Bagian 24

773 42 0
                                    

Malam akhirnya tiba. Rombongan preman berkumpul di markas besar. Seseorang berada di tengah, memimpin pertemuan. Ia terus menerangkan strateginya sambil menghisap cerutu. Kemudian kembali berbicara dengan asap yang keluar dari mulutnya.

Sore tadi, Rhea memintanya untuk membantu menangkap Sukonto. Ia sudah memiliki cukup bukti untuk memenjarakannya ke sel tahanan. Tapi itu tidak cukup. Ia harus memperoleh pengakuan langsung dari Sukonto.

Polisi? Rhea tidak akan menyerahkan bukti itu begitu saja. Selama ini, ia tidak pernah percaya dengan polisi. Satria meninggal setelah polisi menyatakan kasus itu adalah kecelakaan tunggal. Dan Sukonto menaruh dendam kepadanya. Ia mengakhirinya dengan cara yang sama; kecelakaan tunggal. Tapi bukan. Itu adalah kecelakaan yang disengaja. Pembunuhan.

Setelah banyak bukti yang ditemukan, entah bagaimana, Sukonto bebas dari tuduhannya. Mungkin karena suap. Dia adalah seorang pengusaha kaya. Dulu. Uang melimpah. Menyogok aparat dan hakim, mungkin? Siapa yang tahu. Itu hanya spekulasi.

Alasan kenapa Sukonto bangkrut adalah kasus korupsi yang terbongkar oleh KPK. Sukonto sempat dipenjara selama satu setengah tahun. Kemudian bebas begitu saja.

Flashdisk bukti rekaman CCTV masih ditangannya. Ia harus segera menyerahkannya kepada Sukonto. Ada hal lain yang harus dibicarakan. Ini tentang siapa orang di balik kecelakaan istrinya. Sukonto harus tahu berita besar itu.

Pertemuan kali ini mungkin harus diakhiri  dengan pertempuran. Sukonto mungkin akan marah besar. Rhea sudah menyiapkan semuanya. Bang Bokir bisa diandalkan. Dia cukup mumpuni dalam hal pertarungan. Cukup kuat untuk melawan tubuh terlatih Sukonto.

"Kalian akan berjaga diberapa titik. Empat orang di depan, tiga orang halaman dibelakang. Sisanya akan masuk ke markas Sukonto." Bang Bokir menerangkan diikuti dengan anggukan Osama dan seluruh anak buah yang mengikuti rapat, "Rhea akan masuk dengan teman-temannya. Aku, Osama, dan Decky akan ikut masuk. Mengantisipasi kekacauan yang akan terjadi."

Seluruh anak buahnya merenggangkan tubuhnya, tidak sabar untuk melakukan 'pekerjaannya' masing-masing. Setiap orang mendapatkan bagiannya. Pertarungan yang telah lama mereka nantikan akan pecah besok malam.

Di sisi lain ruangan, Rhea duduk di sebuah bangku dan bersandar di dinding. Matanya tertutup rapat. Entah kenapa, kali ini ia merasa jantunya berdetak kencang. Ini adalah pertempuran terbesar yang akan ia lalui. Mungkin karena itu.

Dari ruangan itu samar-samar terdengar suara Bang Bokir dan beberapa anak buahnya bersorak. Mereka justru merasa senang.

Kenapa aku takut?

Rhea menghembuskan nafasnya kasar. Besok malam ia akan melawan Sukonto. Orang yang pernah ia hormati. Mantan ayah angkatnya sendiri. Pamannya.

Tangannya menggenggam erat flashdisknya. Seluruh bayangan masa kecilnya kembali berputar-putar dalam pikirannya. Semuanya berjalan cepat seperti klise film yang dipercepat. Tubuhnya bergetar hebat. Keringat dinginnya bercucuran. Kepalanya terasa berat dan pening.

Satria, sahabat dekatnya meninggal. Ibu dan kakaknya pergi entah kemana. Sukonto berubah menjadi musuhnya. Ia tidak ingin kehilangan siapa pun lagi. Cukup sudah semua penderitaan yang ia alami selama ini. Hidup terkekang dengan ayahnya. Pertarungan yang membuatnya semakin beringas, nakal, dan urakan. Semua itu telah membuatnya jauh dari remaja kebanyakan.

Faya. Dia bagian dari hidupnya. Hal yang membuatnya bersumpah untuk menjaga perempuan. Bayangannya selalu ada dalam pikirannya. Ia sudah berjanji untuk menjauhinya. Mungkin dengan menjauhinya, gadis itu akan aman.

"Andrhea..." sapa lirih seseorang membuat kesadarannya kembali. Suara yang ia kenali. Suara yang tidak pernah ia dengar selama beberapa tahun terakhir. Dia kembali.

Berandal Buana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang