana.

Wajahku berubah serius. Tidak terkecuali Valkiya. Ini karena kemarin malam aku memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Valkiya. Aku rasa cepat atau lambat dia akan tahu kebenarannya. Awalnya aku mengira dia akan sedih, tapi ternyata dia lebih kuat dari yang kuduga.

Kami terdiam sangat lama. Selama kereta kuda itu membawa kami. Hingga Felix membuka pembicaraan.

"Sesaat lagi kalian akan sampai di Akademi Guiltrania. Jagalah sifat kalian dan jangan terlalu terlihat seperti orang desa," ucap Felix.

Jangan terlalu terlihat seperti orang desa? Kau ingin berkata kami kampungan? Apa kau tak melihat pakaian yang sekarang kami pakai? Kami bahkan lebih mirip bangsawan dari orang desa. Pikirku kesal.

Lamunanku tiba-tiba lenyap ketika kami tiba di Akademi Guiltrania.

"Besarnya!" ucapku dengan mata bersinar melihat bangunan Akademi yang besar itu. Daripada disebut Akademi, tempat itu lebih mirip sebuah istana. Benar-benar besar!

"Itulah yang aku maksud kampungan, Val," ucap Felix yang langsung membuatku malu dan langsung duduk kembali, seperti apa yang Valkiya lakukan. Sial, kenapa Valkiya tidak bereaksi dengan bangunan itu. Atau apakah ia takut dengan hal yang akan dibicarakan Tuan Gram?

"Valkiya, apa kau takut?" ucapku yang disambut tatapan Valkiya.

"Sedikit... Ah, tidak. Malah aku takut sekali dengan apa yang akan dikatakan Tuan Gram nanti. Aku takut hal yang akan dikatakan Tuan Gram bisa membuat kakak menjauhiku dan meninggalkan-"

"Valkiya," ucapanku memotong kalimat Valkiya.

"Kita sudah berjanji bukan? Jadi kau tak perlu khawatir dengan hal seperti itu. Apapun yang terjadi kita tidak akan saling meninggalkan, bukan?" ucapku yang membuat Valkiya tertegun.

"Ya!" Valkiya kembali tersenyum.

Aku melihat Felix menggeleng-gelengkan kepala mendengar percakapan kami. Menjadi obat nyamuk antara kakak dan adik ini pasti tidak menyenangkan.

Kereta berhenti untuk pemeriksaan oleh beberapa petugas. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena Felix melambaikan tangannya dari jendela.

Apa Felix begitu terkenal sampai petugas pun memberikan hormat dan mempersilahkan kereta kami masuk?

The Tale of Valdora & Valkiya : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang