"I can't keep my eyes on from you." -Lifehouse
▲
Satu minggu kemudian ...
Mesin Electrocardiograph itu berbunyi dengan nyaring mengisi keheningan kamar rawat gadis berambut merah muda. Layar monitornya menunjukkan garis-garis tak beraturan. Seolah-olah ingin menunjukkan bahwa manusia yang tergeletak tak berdaya di atas ranjang masih hidup dan bernapas walau pun dibantu dengan selang oksigen. Detak jantungnya masih terdengar lemah. Dan sang empunya tubuh masih ingin memejamkan matanya lama-lama. Membuat beberapa orang menunggu-nunggu kesadarannya dengan cemas.
Seperti Uchiha Sasuke.
Kepala kepolisian itu kini sedang menatap tubuh tak berdaya seorang gadis yang tergeletak bersama dengan alat bantu yang menunjang kehidupannya. Ia sedang menunggu dokter selesai memeriksa keadaan gadis itu di dalam sana. Dengan ekspresi datar, dia memandang lewat kaca kamar rawat Sakura. Setelah melewati masa kritisnya seminggu lalu, para dokter memutuskan untuk memindahkannya ke kamar rawat dengan prioritas terbaik dan penjagaan ketat dari beberapa polisi.
Pembunuh itu masih berkeliaran di luar sana dengan bebas. Mengetahui fakta bahwa satu-satunya yang tersisa dari keluarga Haruno masih hidup bukan tidak mungkin membuat pembunuh itu datang dan mencoba menewaskan Haruno Sakura sekali lagi. Dan Sasuke tidak ingin kehilangan kunci berharganya untuk titik terang kasus yang belum bisa ia selesaikan sejak sepuluh hari lalu. Sakura adalah satu-satunya saksi yang masih hidup, dan Sasuke harus mendapat keterangan terbaik dari gadis itu untuk menyelesaikan kasus pembantaian keluarga Haruno.
Dokter Hyuuga keluar dari kamar rawat Sakura dengan papan kayu yang menjepit kertas-kertas yang memuat informasi tentang perkembangan terbaru Haruno Sakura. Dokter yang bernama Neji itu tersenyum tipis mendapati Uchiha Sasuke berdiri dengan ekspresi tegang di wajahnya. Segera, dokter itu menghampiri Sasuke dan memberikan keterangan tentang kondisi kesehatan Sakura yang baru saja ia periksa.
"Kapten Sasuke." Sasuke terkesiap, menetupi keterkejutannya itu dengan wajah datar dan memandangi orang yang memanggilnya tadi.
"Sakura-san sudah berhasil melewati masa kritisnya dalam tiga hari. Itu adalah kemajuan pesat yang pernah kulihat, mengetahui fakta bahwa ia mendapatkan luka yang cukup parah. Seharusnya dia membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk mencapai kondisi stabil. Tapi sekarang dia baik-baik saja, meskipun detak jantungnya masih terasa lemah. Kita hanya tinggal menunggunya sadar."
"Dia berkembang pesat?" Sasuke menghela napas. "Dia harus segera sadar, kami pihak kepolisian harus mendapatkan keterangan darinya tentang pembantaian keluarganya."
"Ya, sepuluh hari telah berlalu. Aku bisa melihat bahwa anggota kepolisian tengah berusaha keras." Neji tersenyum pada Sasuke. Rambut panjang dokter itu kini tergerai. Jas putihnya tidak terkancing dengan rapih, dia memandang Sasuke dengan jenis pandangan yang mengatakan bahwa semua akan berjalan dengan baik.
Sasuke mengangguk singkat. "Boleh aku masuk?"
"Tentu saja. Jika ada apa-apa, tekan saja tombol daruratnya."
"Terimakasih, Dokter Hyuuga." Sasuke menyodorkan tangannya untuk menjabat tangan dokter itu. Ucapan terimakasih yang formal, yang biasa Sasuke lakukan kepada rekan-rekan kerjanya atau orang-orang yang telah banyak membantunya.
"Santai saja Kapten. Aku permisi." lalu dokter Hyuuga itu melangkahkan kakinya menjauhi kamar rawat Sakura setelah membalas jabatan tangan Sasuke.
Uchiha bungsu itu menyimpan satu tangannya di dalam saku celana bahan berwarna biru gelap miliknya. Menggunakan tangan lain untuk membuka pintu kamar rawat Sakura. Berjalan dengan perlahan dengan langkah pasti menghampiri sosok yang belum sadarkan diri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Me ✔
FanfictionSecond story. SUDAH TERBIT [Some chapter are private] Warning!!! Beberapa part mengandung konten dewasa dan kekerasan. Pembantaian terjadi di kediaman keluarga Haruno saat malam Natal. Menyisakan satu anggota keluarga yang terluka parah. S...