"Stand by me, nobody knows the way it's gonna be." —Oasis
▲
Sakura tidak pernah jatuh cinta. Ah, pernah. Ia mencintai orang tuanya, ia juga mencintai kakak satu-satunya yang ia miliki.
Namun, yang dimaksud di sini adalah; ia tidak pernah benar-benar mencintai seorang pria selain Kizashi dan Sasori. Ia bahkan sempat bertanya-tanya, sebenarnya apa itu cinta? Sungguh, ia tidak mengerti. Dua puluh enam tahun dalam hidupnya, ia tidak pernah berdekatan dengan laki-laki mana pun selain ayah dan kakaknya.
Tetapi kini, ada Uchiha Sasuke.
Pria itu melindunginya, mengusir badai untuknya, dan menemani hari-harinya yang akan terasa sepi tanpa mendiang keluarganya. Pria itu merawatnya, memberikan tempat tinggalnya, memberikan seluruh perhatiannya, dan yang terpenting pria itu menyadari eksistensnya. Dia tidak menganggap Sakura hanyalah angin lalu atau semacam virus mematikan yang akan menular jika terlalu dekat. Hanya karena gadis itu dapat melihat hantu dan melakukan hal yang tidak bisa orang biasa lakukan, bukan berarti ia harus diabaikan.
Apakah cinta itu seperti ketika kau ingin menghabiskan seluruh waktumu bersamanya? Atau ketika ada rasa sesak yang menguasai hatimu ketika ia mengatakan betapa ia mencintai perempuan lain? Atau ketika kau merasakan gelenyar aneh yang menyenangkan ketika kau bersentuhan dengannya?
Sakura tidak tahu, tetapi ia merasakan semua itu saat berada dekat dengan Sasuke.
Setelah mendapat kiriman kotak misterius dan menjelajah dengan mata hitamnya yang menatap nyalang pada setiap sudut rumah, Sasuke tidak keluar sama sekali dari ruang kerjanya. Bahkan saat Shikamaru dan Naruto datang, Sasuke tidak mau repot-repot keluar dan menyambut mereka. Membiarkan Sakura yang membuka pintu dan menyambut mereka. Setelah itu, mereka bertiga seolah lenyap di dalam ruang kerja Sasuke.
Gadis itu hanya bisa termenung sembari menatap jendela. Menikmati salju yang perlahan turun dari langit dan semakin menutupi tanah. Melamunkan tentang perasaan yang mengusik dirinya, bertanya-tanya siapakah sekiranya pengirim kotak tersebut, dan … apa itu cinta. Meski sejujurnya, dia tidak pernah ingin dipusingkan dengan rasa semacam itu terlebih perasaanya di tunjukkan untuk lawan jenis.
Perasaannya gelisah ketika ia memikirkan rumahnya, ia tidak lagi punya tempat tinggal yang menampung keluarga. Tidak akan ada lagi orang yang menyambutnya ketika ia pulang ke rumah, mencarinya ketika ia menghilang, merawatnya ketika ia sakit. Dan ketika ia memikirkan tempat di mana ada Uchiha Sasuke, perasaannya menghangat. Namun, apakah pantas ia merasakan cinta ketika hidupnya berada diambang kematian?
Sebenarnya, apa yang pembunuh itu inginkan? Kenapa ia menyakiti orang-orang yang berhubungan dengan gadis itu? Kenapa ia tidak langsung melenyapkan gadis itu saja? Berbagai macam pikiran berlarian di otaknya. Kala salju turun dengan begitu deras, saat itu pula ia mendengar langkah kaki yang mendekat dan membuatnya langsung waspada. Gadis itu menoleh, mendapati Sasuke yang sedang berjalan ke tempat di mana ia tengah memeluk dirinya sendiri di atas sofa ditemani secangkir teh hangat.
Benaknya bertanya-tanya apakah Sasuke akan pergi karena pria itu sudah memakai seragam dinasnya. Oniks milik Sasuke menyorot dengan tajam, dia berhentilangkah di hadapan Sakura, menghela napasnya dengan berat dan berlutut untuk mensejajarkan tinggi mereka.
"Aku harus pergi."
"Apa? Kenapa? Ada apa?" Sakura bertanya, sedikit panik mengingat keadaannya sekarang. Orang itu sedang mengincar Sakura dan orang yang berada dekat dengannya, ia tidak ingin Sasuke sampai kenapa-napa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Me ✔
FanfictionSecond story. SUDAH TERBIT [Some chapter are private] Warning!!! Beberapa part mengandung konten dewasa dan kekerasan. Pembantaian terjadi di kediaman keluarga Haruno saat malam Natal. Menyisakan satu anggota keluarga yang terluka parah. S...