Chapter 3 - Hati

129 30 4
                                    

"Zee, cari makan dulu yuk?laper nih" ajak Aldo sambil fokus menyetir mobilnya.

"Boleh"

"Enaknya makan di mana ya? "

"Terserah lo aja"

"Come on Zee, jangan bete gitu dong"

"Gue masih kepikiran Mora. "

"Udahlah kan tadi cuma jokes aja. Ngga usah dipikirin. "

"Tapi kita udah keterlaluan banget Do."

Aldo menepikan mobilnya.

Aldo memposisikan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Zee. Aldo meraih kedua punggung tangan Zee dan mengusapnya pelan untuk mencoba menenangkan Zee yang terlihat sangat khawatir

"Hello my angel, don't worry about it. Mora pasti ngerti dan bakal maafin kita semua. Trust me?" ucap Aldo dengar penuh perhatian.

Zee hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Yaudah kita cari makan di restoran seafood aja ya. Kamu suka seafood kan? " tanya Aldo sambil melepaskan rengkuhan tangannya untuk kembali fokus menyetir mobil.

"Ha? " Zee malah bertanya tanpa dosa. Dan tanpa Zee ketahui bahwa baru saja Aldo menyebutnya dengan kata 'kamu' bukan lo.

"Lo masih doyan seafood kan? " ulang Aldo.

"Iya,Masih kok Do."

Tanpa pernah Zee ketahui bahwa lelaki yang berada di sampingnya dan duduk di kursi kemudi itu sangat menyayanginya. Sangat. Bahkan rasa sayang itu tumbuh semakin besar dan besar. Hari demi hari,Zee semakin membuat jantung Aldo berdebar melebihi ritmenya. Seperti saat ini. Namun Zee tak pernah menyadarinya. Ataukah Zee kurang peka atau bagaimana? Ngga ada yang tau kecuali Zee sendiri. Rasanya berada diposisi Aldo adalah posisi yang tidak pewe bahkan Aldo berada di posisi yang serba salah.

Sebenarnya Aldo ingin sekali mengungkapkan perasaannnya namun ia tak berdaya. Ia tak mau merusak hubungan yang statusnya sahabat meski Aldo sangat mencintainya.

Lagi-lagi seperti itu. Satu gadis dan satu pria yang bersahabat dan salah satu diantara mereka menyimpan rasa yang lebih,tanpa pernah bisa mengungkapkannya. Hanya bisa memendam rasa. Itu sangat menyakitkan. Namun memendam rasa dalam artian untuk menjaga. Itu yang lebih indah.

Terjebak friendzone namanya.
Sulit untuk mengungkapkan, namun tak rela untuk melepaskan.
Sakit untuk mencintai, namun tak mampu melukai.

Karena jika Aldo mengungkapkan perasaan yang sebenarnya Aldo hindari,itu akan menyakiti gadisnya. Gadis yang sangat ia cintai.

"Zee bangun, Zee kita udah nyampe rumah. " Aldo menepuk pelan pipi merah merona milik Zee.

"Hoamssss"

Zee membuka matanya.

"Ayo kita makan Do"

"Makan apa? Kita udah nyampe rumah lo. "

"Ha? Jadi kita ngga jadi makan? " tanya Zee kaget bukan main.

"Engga, soalnya kam- lo tidurnya pulas banget. Ngga tega gue banguninnya. "

"Ya Allah, sorry ya Do. Gara-gara gue lo ngga jadi makan. "

"Santai aja"

"Aha!Gue punya ide.Mendingan lo makan di rumah gue aja. Ayok" Zee menarik tangan Aldo memasuki rumah yang bisa dikatakan cukup besar itu.

Mereka berdua memasuki rumah.

"Zee pulang Ma" Zee langsung mencium pipi mamanya.

"Kamu udah pulang sayang? Eh ini, kamu bawa siapa? Kok mama belum pernah liat."

"Kenalin Ma ini Al-" belum sempat Zee meneruskan kalimatnya sudah dipotong terlebih dahulu.

"Saya Aldo tante, Aldo Zamorta Alfatih. Temennya Zee. " Aldo mencium pungung tangan mama Zee.

"Ooo Nak Aldo"

"Kalian habis dari mana? Jalan- jalan?"

"Engga, sebenernya tadi mau makan soalnya Aldo laper. Tapi Zee ketiduran di mobil ehh Aldo ngga mau bangunin, katanya ngga tega bangunin Zee, jadi makan-makannya batal. Makanya sekarang Zee bawa Aldo ke sini supaya kita bisa makan malam sama-sama. " cerocos Zee.

"Aduhh maafin Zee ya Nak Aldo, kelakuannya emang suka kayak gitu. "

"Iya tante, ngga masalah kok. "

"Jadi ada yang bawa pacarnya ke rumah tapi ngga dikenalin ke Papa nih? " Ucap lelaki paruh baya menghampiri Dona, Zee dan Aldo.

"Pa- Pa"

"Ya ampun Papa" Zee berlari menghambur ke pelukan Papanya.

"Papa kapan pulangnya? Kok ngga bilang-bilang Zee. " Zee mengeratkan pelukannya karena ia sangat rindu kepada Papanya.

"Tadi ba'da Ashar" jawab Mama.

"Mama juga nyebelin kan. Papa pulang ngga bilang ke Zee. "

"Udah Zee udahlah yang penting kan Papa udah pulang. " ucap Papa Zee menenangkan. Zee hanya mengangguk.

"Kenalin ke Papa dong pacarnya, kamu pintar cari cowok. Dulu waktu Papa masih muda. Gantengnya papa lebih dari pacar kamu. Ya kan Ma? "

Semua orang tertawa termasuk Aldo.

"Dia Aldo Pa, temen sekelas Zee. "

"Temen atau temen? "

"Apaansih papa rese banget deh"

"Iya Om, kenalin saya Aldo. Aldo Zamorta Alfatih. Temen sekelasnya Zee. " Aldo memperkenalkan diri.

"Salam kenal Nak Aldo. Ayo silakan duduk"

"Mari Om" balas Aldo lalu ia duduk di sofa yang empuk.

"Zee kamu bantuin Mama siapin makan malam ya, Aldo biar ngobrol sama Papa. "

"Iya Ma" jawab Zee.

"Tante tinggal kebelakang ya Nak Aldo."

"Iya Tan"

"Oiya Do, jangan ketularan recehnya Papa gue. Soalnya Papa gue tuh receh banget. " Zee berucap dan dibalas oleh gelak tawa orang yang ada di sana.

Malam itu adalah malam dimana Zee merasakan keluarga yang seutuhnya. Ada Papa, ada Mama, Ada Aldo yang sudah Zee anggap sebagai kakaknya sendiri. Canda tawa mengiringi acara makan malam itu.

A/N : Hallo! Thanks buat kalian yang mau baca cerita gaje gue ini.
Oiya gue cuma pengen kasih tau kalo cerita ini belum sampe konflik,ini baru orientasi aja.
Jadi jangan bosen-bosen buat baca ya.
Jangan lupa VOMMENT juga

My DisillusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang