"I know I need is you, but I never show." -James Arthur
▲
Ketidakhadiran gadis itu membuat Gaara bertanya-tanya ke mana perginya dia.
Pria itu duduk dengan gelisah di kursinya. Waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang, tetapi gadis itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan kembali. Ponselnya tertinggal di kamar, ia juga tidak memberi tahu Gaara ke mana ia akan pergi sampai tidak pulang semalam. Mungkin itu terdengar sepele, tetapi Matsuri tidak pernah sekali pun pergi tanpa pamit kepada Gaara. Gadis itu tidak pernah membuat Gaara kebingungan seperti sekarang, menunggu dengan gelisah sembari melirik awas ke arah jarum jam yang terus bergerak.
Kamarnya gelap, ia membiarkan jendelanya tertutup dengan rapat. Tidak peduli dengan matahari yang menjulang tinggi di luar sana, menggeram ketika kicauan burung musim semi terdengar nyaring di telinganya. Jantungnya berdentum dengan keras, ke mana sekiranya gadis itu pergi? Tak pernah sekali pun ia merasa sangat khawatir seperti ini terhadap gadis itu.
Tanpa sadar, Gaara merasa resah.
Ia terlalu terbiasa dengan kehadiran Matsuri. Setahun, dua tahun, bahkan sampai saat ini. Ia lupa ini tahun keberapa yang dirinya habiskan bersama gadis bersurai cokelat yang memiliki tawa seriang anak-anak itu. Gaara bahkan tahu, ia telah banyak merepotkan Matsuri. Meski ia tidak pernah meminta gadis itu untuk tinggal, tetapi gadis itu tidak berniat meninggalkannya. Menerima semua perlakuan buruknya, menjalankan segala perintahnya, dan bahkan yang lebih gila lagi, membunuh atas kehendaknya. Melenyapkan mimpi gadis itu untuk menjadi seseorang yang berbakat di kepolisian hanya untuk tetap setia kepadanya.
Kepada gadis yang selalu ia perlakukan dengan buruk, Gaara sadar bahwa ia membutuhkan Matsuri untuk tetap berada di sampingnya. Untuk terus bersamanya. Orang tua pria itu telah lama meninggal dunia, ia tidak memiliki siapa-siapa sampai ia menolong Matsuri dan mengizinkan gadis itu untuk tinggal bersamanya. Mendengar keluh kesahnya, mencarikan jalan keluar untuk masalahnya, bahkan membebaskannya dari rumah sakit jiwa tempatnya dikurung.
Gaara menghela napas, menunggu memang selalu tidak seenak itu. Dan ketika ia mendengar suara bel apartemen yang berbunyi, dirinya berjengit kaget di atas sofa. Berlari kecil dengan perasaan antusias dan berharap bahwa seseorang yang sedang menunggunya untuk membuka pintu adalah Matsuri. Setelah sekian lama, ia merasakan perasaan bahagia setelah lama menunggu. Pria itu membuka tuas pintu utama apartemennya, jadenya bersinar kecewa kala ia tidak menemukan siapa pun di balik pintu.
Tidak ada gadis itu, tidak ada Matsuri dengan senyum lebar yang selalu ia keluarkan setiap kali ia menyambut Gaara. Namun, hanya ada sekotak hitam besar misterius yang tergeletak begitu saja di depan pintu utama apartemennya. Di dekat kaki-kakinya berpijak. Tanpa rasa curiga, ia meraih kotak besar berwarna hitam itu dan membawanya masuk. Meletakkan kotak itu di atas meja ruang tamu. Membukanya dengan raut datar dan sejenak melupakan Matsuri yang masih belum kembali.
Dan, saat kotak itu terbuka, jadenya kembali terbelalak hingga kebukaan maksimal. Emosi bercampur di dalam dadanya, siap untuk meledak.
Di dalam kotak itu terdapat potongan kepala Matsuri.
Matanya terbelalak, darah menodai wajah riang gadis itu, rambut cokelatnya berubah menjadi kemerahan. Dan secarik kertas yang berada di samping kepala itu membuat Gaara menggeram kala membaca tulisannya.
Kukembalikan padamu.
Perasaan itu mengganggunya, rasa sesak yang bergemul di dalam dada. Tidak ada rasa takut yang mendominasi. Jadenya bergerak dengan gelisah, tawa gadis itu terngiang-ngiang di kepalanya. Senyum lebarnya, binar matanya, rambut cokelat pendeknya yang tergerai dan tersapu angin. Tak ada lagi gadis itu, tak ada lagi yang bersedia untuk menemaninya melakukan apa pun. Dan setelah sekian lama, ia merasakan perasaan itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Me ✔
Fiksi PenggemarSecond story. SUDAH TERBIT [Some chapter are private] Warning!!! Beberapa part mengandung konten dewasa dan kekerasan. Pembantaian terjadi di kediaman keluarga Haruno saat malam Natal. Menyisakan satu anggota keluarga yang terluka parah. S...