Chapter 4 - Rindu

106 27 3
                                    

Kata orang, rindu itu indah. Ya, rindu memang indah. Apalagi kalo kita merindukan orang yang paling kita sayangi. Rindu itu jadi lebih bermakna.

Berbeda jika kita merindukan seseorang yang belum tentu merindukan kita. Hal itu menjadikan rindu kita sia-sia. Merindukan seseorang ,yang orang itu sendiri tidak tau apabila kita sedang merindukannya. Itu tambah menyakitkan.

Rindu juga menyimpan makna di dalam satu rasa yang dinamakan rindu dicintai. Itu cocok untuk mereka yang telah lama tidak pernah dicintai maupun mencintai. Entah itu rindu dicintai orang tua? Pacar? Bahkan teman?

Dicintai atau mencintai dalam konteks saling sayang. Saling sayang dalam konteks saling percaya. Dan saling percaya dalam konteks saling melengkapi atau saling menerima satu sama lain.

Aldo sudah pulang ke rumahnya. Jadi di rumah Zee hanya ada Papa, Mama dan Zee sendiri. Satu keluarga yang telah lama tidak berkumpul bersama malam ini berkumpul di ruang keluarga.

"Papa bener-bener jahat sama Zee" protes Zee kepada Papanya.

"Jahatan mana sama anak yang ngga mau angkat telfon Papanya" sindir papanya.

"Lagian Papa kerja mulu, pindah sana, pindah sini. Emang Papa ngga capek. Zee aja liatnya capek. Dan asal Papa tau ya, Zee ngga angkat telfon dari Papa karena ada alasanya. " bela Zee tak mau kalah.

"Tetep aja, kamu mau jadi anak durhaka sama orang tua? "

"Pa" Mama mencoba menenangkan Papa sambil mengelus punggung suaminya itu.

"Zee mau buat pembelaan. Yang pertama Zee bukan anak yang durhaka karena setiap habis sholat Zee selalu doain Mama sama Papa. Yang kedua, Zee mau minta maaf dulu sama Papa, Zee tau kalo Zee salah.
Yang ketiga, Zee ngga angkat telfon Papa karena kalo Zee denger suara Papa, Zee tambah kangen sama Papa. Oke, Zee emang kekanak-kanakan tapi tolong Ma Pa maafin Zee ya? "

"Iya sayang, lagian Papa tadi cuma bercanda. Papa udah tau semua itu dari Mama. " balas Papa.

"Jokes nya garing tau nggak. Hahahaha"

"Garing kok situ ketawa? "

Zee langsung berhenti tertawa.

Begitulah Papa Zee yang punya selera humor. Itu adalah salah satu hal yang sangat Zee dan mamanya rindukan. Zee sangat menyayangi Papanya begitupun Mamanya.

------- ❤❤❤ -------

Kamar bernuansa abu-abu itu adalah kamar milik Zeekania Mayriska Ashley. Kamar yang cukup elegan dan menarik. Dengan ranjang yang berukuran besar. Almari kaca yang tertata rapi. Nakas yang berada di samping ranjang. Hiasan lampu tumblr light yang menghiasi sudut kamarnya. Dengan foto-foto yang dicetak dan disusun rapi di dinding menambah kesan cantik seperti pemiliknya.Udara sejuk menyelimuti kamar dara berusia 17 tahun itu.

Zee mengambil ponselnya dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia jadi teringat tentang kejadian tadi siang di sekolah.Tentang Mora yang bisa dibilang dibully oleh sahabatnya sendiri. Miris memang.

Morace Amilka

Dialing call... 📱

"Angkat dong Ra, please."

Zee mencoba beberapa kali. Namun hasilnya nihil. Zee sudah pasrah. Ia akan mencobanya besok saat di sekolah.

Ia lebih memilih melupakan kejadian itu untuk sementara. Dan ia membuka instagramnya. Sudah lama sekali Zee tidak membukanya.

Direct Message (243)

"Masyaallah banyak banget. " Zee kaget saat ia melihat dm yang belum terbaca. Maklum lah anak hitz maskin alias masa kini.

"Males ah bacanya. "

"Mending dengerin lagu. " dia mengambil earphone dan mulai mendengarkan musik.

Tak selang beberapa menit Zee sudah jingkrak- jingkrak ngga karuan di kamarnya. Nyanyi- nyanyi ngga jelas. Dasar cewek fangirl.

"Asikin aja"

Mungkin musik adalah suatu hal yang bisa membuat Zee senang.Musik seperti mengalir dalam tubuhnya sehingga menjadi satu kesatuan. Menjadi satu hal yang tidak bisa terelakkan. Apalagi musik mampu menghipnotis hati, berbagai macam hati.

Musik terdiri dari melodi, melodi yang sangat indah. Hingga mamp menggetarkan jiwa orang yang mendengarnya. Musik juga yang paling jago memahami suasana hati seseorang. Entah saat sedih, senang, galau, kecewa dan masih banyak lagi.

------- ❤❤❤ -------

Keesokan harinya, Zee berangkat sekolah diantar oleh Papanya. Zee sengaja meminta Papanya untuk mengantarkan ke sekolah karena ini adalah moment langka mengingat jadwal Papa yang sangat padat. Bahkan menurut Zee jadwal Papanya lebih padat dari jadwal artis sekalipun.

Zee berjalan melewati koridor dan masuk ke dalam kelasnya yaitu kelas XI IPA 1. Zee memang masuk jurusan MIPA atau lebih dikenal dengan IPA. Namun ia sepertinya salah masuk jurusan, karena apa? Karena nilai Matematika, Kimia dan Fisika tidak pernah beres. Bahkan jika ulangan harian atau ulangan akhirpun ia sering ikut remed mapel itu.Sering sih? Tapi ngga banget-banget kok. Zee ngga habis fikir, bener-bener ngga habis fikir kenapa ia bisa masuk IPA ya? Mungkin karena Zee bejo. Eh engga deng, emang sebenarnya ia adalah anak yang pandai cuma malas aja jadi kepandaiannya tertutup.

Zee mencari keberadaan Mora.

"Lo liat Mora ngga? " yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo ngeliat Mora ngga? "

"Engga"

"Lo liat Mora ngga? "

Sekali lagi yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Lo ke mana sih Ra? " Zee bingung harus mencari Mora ke mana. Telfonnya juga ngga diangkat.

"Ahaa gue tau, kayaknya gue harus ke rumahnya. " putus Zee akhirnya.

------- ❤❤❤ -------

Ting Tong Ting Tong

Pintu rumahpun terbuka dan menampilkan Bi Sumi, pembantu di rumah Mora.

"Non Zee? Silakan masuk non? Mau cari Non Mora ya? " tanya Bi Sumi.

"Iya Bi, Moranya ada? "

"Oh ada ada Non, Non Mora ada di kamarnya. Mau saya panggilin? "

"Ngga usah Bi, biar Zee aja yang ke atas. "

Zee pun menaiki tangga dan menuju kamar yang pintunya bertuliskan Morace Amilka. Tanpa ba bi bu Zee membuka pintu kamar Mora dan...

"Astagfirullah Mora? Apa yang lo lakuin...

A/N : Hi guys! Jangan Lupa VOMMENT. Ulfi cuma mau bilang kalo setelah chapter 4 ini,masalah mulai bermunculan. So, jangan bosen buat baca ya. Ayo semangat! Happy reading.

My DisillusionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang