0+7˚F

63 16 8
                                    

"Gak usah sok cinta-cintaan kalo cinta cuma buat  cari ketenaran."

***



07:: Changed With The Special Intent

Delona berjalan menuju ruang kelasnya sambil menggerutu. Entahlah apa yang membuatnya kesal bukan main seperti ini.

Ia menggelengkan kepalanya pelan. Pikirannya tidak bisa fokus. Sejak kepindahannya ke Jakarta ini, kepalanya sering terasa pusing bak ditimpa beton. Bayang-bayang kabur menghantuinya seraya kepalanya yang semakin pusing. Delona sering merasa déjà vu.

Melihat Kathy yang bergelayut manja di lengan Lion, membuat Delona semakin sakit kepala. Dalam hatinya tidak suka melihat kedekatan mereka. Delona menyadari bahwa itu bukan urusannya, Zelion dan Kathy dekat, bahkan mereka dijodohkan. Ia baru mengenal mereka beberapa minggu ini, dan ia tidak seharusnya mengurusi urusan mereka.

Setibanya di depan kelas, moodbreaker kembali menghadangnya. Bu Sukma—guru sejarahnya yang kejamnya bikin bunuh diri—sedang menatapnya tajam ketika Delona masuk ke dalam kelas setelah mengetuk dua kali pintu kelasnya. Delona mendengus kesal. Pasti setelah ini telinganya terbakar mendengar cerewetnya kalimat amukan Bu Sukma. Delona menatap Bu Sukma datar kemudian ia berjalan menghampiri Bu Sukma.

"Kenapa terlambat? Saya sudah bilang berkali-kali, SAYA TIDAK SUKA ADA YANG TERLAMBAT DI KELAS SAYA! Kamu anak baru, kan? Masih baru bukanya masih baik-baiknya malah terlambat! Saya tidak mau tahu alasan kamu. Sekarang pergi ke ruang BK dan minta surat izin masuk kelas! Oh ya, satu lagi, kamu ibu hukum membersihkan perpustakaan bagian buku sejarah dan tidak ibu izinkan untuk mengikuti ulangan harian yang seharusnya hari ini dilaksanakan. Sekarang keluar dari kelas saya!" bentak Bu Sukma panjang lebar dan hanya ditanggapi dengan anggukan kecil dari Delona.

"Ya elah BU-SUK! Eh, Bu Sukma. Kasian kalo dia gak ikut ulangan. Nanti rata-rata kelas jeblok, kita yang disembur!" sahut Aan—anak laki-laki yang duduk di belakang meja Ratna dan Delona— asal. Bu Sukma langsung menatap tajam Aan tanpa ampun. Aan yang ditatap seperti itu bukannya takut malah menyeringai lebar.

Tempat duduk di kelas XI IPA 4 memang selalu berputar. Jika awalnya Delona dan Ratna duduk di meja paling depan, sekarang mereka berada di meja ke 3 dari depan.

"Sudah cukup! Gak ada bantahan. Sekarang keluar dari kelas saya!" ucap Bu Sukma.

"Bu, ini bukan kelasnya Bu Suk. Ini kelas bersama. Jangan egois dong bu! Kita yang lebih sering di sini dibanding Bu Suk aja gak pernah ngaku-aku ini kelas milik kita kok bu. Ya gak gaes?" Aan kembali protes dengan asal-asalan. Bu Sukma semakin geram dan kembali menatap Delona yang masih bergeming di tempatnya sambil menatap Aan datar, tanpa ekspreksi.

Aan geblek! Dia protes asal-asalan bukannya bikin gue aman malah bikin Bu Sukma ngamuk! Bersyukur Bu Sukma gak nambah-nambahin hukumannya!- gerutu Delona dalam hati.

Delona bersiap-siap untuk keluar kelas karena sudah tidak tahan dengan lengkingan suara Bu Sukma. Namun, ketika ia melangkahkan kakinya untuk melewati pintu yang membatasi ruang kelas dan koridor, sebuah dada bidang menubruk wajah Delona.

Delona mengangkat wajahnya menatap orang yang baru saja ditabraknya dan ingin meminta maaf, namun ketika mata Delona bertemu dengan mata orang itu, Delona mengurungkan niatnya dan memilih diam.

"Maaf, bu. Delona tidak bersalah. Tadi saya berangkat bersamanya, dia terlambat karena ia memberikan bekalnya dulu pada anak jalanan yang ia temui di jalan dan ia ketinggalan bus. Saya mengendarai motor saya memang sangat pelan, bu. Jadi kita baru sampai ke sini tepat sebelum bel masuk dibunyikan," jelas Zelion panjang lebar. Entah apa yang merasuki dirinya dan mengucapkan kalimat panjang itu sambil tersenyum manis kepada Bu Sukma. Jadi intinya sekarang Zelion sedang membantu Delona? It's impossible, dude!

DelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang