(Glomario de Gram POV)
15 tahun yang lalu, aku, Glomaria de Gram bersama Figtacorp Divisi Khusus yang dipimpin Tescar E. Rust, melakukan ekspedisi ke belahan dunia utara untuk mencari bangsa-bangsa minoritas. Ekspedisi ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk mengajak bangsa minoritas bergabung bersama kami mengalahkan bangsa Moc.
Sekitar 3 bulan kami melakukan pencarian namun tetap saja kami tidak menemukan apapun. Kami hampir menyerah dan memutuskan kembali ke Alturamenia. Tapi Rust, panggilan akrabku kepada pemimpin kami, mengatakan jika kami kembali maka 3 bulan yang sudah terlewati ini tidak akan berarti. Karena itu kami pun bertahan hingga akhirnya kami terkena masalah.
Saat itu hari ke-98, hujan turun dengan derasnya dari pagi hingga siang. Kami yang berteduh di sebuah gua hanya bisa menunggu sampai hujan reda.
Hingga samar-samar kami mendengar suara teriakan wanita. Teriakan itu sangat jelas hingga membuat Rust langsung bergerak keluar dari gua dan menunggangi kuda ke sumber suara.
Kami yang tak ingin pemimpin kami celaka pun mengikutinya. Tidak butuh waktu lama, kami pun sampai di sumber suara dan mendapati seorang wanita yang dikejar belasan bangsa Moc.
Rust langsung melompat dari kuda dan bertarung dengan beberapa bangsa Moc itu. Hanya perlu waktu 5 detik bagi Rust untuk membuat 7 bangsa Moc yang mengejar wanita itu mati tak berdaya.
**
"Hanya 5 detik? Kekuatan ras apa yang dimiliki Tuan Tescar E. Rust itu?" tanya Furams de Felix penuh keheranan.
"Kau pikir manusia murni tidak bisa melakukan itu, Felix? Rust hanya menggunakan kemampuan berpedangnya saja," ucapku yang membuat Furams de Felix dan Valdora tampak terkejut bukan main.
Dasar generasi sekarang, mereka bahkan tidak percaya akan kekuatan ras mereka sendiri. Aku pun menggelengkan kepala dan kembali menyelam ke dalam memori lamaku.
**
Setelah Rust menyelamatkan wanita itu, bukannya berterima kasih terlebih dahulu, wanita itu malah memaksa kami pergi ke desanya untuk menyelamatkan warga desanya yang lain.
Layaknya bagaimana karakter Rust, Ia segera berangkat bersama wanita itu tanpa menanyakan persetujuan kami. Dan mau tidak mau kami harus mengikutinya.
Tidak perlu waktu lama, kami sudah tiba di dekat desa yang disebutkan wanita itu. Tampaknya Rust masih memiliki kepalanya karena tidak menyerang bangsa Moc dengan tergesa-gesa. Kami yang berada di belakangnya pun sudah siap menerima perintah setelah Rust membalikan badannya dan menatap kami.
"Semuanya, kita gunakan taktik dekap dan tusuk. Lakukan seefisien mungkin. Dan jangan sampai kalian mati!" perintah Rust yang kurasa memilih taktik yang brilian melihat jumlah Bangsa Moc yang 2 kali jumlah pasukan kami.
Bersamaan dengan meredanya hujan, kami berpencar dan memulai penyerangan setelah suara burung yang dikeluarkan Rust sebagai tanda untuk kami memulai pergerakan dikumandangkan. Satu persatu Bangsa Moc terbunuh tanpa ada pihak bangsa Moc yang menyadarinya. Hingga akhirnya jumlah Bangsa Moc yang tersisa sama dengan jumlah pasukan kami.
"Rust, taktik dekap dan tusuk tidak bisa digunakan lagi. Posisi target terlalu jauh," ucapku meminta pergantian taktik.
"Taktik ditarik. Semuanya berkumpul! Saatnya menyerang langsung bersama-sama!" perintah Rust.
Kami pun mengikuti perintah Rust dan mengelurakan serangan kejutan. Anggota Figtacorp berlari menyerang Bangsa Moc yang tidak sadar anggotanya berkurang secara tiba-tiba. Sedangkan Rust berusaha mengalihkan perhatian Bangsa Moc yang sedang menyandera warga desa. Aku pikir apa yang dilakukan Rust adalah tindakan gegabah dengan bertarung melawan 20 Bangsa Moc sendirian, jadi aku pun ikut membantu Rust dan berduet dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Valdora & Valkiya : Origin
FantasyAku ingin melindungi adikku. Aku menyayanginya lebih dari siapapun. Aku tak akan membiarkan seorang pun membuatku terpisah darinya. Siscon? Entah. Apa itu kata yang tepat untuk kakak yang ingin melindungi adiknya dari bangsa yang sudah meneror manu...