11. The Second Phase is more harder than The First One.

30 1 0
                                    

Pagi yang cerah di hari kedua ujian masuk Akademi Guiltrania. Namun sayang, pandangan mata yang menatap kami, Aku dan Valkiya, tidak senada dengan cerahnya matahari. Satu-satunya hal yang sama adalah pandangan mereka yang kompak beraura dingin, sedingin angin yang berhembus di Pegunungan Exceletria.

Hal ini bukan karena tanpa alasan, karena kami yang bukan berasal dari keluarga bangsawan, berhasil berada di posisi puncak penerimaan siswa baru Akademi Guiltrania. Pasti harga diri bangsawan muda mereka hancur melihat kenyataan ini. Atau mungkin saja mereka tidak bisa menerima kenyataan ini.

Menurut berita yang kudengar dari Joe (setelah memberinya sedikit pelajaran untuk insiden tadi malam), ada isu-isu yang menyebar menyangkut aku dan Valkiya.

Menurut kalian, isu apa yang muncul jika serigala liar tiba-tiba berada di puncak rantai makanan mengalahkan singa-singa yang diunggulkan? Tidak tahu? Tentu saja tuduhan bila kami melakukan kecurangan.

Tapi ya sudahlah. Entah siapa pun yang menyebarkan isu tentang kami, kami sama sekali tidak peduli. Kami hanya perlu menyelesaikan ujian masuk dan mencapai tujuan kami. Itu jauh lebih penting daripada mengurus anak-anak bangsawan manja yang sedang menatap kami sekarang ini, pikirku.

Hingga sekumpulan anak manja itu kembali membuat masalah.

"Haaaahhh! Bukankah mereka itu dua bersaudara yang mencapai posisi puncak dengan cara curang?" teriak seorang pria tambun dengan sengaja agar kami mendengarnya.

"Benar, menurut isu yang kudengar, mereka pernah bertemu kepala akademi yang sombong itu untuk memuluskan ujian masuk mereka."

"Dasar tidak tahu malu! Anjing kampung, lebih baik kalian kembali ke asalnya!"

Hahhh... Dasar anak-anak manja. Ketika hal yang kalian inginkan didapatkan orang lain, kalian akan merengek dan meng-kambing hitamkan orang lain itu dengan berbagai cara. Apakah benar kalian semua calon siswa Akademi Guiltrania? Memalukan.

Kami melanjutkan langkah kami ke aula utama, tanpa mempedulikan satu patah kata hinaan pun yang keluar dari mulut mereka. Sampai mataku melihat lemparan batu mengarah kearah Valkiya.

"Sringg!"

Batu itu terbelah dan jatuh menjadi dua bersamaan dengan membungkamnya suasana setelah semua orang orang melihatku mengacungkan pedang kepada seorang pria yang mereka dapati sudah terduduk di tanah.

"Jangan pernah kau berani melukai adikku lagi, atau kau rasakan sendiri akibatnya!"

Kalimat bernada marah yang dingin keluar dari mulutku, yang kemudian hanya dibalas dengan anggukan kepala takut dari pria itu sebelum ia melarikan diri dariku.

Aku kemudian menarik kembali pedangku dan mengarahkannya kepada para provokator keributan yang terjadi beberapa detik yang lalu.

"Jika kalian merasa pantas untuk menghinaku dan adikku seperti itu, tantang aku di babak ketiga nanti, kuhabisi kalian satu persatu," kataku dengan marah.

Dan mulai saat itu, isu jika kami berlaku curang untuk lulus ujian, hilang seperti tak pernah ada. Sebagai gantinya, muncul isu baru yang mengatakan kalau kami adalah orang yang menyeramkan dan harus dijauhi. Dan anehnya isu itu terus berkembang hingga diketahui seluruh peserta ujian masuk Akademi Guiltrania. Akibatnya jelas, semua orang enggan berkenalan dan berusaha memasang jarak sejauh mungkin dari kami.

Dasar anak-anak bangsawan, mudah sekali percaya dengan gosip. Aku juga tidak mungkin menjadi semenyeramkan tadi kalau kalian tidak mengganggu kami. Apakah harga diri mereka benar-benar jatuh setelah anggapan bahwa kami telah melakukan kecurangan, yang mereka jadikan sebagai pelarian, hancur berkeping-keping? Kasian sekali.

"Kak, walaupun mereka semenyebalkan itu, kakak tidak boleh membenci mereka," ucap Valkiya yang terus bersamaku setelah munculnya gosip baru itu.

"Aku tahu, tapi sikap mereka sebagai anak-anak bangsawan sangat memalukan. Aku jadi ingin memberi mereka sedikit pelajaran."

"Dan kemudian didiskualifikasi dari ujian masuk ini? Jangan bertindak bodoh, kak."

"Hmm, iya, aku mengerti."

"Kalau begitu aku akan bergabung ke barisan kelasku, tampaknya ujian tahap kedua sebentar lagi akan dimulai. Dan juga aku berniat untuk menghindari sedikit bahaya," ucap Valkiya pergi dengan meninggalkan pertanyaan di kepalaku yang segera aku mengerti setelah satu-satunya suara paling berisik yang kukenal bergema di seluruh aula sedang menantang marabahaya.

"Apa kalian ada masalah denganku, hah?"

Di sumber suara, kulihat Joe sedang dikerubungi pria-pria tambun berwajah seram. Aku mendekat sedikit kearah mereka untuk mendengar apa yang mereka katakan.

"Hei monyet kuning, apa kau benar-benar temannya dua bersaudara itu, hah? Kau sama sekali tidak cocok berada di sekitar mereka, lebih baik kau cari teman main yang lain saja sana! Dasar monyet kuning" ucap salah satu dari mereka.

"Biar saja, apa urusanmu? Aku ingin bergaul dengan siapa saja juga tidak akan berpengaruh untukmu, dasar gorila."

"Apa kau bilang, hah?!"

"Aku bilang "Gorila". Apa perlu aku mengucapkannya lebih keras lagi, hah?"

"Dasar monyet kuning! Kau tidak tahu diuntung!"

Tamat kau Joe. Aku tidak yakin kau bisa selamat jika bermasalah dengan orang-orang seperti mereka. Lihat saja badan mereka, memang mirip gorila seperti apa yang kau katakan tadi. Aku berani menjamin Joe pasti tamat dikeroyok pria-pria itu. Andai posisi Joe ditukar denganku, pasti akan lain lagi ceritanya.

Namun kenyataan yang terjadi pada Joe benar-benar berbeda dengan ekspektasiku. Tidak ada satu pun pukulan yang diberikan oleh orang-orang tambun tadi yang mengenai Joe.

Sepertinya adikku tidak asal bicara, Joe memang kandidat siswa Akademi Guiltrania. Tapi jika terus seperti ini, pastinya kata-kata tadi tidak akan menjadi kenyataan kan? Karena cepat atau lambat Joe bisa terancam didiskualifikasi.

Suasana memanas. Seluruh mata sudah terfokuskan kepada pertarungan itu. Hingga klimaks pertarungan sudah mencapai titiknya.

"Rasakan ini monyet kuning!!!"

"Jangan remehkan aku, gorila!!!"

Mereka berdua bersiap menyerang satu sama lain. Serius, adakah orang yang tertarik menghentikan kebodohan ini?.

"Hentikan! "

Pertarungan tiba-tiba berhenti, bukan karena para pengawas menghentikan mereka, namun karena seorang wanita beramput pirang sedang berdiri diantara mereka.

Tunggu, dia tidak mungkin adiknya Joe, kan?!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Tale of Valdora & Valkiya : OriginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang