1+4℉

35 3 0
                                    

"Setiap orang butuh privasi, right?"

***

14:: Jatuh

"Kita latian dulu aja. Tinggal berapa minggu lagi kan?" Pandji memecah keheningan kamar Lion yang seluas lapangan sepak bola itu.

"Gue males parah. Besok aja lah," nego Thomas.

"Lo tu yang paling parah mainnya, tau gak sih! Plis deh kak, rajin dikit napa?" ucap Lona sewot.

Dengan wajah cemberut, Thomas mengikuti teman-temannya memasuki ruang studio bernuansa hitam putih itu.

"Gue sendirian nih ceritanya?" ucap Ratna kemudian.Dengan sangat tega, teman-temannya tidak menghiraukannya dan tetap bersiap untuk memulai lagunya dengan acuh.

Akhirnya Ratna duduk di sofa untuk menunggu mereka latihan. Jarinya bergerak lncah ke sana kemari di aatas benda pipih di genggamannya. Matanya menelusuri setiap tulisan dan gambar yang tertera di sana. Hingga sesuatu menarik perhatiannya dan membuat matanya terbelalak.

"Kak Lion! Lo beneran dijodohin sama Kathy?" pekik Ratna dari sofanya. Semua berhenti memainkan alat musiknya dan menatap Ratna serta Lion bergantian.

"Emang. Gue belom bilang?" jawab Lion santai.

"Gila! Dan lo terima gitu aja? Lona gimana?" Suara Thomas memenuhi ruangan itu dengan cemprengnya.

"Gue nolak lah."

"Kenapa? Lona terlalu cantik ya? Eh, Kathy juga cantik kali!" tembak Thomas.

"Ya gimana kalo lo aja yang sama Kathy? Punya duit segede apa lo?" tantang Pandji yang sedari tadi hanya diam.

"Ya kan gue gak mau! Jadi gak butuh duit."

"Terserah apa kata lo deh, My!"

"Eh, kelebihanya Lona apaan sih? Segitu ngebetnya lo sama Lona," tanya Thomas pada Lion yang sedang meneguk air minumnya.

"Dia gak cerewet kayak lo," jawabnya singkat.

"Ah udah ah. Gue mah dibanding-bandingin terus!" ucap Lona seraya meninggalkan ruang studio itu.

"Yah, marah tu! Kejar kali Yon!" tutur Pandji.

"Alesan. Bilang aja dia males latian," jawab Lion santai namun tak urung ia juga mulai berjalan mengejar Lona yang menuju taman belakang rumahnya.

Langkah Lion terhenti melihat Lona yang dengan mata terpejam duduk di atas sebuah kursi gantung di dekat kolam renang. Bersamaan dengan tiupan angin sore, rambutnya yang hitam legam menutupi separuh wajah cantiknya.

Langit sudah tampak jingga, menyambut senja yang datang dari ujung bumi.

Tapak kaki itu bergerak menuju pinggir kolam renang. Lelaki itu menanggalkan kaos putihnya begitu saja kemudian melompat ke dalam kolam renang. Percikan air itu menyembur ke mana-mana hingga ke sebagian pakaian yang dikenakan Lona. Wanita itu terkejut dan kemudian membuka kedua matanya yang sedang beristirahat.

"Gue tau lo cuma cari alesan buat ninggalin latian." Suara itu terdengar sesaat setelah sebuah kepala muncul ke permukaan air kolam renang itu.

Lona terkekeh. "Emang," jawabnya.

Lion berenang ke tepi kemudian naik ke permukaan. Ia berjalan ke arah beberapa pelayang yang sejak tadi berdiri di dekat pintu kaca pembatas halaman belakang rumahnya. ia mengambil handuk yang di siapkan sang pelayang kemudian menyuruh mereka pergi.

Sembari mengeringkan tubuhnya, Lion berjalan menuju ayunan kayu yang diduduki oleh Lona.

"Kamu gak tidur semalem?" tanya Lion saat melihat lingkaran hitam yang tercetak jelas pada kelopak mata Lona.

DelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang