5. There is a check point in every journey.

33 3 1
                                    

"Seperti yang kukatakan tadi Val, aku akan membantumu untuk menemui Kepala Akademi Glomario de Gram," ucap Felix kepadaku yang sedang menunggangi kuda bersama adikku. Aku hanya mengangguk kepada Felix.

Sekarang kami sedang dalam perjalanan menuju pusat kota di Catharania. Sekedar informasi, pusat kota memiliki fasilitas bernama Life Dome yang diperuntukan bagi warga desa yang desanya diserang bangsa Moc. Warga desa akan dievakuasi dan tinggal disana sampai desanya kembali diperbaiki. Dan untuk sementara kami pikir kami akan tinggal disana karena kami tidak memiliki kerabat di kota. Kami tidak mungkin tinggal bersama Felix karena ia sendiri tinggal di barak militer.

"Kak, bagaimana dengan keadaan ayah dan ibu?" Valkiya tiba-tiba menanyakan hal yang seketika membuatku bingung untuk mencari jawaban yang tepat untuknya.

"Saat ini ayah dan ibu baik-baik saja, mereka harus pergi ke suatu tempat yang kakak sendiri tidak tahu kemana."

Aku berbohong. Aku sendiri tidak tahu bagaimana kabar ayah dan ibuku. Benarkah mereka berhasil meloloskan diri atau malah tertangkap Bangsa Moc pun aku tidak tahu kepastiannya. Tapi aku tidak bisa membuat adikku bersedih. Jadi kugunakan saja alasan pertama agar ia sedikit tenang. Walaupun aku tahu itu bukanlah sebuah kebenaran yang mutlak.

"Jadi kita tinggal berdua lagi? Ahhh lagi-lagi mereka meninggalkan kita disaat seperti ini!" Adikku tampak kesal, tapi ini jauh lebih baik daripada melihat Ia bersedih.

***

Akhirnya kami tiba di Life Dome.

"Kami akan kembali ke Barrak, kalian tinggalah disini. Besok pagi aku akan menjemputmu untuk menemui Kepala Akademi Gram," kata Felix kepadaku.

"Terimakasih atas bantuannya."

Aku dan Valkiya menunduk kepada seluruh anggota Figtacorp.

"Gadis kecil, sekarang kamu tahu kan kota seperti apa? Setidaknya berkelilinglah dan beli pakaian. Kau tidak mungkin kan menggunakan pakaian yang sama setiap hari? Ups! Kalau itu kau, itu mungkin saja! Hahahaha!" kata seorang wanita yang tak jelas arah pembicaraannya kepada siapa. Tapi satu hal yang aku tahu, wanita itu arogan sekali.

"Aku bisa berkeliling nanti. Terimakasih atas sarannya. Tapi aku juga sarankan agar kau segera menemui dokter mata, karena darimanapun aku melihat, ukuran danau besar yang kita lewati tadi sangat berbeda dengan ukuran rumahku." Valkiya tiba-tiba menjawab perkataan wanita itu. Aku tahu cara menjawabnya bisa sangat menyakitkan, tapi tidak se-critical ini. Aku juga tak mengerti kenapa Valkiya menjawab perkataan wanita itu dan kenapa anggota Figtacor lain bersorak kegirangan. Apa ada hal yang sudah aku lewatkan?

Wanita itu seakan ingin berkata sesuatu lagi, tapi berhasil dihentikan lebih dulu oleh Felix. Kemudian mereka bersama anggota Figtacor yang lain pergi meninggalkan kami sambil melambai-lambaikan tangan dari kejauhan.

"Valkiy-" aku hendak menanyakan perihal tadi.

"Apa?" jawabnya ketus.

"Tidak jadi."

Aku pun membatalkan pertanyaanku. Aku tahu bicara dengan Valkiya saat moodnya buruk bukanlah hal yang tepat. Itu seperti bermain-main dengan api yang kapan saja siap menjadikanmu abu. Ah... kelinci yang lucu pun bisa berubah menjadi serigala ketika mood mereka buruk.

Kami pun segera masuk lalu mendata diri kami ke dalam Life Dome. Alasannya? Agar kami bisa tinggal sementara di dalamnya.

***

Di dalam Life Dome, kami melihat banyak warga dari desa kami berada disana. Syukurlah mereka selamat.

Kami pun bergerak untuk sekedar menyapa mereka.

The Tale of Valdora & Valkiya : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang