10. First of All, we need to be accepted in this life first.

45 2 0
                                    

"Kepalaku terasa mau meledak!!!" teriak laki-laki berambut pirang disampingku.

Tidak aneh Joe mengatakan hal seperti itu, karena tes yang tadi kami lewati benar-benar menguras otak. Mulai dari peran setiap kelas dalam pertarungan, hingga solusi taktik untuk melawan Bangsa Moc dalam berbagai situasi juga ikut menjadi pertanyaannya. Tidak heran banyak peserta yang merasa gagal dalam ujian yang baru sampai di tahap pertama ini.

Tapi untungnya aku tidak harus merasakan hal yang sama dengan mereka.

"Bagaimana kak? Apa kakak bisa menjawab semuanya?" tanya Valkiya menepuk bahuku dari belakang.

"Untungnya bisa, tapi aku sendiri tidak yakin akan benar semua," jawabku seadanya.

"Hahhh... Aku harap kakak tidak lupa akan mentraktirku makan malam jika nilai kakak berada dibawahku," kata Valkiya sambil tersenyum mengejek.

"Apa maksudmu? Aku tidak pernah menyetujui perjanjian itu. Felix yang membuat perjanjiannya, jadi bukan aku yang harus mentraktirmu jika nilaiku lebih rendah darimu!" ucapku tidak setuju dengan apa yang dikatakan Valkiya. Alasanku tidak mau menanggung janji itu bukan karena aku tidak punya uang, tapi karena aku memang tidak pernah membuat perjanjian seperti itu.

"Oh, baiklah! Kalau begitu aku akan pergi dengan Kak Felix saja malam ini!" ucap Valkiya ketus, lalu bergerak begitu saja meninggalkanku.

Aneh. Apa dia marah karena aku menolak memenuhi janji yang tidak pernah aku buat? Felix yang membuat perjanjian itu, jadi Felix lah yang harus mentraktirmu dan mengajakmu makan... malam... berdua...

"Tapi apa benar aku akan membiarkan mereka makan malam berdua?"

Suaraku ikut keluar bersama dengan isi pikiranku. Aku kira itu bukan suatu masalah yang besar karena tidak ada Felix di tempat ini.

Tapi ternyata anggapanku salah besar.

"Sang kakak sepertinya sedang cemburu saudara-saudara! Apakah ia akan membiarkan adiknya makan malam dengan pria lain? Ataukah Ia akan berlapang dada mengakui kesalahan yang tak pernah Ia dibuat? Tontonan yang benar-benar menarik saudara-saudara!" ucap Joe yang seketika membuatku memerah.

"Itu tidak seperti apa yang kau pikirkan!" bantahku kepada Joe.

"Benarkah? Memangnya apa yang aku pikirkan?" goda Joe yang membuatku tak berkutik terhadap pertanyaannya.

Sial! Joe dan Felix tidak ada bedanya! Apakah mereka saudara kandung yang terpisah dan diasuh oleh orang tua yang berbeda? Apakah mereka memilki darah bangsa tersembunyi yang memiliki kemampuan untuk membuat orang salah tingkah?! Kalau iya, terkutuklah kekuatan bangsa kalian itu!

"Sudahlah Valdora, sebaiknya kau penuhi saja permintaan adikmu itu. Jangan sampai kalian bermusuhan hanya karena masalah sepele seperti ini," ucap Joe membujukku.

"Tapi kau sendiri tahu kan kalau bukan aku yang membuat perjanjiannya? Apa menurutmu aku yang salah disini?" bantahku membela diri.

"Bukan begitu sahabatku, ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar. Kadang kau harus mengalah dari seseorang untuk mempertahankan hubungan dengan orang itu. Apakah kau mau adikmu menjauhimu hanya karena hal sepele seperti ini?"

Apa yang dikatakan Joe benar. Sangat bodoh jika membiarkan Valkiya menjauhiku hanya karena masalah sepele seperti ini. Walaupun ini bukan salahku, tapi dibandingkan dengan saling mendiamkan satu sama lain, mengaku salah masih jauh lebih mudah. Iya, aku harus mengalah dari Valkiya. Tapi tunggu, sejak kapan Joe dan aku menjadi sahabat?

"Kau benar Joe, tentunya hal yang bodoh jika kami bertengkar hanya karena perjanjian aneh yang dibuat temanku. Aku akan menemui Valkiya nanti. Untuk sekarang mari kita mengisi perut kita dulu."

The Tale of Valdora & Valkiya : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang