1+2℉

44 6 1
                                    

"Remember what i just said. Don't ever hear what other people say. Just trust me."

***

12:: I'll Always be Here

Senyum yang terbit di bibir gadis itu belum kunjung luntur, hingga ia melewati pintu rumahnya. Hujan di pipinya telah mengering, digantikan oleh mentari yang bersinar di balik kedua mata indahnya.

Entah apa yang ia rasakan saat ini. Perasaannya tercampur aduk bak gado-gado. Ia sibuk meresapi perasaanya hingga tidak menyadari keberadaan seorang wanita paruh baya bergaun putih tersenyum menatapnya dari jauh.

"Siapa itu?"

Gadis itu terkejut dan berbalik untuk menatap sang pemilik suara. Seketika tubuhnya menegang saat melihat wanita itu. "HANTU!" pekiknya.

"Eh? Dasar durhaka, kamu! Ngatain bundanya sendiri hantu!" jawab wanita itu. Gadis itu terbelalak, kemudian meringis menatap bundanya polos.

"Eh, bunda. Ngapain juga pake baju putih-putih gitu. Udah gitu rambutnya digerai lagi."

"Cantik, kan?" wanita itu bertanya sambil memainkan rambutnya. Gadis itu memutar bola matanya malas.

"Malah kayak tante kuntilanak yang biasa nangkring di pohonnya Pak Herman, Bun."

"Eh, kurang ajar!" wanita yang dipanggil 'bunda' oleh gadis itu tersenyum dan memukul pelan pundak sang anak, berpura-pura marah. "Bunda, kan, mau ke pestanya tante Rika. Kamu beneran gak mau ikut?" tanyanya kemudian.

"Enggak, bun. Jane capek. Oh ya! Astaga!" gadis itu tercekat saat ia baru mengingat sesuatu. "Jane naik ya, bun! Darurat!" pekiknya sambil menaiki tangga menuju kamarnya.

"Eh, kamu belum cerita tentang yang tadi peluk-peluk kamu itu!"

"Nanti aja, bun. Bunda kenal kok! Santai aja," teriaknya dari depan pintu kamarnya sebelum masuk ke dalamnya.

Okay, Lona terlalu bahagia sampai-sampai ia lupa masalahnya lagi kali ini. Kalian tidak akan sanggup membayangkan apa yang baru saja terjadi. Mungkin kalian tidak perlu tahu, daripada kalian sulit mengerti.

Lona memasukki kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Air mengguyur membasahi tubuhnya. Matanya terpejam membayangkan kejadian tadi. Senum kecil terbit di sela-sela pipinya yang basah.

Sudah hampir dua puluh menit Lona menghabiskan waktunya di kamar mandi. Sekarang kulitnya sudah mengeriput. Ia putuskan untuk menghentikan aktivitas mandinya.

Langkah kakinya membawanya ke arah ranjang. Ia naik ke atasnya kemudian berbaring menatap langit-langit kamar. Pandangannya menerawang. Okay, dia ingat kejadian tadi lagi!

Kalian ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi? Baiklah.

Flashback

"Delly bangun!"

Suara itu tidak membuatnya menggerakkan sedikitpun bagian tubuhnya.

"Delly. Jangan sedih."

Suara itu terdengar lagi. Kini seluruh tubuh Lona mulai bergetar. Semakin lama semakin terdengar suara isakan tertahan dari mulut Lona. Napasnya menipis hingga akhirnya isakan itu lolos kemuar dari mulutnya.

"Jangan nangis," lelaki itu mengusap kening Lona, lalu beralih mengusap aliran deras di pipi Lona.

Suara pintu mobil yang terbuka membuat Lona membuka mata kembarnya. Tak lama, pintu di sebelahnya terbuka dan menampakkan lelaki yang tadi telah menyelamatkannya.

DelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang